Takdir

3.9K 423 15
                                    

.
.

Chanyeol kembali meneguk segelas penuh wine berkadar alkohol tinggi akibat proses fermentasi yang panjang. Ia bahkan tidak memperdulikan suara bartender yang terus mengingatkan nya untuk berhenti akibat kondisi chanyeol sudah sangat mabuk.

Ini memang sudah menjadi rutinitas nya sehari-hari semenjak kepergian baekhyun satu tahun yang lalu. Tidak jarang ia memukul orang yang berkata bahwa baekhyun nya tidak akan kembali, orang itu adalah sehun. Namja albino yang berstatus sahabat chanyeol itu kerap pulang dalam keadaan babak belur akibat pukulan yang bertubi dari chanyeol.

Tangan nya hampir saja menuangkan wine kembali kalau saja tidak ada yang menghentikan gerakan nya. Chanyeol mendongak dan mendapati sekertaris pribadi nya, kim jong dae.

Chanyeol memang dipaksa melanjutkan kegiatan perusahaan sang ayah akibat dirinya yang suka mabuk dan juga bermain wanita . Ayahnya menaruh harapan pada chanyeol agar anak nya itu dapat berubah menjadi dewasa seperti sedia kala . Namun inilah yang terjadi, chanyeol memang sudah sangat hebat mengemban kegiatan berbisnis nya dan setelah ia pulang kerja, ia akan balik berbuat mabuk dan bermain wanita.

"Pergilah, aku tidak membutuhkan mu disini" gumam chanyeol masih dengan kesadaran yang minim, bahkan ia hampir terjungkal kebelakang namun tangan chen menahannya.

"Maaf sajangnim, sepertinya anda harus segera pulang-" chen menarik tangan chanyeol dan membopoh badan berat itu "-dan saya akan mengantar sajangnim menuju apartemen anda"

chanyeol hanya menurut karna setelah melewati pintu keluar kesadaran namja tinggi itu hilang sehingga membuat chen harus dibantu petugas keamanan untuk membopoh badan chanyeol menuju mobil.

Chen menghela nafas "kau kembali seperti dulu chan, yaitu menghancurkan hidup mu sendiri,"

****

"Naskah anda masih belum sepenuhnya sempurna tuan byun-" namja tampan berkulit kecoklatan itu nampak mengendurkan dasi nya "kata-kata di naskah mu masih belum mengunggah dan membuatku menghayati nya. Ini masih belum bisa di publikasikan"

Baekhyun hanya menunduk, tangan nya mencengkram kuat pinggiran roda dikursi roda yang ia duduki "baiklah , saya akan membuat ulang lagi"

Namja tampan yang ia ketahui namanya adalah jongin mengeluarkan selembar kertas berisi nama dan nomor ponsel . "Kau bisa berkonsultasi dengan temanku, ia adalah kris seorang penulis hebat di cina namun saat ini ia tinggal diamerika untuk menyelesaikan buku baru nya"

Baekhyun mengambil kartu nama itu dengan lemas. Entahlah, ia hanya merasa tidak nyaman kalau mengobrol dengan namja yang belum dikenalinya. Namun tak ingin membuat jongin kecewa ia mengambil selembaran itu dan menatapnya.

"Terimakasih sajangnim-" baekhyun menunduk dan memasukkan kertas itu kesaku mantel nya "- tapi sepertinya takdir saya masih harus menjadi editor majalah, saya mohon pamit"

Baekhyun hendak pergi , namun tetesan hujan mulai mendekap nya didalam cafe tersebut. Ia menoleh dan tidak mendapati jongin sajangnim ditempat, mungkin ia sudah pulang. Mata mungil nya masih menatap sayu rintikan hujan.

'Lagi, aku teringat denganmu'

Ia mendekati tumpukan buku di rak buku pojok cafe dekat meja kasir. Disini memang menyediakan buku-buku novel klasik untuk pembeli. Dan baekhyun tertarik dengan buku bewarna lusuh berjudul 'takdir' . Tangan nya membuka halaman pertama buku itu.

'Takdir adalah sebuah garis tuhan yang tidak bisa kau hindari'

'Takdirmu adalah seseorang yang selalu dekat denganmu dan akan selalu bertemu denganmu meskipun kau menghindarinya'

Outside The WindowWhere stories live. Discover now