2# : Hujan

8.1K 348 39
                                    

Bab 1

- Hujan selalu menyisakan sebuah kenangan-

&

-Hujan selalu mampu menyamarkan air mata yang jatuh di pipi.-

*

Kadang ada kenangan dan air mata yang bersembunyi di balik rintikan hujan yang jatuh kebumi.

Tanpa permisi, hujan jatuh menghantam bumi bahkan tidak pernah ragu sedikitpun walau bumi berteriak meminta ampun.

Sama seperti ingatan tentangnya yang seketika datang tanpa permisi, lalu kembali mengoyak isi hati.bKu akui ia hebat.

Hujan & dirinya selalu bisa menyeretku ke pojok ruang tergelap ingatanku. Mengaisngais kembali kenangan yang telah bersusah payah aku kubur dari setiap jengkal sudut ingatanku.

Dan hujan selalu bisa meluluh lantakan benteng kokoh yang telah aku bangun sebagai tameng antara aku dan semua kenangan tentang dirinya.

Dan alhasil aku hanya bisa kembali menyeruput setiap tetes ingatanku bersamanya.


*

Dan sungguh aku candu akan hal ini. Dan lagi untuk kesekian kalinya hujan kembali menelanjangi rinduku padanya.

Ini adalah hujan kesekian kalinya, untuk rindu yang entah sudah ke berapa kalinya.

Sebab seluruh kenangan tentangnya kurangkum dalam mendung; kesedihan yang sengaja tak ingin kutumpahkan.

Aku merindukannya saat hujan datang dengan derasnya. Hujan reda, sedang rinduku, tidak.

Ia bagiku layaknya hujan yang turun setelah mendung; ada dimana-mana. Aku baginya; mungkin cukup seperti bayangan saja. Dilihat lalu dilupakan.

Bahkan setelah ia pergi, dirinya masih saja melayang-layang dipikiranku, ibarat otakku adalah bumi dan ia bagai burung yang bebas terbang melayang di atasnya.

Tidak seharusnya aku seperti ini, karena aku tahu, saat hatiku teriak, ia tidak pernah tahu dan bahkan tidak akan perduli.

karena pikirannya kuyakin, sudah penuh dengan semua tentang dirinya seseorang yang kini sangat ia dambakan..

Ku tebak sekarang ia pasti sedang tertawa bersamanya, sedangkan aku? Aku hanya bisa menikmati rintik hujan dan berharap air mataku bisa tersamarkan bersama rintik hujan yang jatuh tepat dijendela kamarku.

Sekarang aku harus apa? Setelah ia kecewakan aku,Nyatanya membencinya sungguh aku tidak bisa.

Mencoba bersembunyi dari segala kenangan-kenangan tentangnya telah kulakukan. namun dirinya lebih hebat, dengan mudahnya ia menemukanku dan mencekokiku dengan apa apa yang ingin sekali kulupakan. Hanya menyibukan diri, satu-satunya cara aku sedikit terlepas dari bayang-bayang tentangnya .

Nyatanya? Melupakannya itu adalah hal tersulit. Karna, seisi kepalaku telah jadi kamar tidurnya Yang penuh akan tentang dirinya.

*

Dihadapkan dengan sebuah kenyataan, yaitu alasan kenapa kau pergi dariku, sedikit membuat aku membenci dirimu.

Namun, bagaimana aku bisa membenci orang yang sampai sekarang masih aku sayangi?

Sepertinya aku terlihat bodoh di matanya. Tapi tak apa, Memang sudah jelas ia telah menyakitiku dan bahkan dirinya sudah meninggalkanku berbahagia dengan orang lain, tetapi aku masih saja mendambakan dirinya.

Tetapi kuingatkan satu hal, suatu saat kamu akan sadar, kebodohanku ini adalah bukti sebuah ketulusan cinta.

Langit memang paling mengerti perasaanku. Hatiku sedang ingin menangis kecil malam ini, dan langit pun mendahuluiku. Aku mencoba menikmati pemandangan langit gelap dan merasakan tetesan demi tetesan hujan yang mengalir di rebah jatuh diwajahku.

Berharap ada sebuah kedamaian yang bisa ditawarkannya padaku. Namun, meski langit bersikap sangat bersahabat, ingin menemaniku menghadapi kegundahan hati ini, aku tetap merasa sendirian.

*

kemudian hujan semakin deras, diikuti pula kenangan-kenangan yang mulai datang melebat.


Hujan kemudian meramaikan keadaan dan kamu mulai berkeliaran dalam ingatan bersama percakapan percakapan yang dulu sempat kita uraikan, semua yang kita semogakan kini tinggal lah angan .

Aku terhanyut dalam lautan rindu yang tak kunjung surut dan lagi lagi terdampar di tepi tanpa sambut darimu.

Kenangan memang pandai mencari cari celah dan mengendap masuk ke dalam benak. Kini ia membawa kamu, yang bahkan telah berlalu dimakan waktu. Kini ia membawa tentang kita, yang tak pernah habis kubebani dengan tanya.

Bagaimana aku mudah melepasmu dari hatiku? Sedangkan kau saja membawa pergi setengah dari hatiku.

*

NOTES
-Untuk yang lagi meratapi kesedihan-

Kesehatanmu lebih penting dari sekedar meratapi kesedihan di bawah derasnya hujan. Hujan mungkin akan mampu menyamarkan air mata, Tapi bukan kesedihanmu .


Mengukir KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang