11: The Windbender: Founded

Start from the beginning
                                    

Sang pengantar pizza berbalik ke belakang; mengambil satu-satunya pizza yang ditumpuk di belakang sepedanya. "Apa benar ini alamat Aya Matsuzaki? Jalan—"

"Ya," potong si pemuda cepat-cepat. Entah dia sedang bosan menerima tamu atau hanya tidak suka menunggu. Sakura mengernyitkan dahi sesaat, tetapi kemudian hanya mengangguk dan menggerakkan tangannya, akan memberikan sekotak pizza terakhir tersebut ke tangan pemuda-yang-awalnya-sopan-tapi-akhirnya-membingungkan ini.

"Selamat menikmati."

Namun, ada yang lain.

Nada suara pemuda itu, ia baru menyadarinya sekarang. Gadis itu melupakan nada suara Pangeran Takumi setelah lima tahun penuh mempelajari tata cara hidup manusia, dan pemuda ini membuatnya kembali mengingat hal kecil tersebut. Nada suara sang pangeran... Apa dia... Sakura menatap pemuda di hadapannya sekali lagi. Kali ini dengan lebih teliti.

Gadis itu menaruh pizza tersebut kembali ke tempatnya, matanya meneliti wajah si pemuda—atau apa yang terlihat dari sudut pandangnya—dengan penuh curiga. Cukup familiar buatnya. Di mana ia pernah melihat wajah ini sebelumnya? Di rute jalan yang ia lalui sepanjang mengantar pesanan? Di apartemen tempat ia tinggal bersama kelima temannya? Di Etheres tempat ia memerintah? Atau... di suatu tempat di istana?

"Oh, ya. Uangnya," cetus pemuda itu, menyadari tatapan curiga si gadis pengantar pizza. "Sebentar. Biar kuambil—"

"Tunggu!" teriak Sakura. "Bukan itu. Sama sekali bukan itu. Tapi..." ia berdeham singkat. "Boleh kulihat rambutmu?"

Gadis itu merutuk dalam hati. Ia langsung menyesali kata-katanya. Sakuraaa, itu bukan caramu berbicara dengan orang asing!

Cowok itu terdiam sesaat; berubah enggan, seperti teringat sesuatu. Ia bergerak menjauhi Sakura selangkah ke belakang, mulai jengah akan kehadiran si pengantar pizza dan ingin segera mengusirnya pergi.

"Kau mencurigaiku sebagai 'Pangeran Takumi', 'kan?" tanya pemuda itu pelan. Nadanya—meskipun kesal—terdengar sinis seolah baru saja membicarakan sesuatu yang tidak ada. "Iya, 'kan?"

"Itu dia! Pangeran Takumi!" teriak Sakura senang. "Kau Pangeran Takumi! Katakan; bagaimana cara Anda sampai ke dunia fana, Yang Mulia?"

***

Ame mengepalkan tangannya tanpa sadar sementara ia menghadapi satu lagi orang asing-tapi-sangat-familiar di depan matanya, berusaha agar tidak memikirkan mimpi-mimpi aneh tentang para pengendali elemen, seorang raja, seorang ratu, dan bagaimana mereka—entah—ada hubungannya dengan masa lalunya. Ketika ia tidak sedang mencoba meyakini bahwa semua itu benar-benar ada; seperti pertemuannya dengan Higina dan Ayumi, Ame lebih banyak berpikir bahwa mimpi tersebut hanya bunga tidur. Namun, sekarang ia tidak bisa mengingkarinya lebih lama lagi. Seorang gadis pengantar pizza memanggilnya "Pangeran Takumi"—yang belakangan sering berputar di kepala Ame—dan dia juga menyebut Fukui sebagai "dunia fana". Yang benar saja; ada apa dengan orang-orang ini?

"Tunggu, tunggu, tunggu. Jangan bilang kau... orang-orang itu," ia bertanya cepat, tanpa menjawab pertanyaan si pengantar pizza. Ame tidak ingin menyebut-nyebut para pengendali elemen—apalagi jika ia belum yakin bahwa yang di hadapannya ini adalah salah satu dari mereka—sehingga ia terkejut ketika melihat gadis itu tersenyum sambil mengangguk.

"Tentu saja, Yang Mulia," jawabnya. "Ayumi bilang Anda lupa ingatan. Kelihatannya jauh lebih ingat dari yang aku duga," sambungnya, dan di detik itu Ame tersentak—sama seperti Higina dan Ayumi, gadis ini jauh lebih familiar dari yang ia duga. Bahkan suaranya terasa tidak asing. "Aku Sakura. Anda tidak melupakan pesta minum teh di Etheres, 'kan?"

Sebuah arus besar seolah menghantam bagian belakang kepalanya sementara Ame berusaha mengingat, mengingat, mengingat segala sesuatu tentang Etheres, dan...

ElementbenderWhere stories live. Discover now