On the second day

84 3 0
                                    

Aku bangun dari tidur ku. Aku keluar dari kamar ku dan menuju ke ruang bawah.

"Dimana dia?" Siapa lagi yang ku cari selain ayah ku pagi ini. "Dia benar-benar pergi. Laki-laki itu memang gila." Aku tersenyum sendiri melihat kelakuan ayah ku.

Aku kembali ke kamar ku. Aku mulai melepas semua pakaian yang ku pakai dan masuk ke dalam kamar mandi. 5 menit sudah aku di dalam sana, tubuh ku sudah tertutup oleh pakaian yang baru keluar dari lemari. Aku kembali turun kebawah, membuat sarapan seadanya.

Ting, tong!

"Ya tunggu sebentar!" Telur yang ada di tangan ku, ku letakan kembali. Aku keluar dari rumah.

"Permisi dik, apa benar adik bernama Jeanita Putri Ranggini?" Pengirim paket melihat ke sebuah kertas yang tertulis nama ku.

"Ya benar aku Jeanita. Ada apa?" Aku bertanya balik dan membuka pagar rumah.

"Ini ada kiriman untuk mu, silahkan tanda tangan sebagai tanda penerima." Pengirim paket mengeluarkan sebuah kertas pengirim dan pulpen.

Aku pun menandatanganinya dan membawa kotak coklat dari pengirim paket tadi. Aku duduk di ruang makan dan memperhatikan kotak coklat itu.

"Apa ini? Dari siapa?" Aku membolak balik kotak itu. "Tidak ada nama pengirimnya, apa ini ya?" Aku mengocok-ngocok kotak itu agar tau isi kotak itu apa. "Tidak ada bunyi." Tidak ada bunyi sama sekali saat kotak itu terkocok.

Aku diam kan kotak itu di atas meja, dan ku lanjutkan sarapan ku.

Ting, tong!

Lagi-lagi bel rumah berbunyi.

"Siapa lagi sih yang datang sepagi ini?" Aku meletakan kembali telur ku, dan keluar rumah.

"Pagi Jea." Fiqi sudah berada di depan pagar dan membawa banyak buah.

"Fiqi. Lo ngapain datang pagi-pagi kaya gini. Lo janjinya kan jam 9 pagi, ini baru jam 7 masih ada 2 jam lagi." Aku membuka kan pagar untuknya.

"Gua cuma mau temenin lo sarapan doang, lo pasti belum sarapan kan? Ini gua bawa buah." Fiqi memberi sekantong plastik yang berisi buah.

"Thanks. Lo udah sarapan?" Aku mengajak Fiqi ke dapur.

"Belum. Makanya gua kesini." Fiqi duduk di bangku meja makan.

"Lo belum sarapan larinya ke sini. Lo pikir rumah gua tempat sarapan? Gua aja bingung mau makan apa." Aku mendesah kesal dan duduk di sampingnya.

"Tenang Je, lo gak perlu bingung. Gua punya resep makanan yang gampang dan buat kenyang." Fiqi membuka kulkas.

Fiqi mengeluarkan 3 butir telur, keju, susu kental.

"Je sini dong bantu gua." Fiqi menarik ku untuk bangun. "Je, ambilin pisang dong di plastik buah itu."

Aku mengambil 1 sisir pisang. "Ini. Mau buat apa sih qi?" Aku menyenggol badannya.

Fiqi mengupas 2 pisang dan di letaka dalam mangkok. "Jea, tolong ya lo ancurin pisang ini sampai halus." Fiqi meberi ku sendok dan mangkuknya.

30 detik pisang itu halus. "Ini. Buat apa si qi? Kaya makanan bayi aja deh." Aku memberi mangkok ke tangan Fiqi.

"Yah telurnya kurang lagi Je." Fiqi mendesah bibirnya lesu.

"Ini Fiqi ada 1." Aku memberi telur yang tadi ingin ku masak.

"Thanks Je." Fiqi memasukan 4 butir telur itu ke dalam mangkok yang terisi pisang.

"Huak!" Aku merasa mual melihatnya.

"Kenapa Je?" Fiqi menoleh saat mendengar ku enggan.

"Gak kok gak apa-apa." Aku kembali duduk di meja makan. Memperhatikan Fiqi yang sedang memasak.

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang