Still on the same day

198 4 0
                                    

Aku terbangun dari tidur ku setelah mendengar suara mobil berada di depan rumah ku. Aku langsung beranjak dari kasur, di luar sana ayah sedang memasukan kopernya ke bagasi taxi. Tidak tau mau kemana ayah pergi. Aku langsung berlari ke bawah, melarang ayah untuk pergi.

"Ayah. Tunggu yah!" Aku keluar dari kamar berlarian sambil memanggil-manggilnya. Sesampainya di pintu gerbang mobil itu sudah jalan sangat kencang. Lagi-lagi air mata ini jatuh.

Aku tak peduli bila ada seseorang yang melihat ku menderita seperti ini, aku tak peduli bila ada seseorang yang melihat ku nangis seperti ini. Langit mulai gelap, hujan mulai turun rintik-rintik. Aku memilih kehujanan di luar agar tidak ada yang tau aku sedang menangis. Hujan mulai turun deras, aku masih duduk dan tertunduk dalam di dekat pagar. Tiba-tiba saja aku merasa tubuh ku tidak terkena derasnya hujan.

"Lo bisa sakit Je." Fiqi yang berada di sampingku memayungi ku.

Aku mengangkat kepala ku setelah aku mengenal suara itu "Biarin aja. Lagian juga gak ada yang peduli sama gua, cuma ibu gua doang yang peduli. Sekarang, saat ibu gua terbaring. Gak ada yang bisa ganti dia." Aku mulai tidak jelas berbicaranya.

"Siapa bilang gak ada yang peduli sama lo? Masih banyak orang di luar sana yang peduli sama lo tanpa sepengetahuan lo." Fiqi mencoba membuat ku berdiri. "Sekarang masuk ya."

"Gak! Gua gak mau! Biar aja gua disini, biar gak ada yang tau seberapa derasnya air mata gua jatuh hari ini." Aku semakin merasa sakit, sakit dengan luka hati dan luka yang ada di seluruh tubuh ku.

"Kalau seandainya aja ada yang peduli lo saat ini, apa lo mau nurut dengan orang itu?" Fiqi masih berdiri di tempat yang sama.

Aku hanya bisa terdiam dan terus menangis. Pikiran ku hari ini kacau sekali.

"Gua peduli sama lo saat ini. Jadi gua mohon sama lo, lo sekarang masuk ke dalam rumah. Gua bukan bermaksud ngatur lo, gua cuma gak mau lo tambah sakit. Saat ini lo udah ngerasain sakit yang benar menyakitkan, tapi bukan ini caranya ngilangin semua rasa sakit itu." Fiqi berjongkok di hadapan ku dan mengulurkan tangannya "Ayo, masuk." Dia menuntun ku masuk ke dalam.

"Ganti baju ya, sementara itu gua mau cari kotak P3K dulu."

"Kotaknya ada di dapur Qi." Aku tersenyum lemas dan terjatuh.

"Jea!" Untung saja Fiqi cepat menangkap tubuhnya Jea yang sekarang tidak sadar.

Fiqi meletakan kompresan di dahi ku dan dia selimuti tubuh ku yang basah kuyup. Tidak lama kemudian aku tersadar, Fiqi sudah tidak ada di ruang tamu.

"Fiqi! Dimana dia?" Aku melihat sekitar yang sangat sepi. Tiba-tiba saja leher ku seperti ada yang menghelus. Saat aku menoleh ke belakang tidak ada siapa-siapa.

Saat aku menoleh ke depan lagi "Wahahaha...!" Fiqi yang memakai topeng tengkorak sudah berada di hadapan ku.

"Aaa! Fiqi! Ih, gak lucu tau!" Aku memukuli badannya sekuat tenaga.

"Hahaha. Ada apa Je?" Fiqi tertawa geli.

"Ih rese. Lo kok belum pulang?" Aku sengaja memasang muka bosan.

"Kenapa emang kalo gua belum pulang? Lo gak suka gua ada di sini?" Tawa Fiqi terhenti dan suaranya melemas.

Aku menghembus kan napas dan meninggalkannya. Aku pergi ke kamar untuk mengganti baju ku yang basah sekali. 5 menit aku kembali ke ruangan tamu, ku kira Fiqi sudah pergi ternyata dia sedang di luar memandangi langit yang penuh bintang.

"Lo belum pulang?" Aku menghampirinya yang tengah duduk di teras.

"Jujur ya, lo gak suka ada gua?" Dia menoleh ke muka ku.

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang