Mimpi

4.4K 314 9
                                    

Disaat Agnes masih di kantin, Felice berdiam diri, sambil duduk di atap gedung sekolah yang sepi.

Tempat ini cukup sepi karena kebanyakan murid lebih memilih taman yang teduh, dari pada atap yang panas.

"Huffftt...." Felice menghela nafas panjang sambil mendongakkan pandangannya ke atas.

"mimpi semalam... Ayah..." ucap Felice pelan sambil matanya mulai berkaca-kaca.

Ia merasa sedih sekaligus senang karena memimpikan sosok ayahnya.

"a-aku akan mencobanya, yah" ucap Felice.

Ia lantas menutup matanya mencoba mengingat mimpi semalam kemarin.

"a-ayah" ucapnya lagi.

Tak terasa keluar setetes air mata dari mata Felice.

Flashback on

Felice pov

"sudah lah Felice, Felice. Jangan terlalu kau pikirkan tentang penjelasan dari Agnes tadi. Anggap saja semua sudah clear. Oke..." gumamku sendiri.

Aku berjalan menuju dapur, berniat untuk membuat makan malam untuk diriku sendiri.

Karena aku terlalu lelah, dan kepalaku sedikit pusing karena memikirkan penjelasan Agnes yang masih setengah masuk akal setengah mengkhayal, akhirnya aku hanya memakan roti gandum dengan selai strawberry dan tidak lupa teh hangat untuk badanku.

Setelah itu aku menuju kamar tidurku untuk beristirahat, tapi aku ingat aku harus minum beberapa obat dan vitamin agar tetap sehat.

Lebih tepatnya agar aku dapat bertahan hidup, seperti janjiku kepada ayah.

Kalian pasti tau lah, untuk bertahan hidup dalam keadaan sehat saja susah, apalagi dalam keadaan sakit. Aku tidak ingin membayangkannya apa lagi merasakannya.

Setelah itu aku langsung tidur di kasur ku, dan menarik selimut sampai dadaku.

"aku akan bertahan hidup ayah, walaupun aku sebatang kara" ucapku dalam hati sambil memejamkan mataku untuk beristirahat.

"nak" panggil seseorang.

Suaranya begitu menggema, dan sepertinya aku mengenal suara itu.

Aku lantas membuka mataku, dan jantungku berdetak kencang karena terkejut dan takut.

"anakku Felice" panggil seseorang lagi.

Suara itu lagi, aku langsung mengedarkan pandanganku ke sekeliling.

Tetap saja hanya ada aku seorang di kamar ini.

Tapi tiba-tiba dari belakang ada tangan yang menyentuh pundakku.

Aku langsung menoleh ke arah belakang, dan ternyata itu adalah

"Ayah?" ucapku seketika ketika melihat ayah yang ada di belakangku sekarang.

"ayah" ucapku lagi seraya memeluknya erat "aku merindukanmu lanjutku.

Tangisku pecah di dalam pelukannya.

"hei, anakku Felice adalah gadis yang terkuat, jangan menangis, kau tak sendiri sekarang" ucap nya.

"apa? Benarkah? Jadi ayah akan disini menemaniku sehingga aku tidak akan sen-"
Kata-kata ku terpotong karena jari telunjuk ayah ada di bibirku.

"ssstttt..." lalu ia melepas jarinya dibibirku "kau tidak sendiri nak, akan ada yang menemanimu, tapi itu bukan aku" lanjutnya sambil tersenyum.

Tersenyum manis dengan raut wajah senang yang selalu ia tunjukkan padaku saat aku masih kecil.

I'm WerewolfWhere stories live. Discover now