Prolog

145 7 1
                                    


Untuk apa lagi aku hidup? Aku bahkan tak ada bedanya dengan manusia-manusia yang berada di dalam rumah sakit jiwa itu. Untuk apa lagi aku bertahan di dunia ini? Aku hanya akan menghabiskan uang dan waktuku. Untuk apa lagi aku berada disini, jika mereka saja bisa menghitung sisa hidupku?

Aku kembali menggigit bibir bawahku. Aku tidak merasakan apapun sampai kurasakan sesuatu menetes mengenai sweaterku ini. Aku tidak mencoba menghiraukan apapun ini karna aku sudah sangat hafal akan baunya. Bau amis dan anyir khas darah segar. Darah. Desahku dalam hati. Ya. Aku menggigit bibirku sampai berdarah seperti ini. Entah sejak kapan aku bertingkah mirip seperti kanibal ini, tapi aku ingin mati saja rasanya.

Dalam hitungan detik, seseorang pasti akan berteriak meneriaki sweaterku yang berlumuran darah juga tercampur dengan air mata. Dan benar saja bahwa hal itu terjadi. Aku masih diam saja, nyalang menatap seisi kota California ini dari bangunan lantai 15 dibalik kaca apartemenku ketika seorang wanita setengah baya meneriaku untuk berhenti menggigit bibirku. Aku masih saja terus menggigiti bibirku meskipun wanita itu berusaha memelukku dan menenangkanku.

"Aku tidak gilaaa. Aku baik-baik sajaaaaa. Jangan!! Jangan bawa aku ke dokter. Aku benci bau darahhh." Aku semakin tak dapat mengendalikan diriku. Wanita setengah baya itu kini tersungkur, akibat dorongan kuat dariku. Aku berlari keras dan menabrak apapun yang ada di depanku, dan berhenti pada sebuah kulkas, kemudian dengan refleks, aku membenturkan kepalaku keras hingga kurasakan kesadaranku menghilang.

My California QueenOnde as histórias ganham vida. Descobre agora