▪3▪

7.5K 589 22
                                    

3.

==========
Biarkan Bulan menitip salam rindu pada Angin,
Tolong katakan pada Matahari,
Bahwa terasa sepi di sini tanpa Bintang yang menemani.
==========

          Salah satu resiko bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang fashion yaitu apapun yang kau pakai akan dinilai oleh orang lain. Tidak jarang mereka mendapat cemooh, tapi tidak jarang pula mereka mendapat pujian karena gaya busana yang up to date.

Seperti tim editing majalah terkenal dari Amerika yang mempunyai anak cabang di Jakarta. Majalah fashion InyourStyle.

Mereka sudah kebal terhadap cemooh orang-orang yang selalu mengejek mereka dengan sebutan ‘sinting’ karena cara berpakaian mereka yang tidak sesuai tempat, aneh dan terlalu ngejreng. Orang-orang itu tidak tahu saja berapa harga pakaian yang mereka bilang aneh dan modelnya yang jelek. Andra yakin, mulut mereka akan menganga lebar jika mengetahui ada delapan digit angka yang tercantum indah di hang tagnya.

Seperti yang dialami Andra saat ini. Telinganya sejak tadi gatal mendengar percakapan penumpang di belakangnya. Ia sempat akan menyumpal indera pendengarannya itu dengan headset sebelum tante yang di belakang berbicara lagi.

“Itu style apa sih, kampungan banget. Udah jelas-jelas aneh gitu masih aja dipakai. Nyakitin mata. Gak cocok!”

“Iya jeng. Anak muda jaman sekarang pake baju asal pake baju aja. Gayanya nyeleneh banget.”

Andra tidak mudah tersulut emosi. Bahkan ia berhasil memasang headset di telinganya tanpa menjambak rambut coklat terang tante-tante di belakangnya. Andra tertawa sendiri memutar pembicaraan tadi di kepala. Terserah kau ingin bicara apa tante girang. Sebelum mendikte orang, harusnya berkaca dulu. Tuh lipstick merah ngejreng belepotan kemana-mana. Rambut coklat-kuning a la Selebriti papan luncur lebih gak cocok sama kulit hitam gosong punyamu.

Daripada ia memikirkan  perkataan orang-orang tadi, lebih baik Andra memikirkan Rendra yang kemarin malam mengantarnya pulang sampai rumah. Mereka dari kantor jam sebelas malam. Kira-kira butuh waktu kurang lebih satu jam untuk tiba di rumahnya. Lalu Rendra langsung pulang setelah menurunkan Andra tepat di depan pagar rumahnya. Yang jadi pertanyaan, jam berapa pria itu sampai di rumahnya sendiri?

Ah, sial. Andra tidak bisa mengira-ngira jam berapa Rendra sampai kalau tidak tahu dimana lokasi rumahnya.

==========

“Dua minggu tiap satu bulan kita bakal capek-capekan,” ujar Ikin sambil mengipasi tubuhnya menggunakan kipas khas ibu-ibu kondangan. Setelah sesi photo shoot hari ini selesai, semua anggota berkumpul di lantai bawah. Tepatnya area foodcourt. Jika istirahat di ruangan mereka sendiri, yang ada mereka sumpek karena membayangkan kertas-kertas deadline menumpuk di atas meja masing-masing. Mereka tidak ingin mengalami penuaan muda. Cukup Ikin saja yang mengalami penuaan karena pria itu sudah berumur matang.

“Biasanya aja yang capek-capek gitu kau juga suka. Malah minta lagi ‘kan,” sela Eka sambil mencomot rujak buah yang tadi mereka buat ramai-ramai, “-Bawah lagi, Ay. Nah itu mantap. Pegel semua ini badan.”

“Aku yang sekarang pegel, bang,” jawab Ayu. Tangannya masih memijati punggung Eka.

“Gampang, nanti gantian.”

“Iiih ogaaah. Sorry ya bukan muhrim.”

“Ya terus kau mau aku halalin?”

“Ngaco!”

The Fact. - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang