Bahagia

43.8K 1.2K 20
                                    

Mereka sedang menunggu hasil dari pemeriksaan. Tepatnya Syihab yang menunggu karna Aisyah sedang diperiksa dan belum keluar. Selang beberapa menit Aisyah muncul dari ruang pemeriksaan dan duduk disamping Syihab. Tak berapa lama dokter Fadlan pun muncul.

"Langsung aja gak usah berbelit-belit yak. Selamat buat kalian karna bu Aisyah tengah mengandung, usianya baru 3 minggu. Dan tolong jaga kondisi ibu bayi karna perasaan sang ibu bisa mempengaruhi kondisi bayi. Dan satu lagi diusahakan jangan membuat ibu Aisyah stres berat karna itu bisa membuat keguguran mengingat diumur-umur seperti inilah rentan untuk keguguran" terang dokter Fadlan.

"Tuh kan mas, gak percayaan banget. Dibilang aku hamil gak percaya dok" adu Aisyah.

"Ada-ada aja kelakuan kalian yang buat rusuh ruangan saya. Kalau gak ada kepentingan bisa keluar lewat pintu" ucap sang dokter menunjukan arah pintu.

"Ohh jadi dokter ngusir kami? Yaudah yang, ayo keluar. Sumpek juga ruangan ini" ucap Syihab. "Ehh dok, tapi makasih yak" sambung Syihab diambang pintu. Dokter Fadlan hanya terkekeh lalu menganggukan kepala.

Perjalanan pulang terasa lebih cepat, entah karna jalanan tidak begitu macet mengingat Bandung lumayan padat penduduk atau karna kabar bahagia yang diberi tahu dokter Fadlan ini. Mobil Syihab memasuki pekarangan rumah.

"Assalamualaikum. Aku pulang" salam Syihab.

"Mas jangan pea deh, orang gak ada siapa-siapa juga. Main teriak-teriak lagi, kuping aku sakit tau" ucap Aisyah kesel.

"Kata siapa? orang ada umi abi bunda sama ayah. weekkk.." ucap Syihab mengulurkan lidah dan meninggalkan Aisyah di ambang pintu.

"Bagus istri ditinggal. Di ambil tetangga baru mewek" ucap Aisyah ketus.

"Udah pulang hab. Kok gak pake salam sih?" Tanya ayah.

"Orang udah pake salam kok yah, kalian aja yang gak denger" ucap Syihab pembelaan.

"Ohh. Waalaikumsalam kalo gitu" ucap mereka kompak.

"Lah Aisnya mana?" Tanya bunda.

Belum sempet Syihab menjawab suara Aisyah sudah terdengar. "Ais disini bund" teriak Aisyah dari ruang tamu. Mereka yang mendengar suara Aisyah pun langsung menghampirinya.

"Loh Ais kenapa kamu malah duduk disini sayang" tanya umi.

"Ais cape umi" jawab Aisyah apa adanya.

"Perasaan tadi biasa aja deh yang pas aku tinggal di depan pintu" sahut Syihab.

"Ya mana aku tau, orang mau masuk tapi pantannya minta duduk dulu disini" ucapnya cuek.

"Aisyah gak sopan tau" tegur bundanya.

"Salahin mas Syihab bund, dia dari tadi ninggal aku mulu" ucapnya menutup mata seraya merebahkan kepalanya dikepala sofa.

"Maaf yang, cape banget yak?" Tanya Syihab.

"Iya, gendong aku ke kamar cepet. Satu lagi, aku masih pengin pecel lele. Tapi aku gak mau keluar cari pecel lele, gimana dong?" Tanya Aisyah.

"Yaudah ntar aku yang cari, kamu tunggu dikamar aja yak" ucapnya menggendol Aisyah ala bridal.

Sesampainya di kamar ia merebahkan badan istrinya ke tempat tidur. Kemuadian ia turun mengambil kunci mobil yang ada di nakas ruang santai. Disana masih lengkap ada umi, abi, bunda dan ayahnya.

"Hab, lah ini kita dikumpulin disini buat apa?" Tanya abi.

"Entar Syihab kasih tau kabar bahagia tapi nunggu Syihab cari pecel lele pesenan Aisyah dulu yak bi. Tolong jagaiin Aisyah dulu. Syihab pergi bentar, assalamualikum" ucap Syihab mencium punggung tangan mereka dan melenggang je arah mobil.

Takdir Yang MemilihWhere stories live. Discover now