Dokter cantik

121 2 0
                                    

Tubuh ku semakin pegal, bersandar terus menerus. Ku baringkan kepala ku di atas meja besi yang dingin, dan menghembuskan napas.

"Fiqi, berapa lama lagi sih?"

"Dia sebentar lagi sampai kok."

"Sebentar, sebentar. Udah 20 menit gua nunggu! Siapa sih yang lo tunggu?" Kepala ku kini terangkat.

"Lo pasti udah lapar banget ya?" Fiqi tersenyum sinis.

"Menurut lo? Aduh Fiqi, cacing gua udah pada demo! Kalo emang masih lama, gua balik aja deh." Aku mulai beranjak dari bangku.

Aku berlari ke luar cafe.

"Aduh." Tubuh ku tertabrak oleh seorang wanita yang lebih tinggi dari ku.

"Oh maaf ya..." Tubuh ku mulai menjauh dari tubuh nya. "Ka Bianca?" Ternyata yang tertabrak ku tadi adalah ka Bianca, perempuan yang menolong ku saat aku kecelakaan.

"Jea. Kamu ngapain disini? Kamu gak jaga ibu mu?"

"Aku baru aja pulang dari rumah sakit." Tiba-tiba saja Fiqi berteriak.

"Jea! Jea...!" Fiqi berhenti saat melihat ku dan ka Bianca.

"Fiqi. Kamu kenal Jea?" Bianca menoleh ke arah ku.

"Dan kakak kenal sama Fiqi?" Aku kembali bertanya.

"Dia adik ka Bia." Alis ku menaik.

"Kakak. Kakak kenal sama Jea dari mana?" Fiqi menghampiri kami.

"Maaf qi, sebaiknya kita bicarain nya sambil makan ya. Sumpah perut gua sakit." Kami pun masuk kembali ke cafe.

Kami duduk di tempat yang sama sebelumnya. Dan kami mulai memesan makan dan minuman. Pembahasan tadi berlanjut, sebelum makanan yang telah di pesan menghampiri kami.

"Jadi, ka Bia ini kakak lo?" Mereka menoleh ke arah ku, Fiqi mengangguk kan kepalanya.

"Jadi, orang yang selama ini kamu ceritain itu Jea?" Badan ku berbalik menghadap Bia, alis ku mulai menaik tidak mengerti.

"Ia. Dan, Jea. Lo kenal sama kakak gua dari mana?" Badan ku berputar ke Fiqi.

"Jea itu orang yang waktu itu kakak tolong, ingat gak? Kakak waktu itu sempat cerita kan sama kamu."

back to two days ago

Fiqi menjemput Bia di halte, karena Bia sudah terlanjut menaiki taxi.

"Ka, aku jemput kakak."

"Kamu sekarang dimana?"

"Di jalan, dikit lagi sampai sih. Macet, aku ada di dekat halte lampu merah."

"Yaudah, kamu tunggu aja di halte ya. Kakak udah terlanjut naik taxi."

"Oke ka. Aku tunggu ya."

20 menit kemudian Bia turun dari taxi dan menghampiri Fiqi yang sedang duduk di halte sembari menenggak susu.

"Hei. Lama ya?"

"Eh, gak kok kak. Ayo."

Di dalam mobil Bia membahas seseorang yang telah ia tolong hari ini, atau lebih tepat membahas Jea.

"Kok tumben kak udah pulang cepet, sampai naik taxi?"

"Lagi gak ada kerjaan."

"Biasanya kalo lagi gak ada kerjaan, pulang nya lebih awal dari sekarang deh. Kok sekarang lagi gak ada kerjaan cuma terlambat 20 menit."

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang