Dion adalah satu satunya orang yang memanggilku Vanya, karna semua keluargaku memanggilku Deva.

Aku putuskan untuk mengungkapkan perasaanku saat ini juga.
“Dion aku mau ngomong, sebenernya-”

Belum selesai aku berbicara, dia langsung memotong, “Kamu sayang aku, kamu juga sudah tau tentang penyakitku. Mangkanya kamu membuat 1000 burung kertas agar permintaan mu untuk kesembuhanku terkabul. Iya kan?”

Aku hanya tersenyum malu, karna dia sudah tau semuanya.
Hening.
Aku tak tahu harus ngomong apa, karena aku masih berusaha meredakan pipiku yang memerah.

“Aku juga sayang kamu tapi hidupku nggak akan lama lagi. Carilah lelaki lain yang bisa membahagiakan kamu selama sisa hidup kamu,” ucapnya lirih

“Aku yakin kamu pasti sembuh Di, aku sudah membuat 850. Kurang 150 lagi maka keinginanku akan terkabul. Kamu nggak boleh pesimis Di,” tanpa sadar aku meneteskan air mata. Aku benci orang yang pesimis.

“Sekarang biarkan aku pulang, aku akan mnyelesaikan pekerjaanku yang tertunda. Aku akan minta bantuan kakak biar hari ini selesai. Aku akan-”

Dia langsung memelukku. Aku menangis dalam pelukannya. “shh. Im fine. Semuanya akan baik baik saja. Aku tidak butuh 1000 burung kertas, aku hanya butuh kamu sebelum aku benar benar pergi dari dunia ini. Aku ingin menghabiskan hari hari bersamamu. Biarlah kenangan selama beberapa hari ini yang akan ku bawa. Semuanya sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa,” ucapnya lirih

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tau semuanya tak baik baik saja. Takkan kusia siakan waktuku untuk membuat burung kertas lagi. Akan ku ukir kenangan kenangan indah yang tak akan ku lupakan.

Setelah tangisku reda, aku langsung meminta kertas dan bolpoin kepadanya. Aku membuat daftar kegiatan yang akan kita lakukan. Dion hanya tersenyum melihat tingkahku.

Tiba-tiba pintu diketuk, dan muncullah semua keluargaku yang langsung tersenyum bahagia melihat aku baik baik saja.

^-^

Hari ini aku sudah diperbolehkan keluar dan mulai melaksanakan daftar kegiatan yang akan kami –aku dan Dion- lakukan bersama.

Mulai dari jalan jalan di taman, makan ice cream, kewahana bermain, makan siang buatanku, nonton tv bareng hingga ketiduran, mengunjungi anak-anak yayasan yatim piatu hingga malam. Malamnya kita berdua membuat burung kertas bersama hingga mendapat 980.

Aku duduk membelakanginya dan sibuk membuat burung kertas. “Oh ya Dion besok kita mau kemana lagi? Dion?” tapi tak ada sahutan. Saat ku tengok ke belakang Dion sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari hidungnya.

Aku berteriak histeris seperti orang kesetanan dan membuat semua orang terbangun dari tidurnya. Karna saat ini sudah jam 11 malam.

Dion langsung dilarikan ke rumah sakit. Dan aku? aku hanya bisa mengikutinya dari belakang dengan air mata yang terus bercucuran.

Mengapa secepat ini? Baru juga 1 hari kami melukis kenangan. Tapi kenapa harus pergi lagi. Aku belum sempat membuatnya bahagia. Aku belum sempat menyelesaikan 1000 burung kertasku. Dan aku belum mengatakan secar alangsung kalau aku benar-benar mencintainya.

Kritis. Keadaannya sangat kritis. Secepat itukah kau meninggalkanku? Tak tahukah kau betapa sakitnya diriku? Kenapa kau jahat sekali Di? Sekarang, aku harus bagaimana? Haruskah aku menyusulmu? Aku tahu itu terdengar bodoh, tapi apa lagi yang bisa kulakukan tanpa adanya dirimu?

Berdo’a. Ya, berdo’a. Aku berlari ke musollah dirumah sakit itu. Aku menjalankan sholat sunnah dan berdo’a untuknya.
“Ya Allah, Aku tahu aku bukan hamba-Mu yang taat. Aku masih sering melalaikan Sholat dan semua perintah-Mu. Untuk kali ini saja, izinkan hamba-Mu ni meminta pada-Mu. Satu hal saja. Aku hanya ingin Dion disembuhkan dari penyakitya. Jika tidak, berilah dia kesdaran walau hanya satu jam. Aku masih ingin berbicara beberapa hal padanya. Setidaknya, sampai hatiku menyiapkan diri. Aku tahu Kau mengerti perasaanku saat ini, tapi kumohon biarkan aku melukis sedikit lagi kenangan bersamanya. Sedikiit saja. Kumohon,” Aku mengakhiri do’aku dan berjalan menuju ruangan bernomor 952 tempat Dion dirawat dengan pandangan kosong. Aku duduk disamping Ibu dan melipat kakiku. Aku benamkan kepalaku kedalamnya.

Beberapa jam kemudian, dia dinyatakan pergi untuk selama lamanya. Haruskah secepat ini? kenapa harus dia yang pergi? Baru saja kita bersama tapi mengapa Tuhan sudah menjemputmu? Apa itu tandanya Tuhan lebih menyayangimu?
Kali ini aku tak menangis, aku hanya diam dengan pandangan kosong. Bayangkan saja, lelaki uang kau kira adalah jodohmu telah pergi meninggalkanmu untuk selamanya. Aku menangis dalam hati. Aku sudah terlalu lelah.

Ibuku memberikanku sebuah kotak kecil dan surat yang ia temukan di saku jaketnya. Aku memasukkan kotak itu pada tasku dan membaca suratnya

Hai Vanya :)
Aku tahu, saat surat ini sampai kepadamu aku sudah tidak ada di dunia ini.
Tetaplah menjadi Vanya yang periang.
Anggap saja pertemuan kita yang lalu sebagai kado untukmu.
Tetap jalani hidupmu seperti biasa.
Aku tahu kau berpikiran untuk menyusulku. Plis, jangan menjadi gadis bodoh hanya karena lelaki sepertiku.
Nggak usah nangis sampe berhari-hari. Aku nggak suka.
Aku akan slalu mengawasimu dari sini.
Aku akan selalu mendukung apapun pilihanmu
Aku percaya kamu dapat menjalani ini semua. Kamu tak sendiri
Banyak orang yang menyayangimu, jangan kecewakan mereka.
Jangan khawatir, aku bahagia disini
Do’akan aku bertemu orang tuaku yah :)
Aku akan slalu merindukanmu.
Percayalah, aku slalu mencintaimu. Tak perlu kau katakana pun aku sudah tahu kau sangat sangat mencintaiku. Kan?
Cari pria lain yang bisa membuatmu bahagia.
Aku akan bahagia jika kau juga bahagia.
Di pohon mangga belakang rumahmu sudah kutulis nama kita. Jangan lupakan aku.
Salam sayang untukmu,
Dion

Aku hanya tersenyum miring membaca pesan itu. Ketika aku sudah dihalaman belakang rumahku, aku meraba ukiran yang dimaksud. Tak ada air mata yang  menetes.

Dion Prananta
&
Devanya Aldira

Aku terduduk lemas sembari menahan agar aku tidak hilang kendali. Tiba-tiba aku teringat pada kotak kecil yang kumasukkan dalam tas. Saat kubuka ternyata sebuah cincin dan catatan  kecil. Aku menutup mulutku agar tidak menjerit.

Aku ingin melamarmu saat hari ulang tahunmu nanti, tapi kurasa umurku tak sepanjang itu. jadi aku melamarmu sekarang juga. Will You Marry Me? jika jawabanmu iya pakilah cincin ini.
I’ll Always Love You Whenever And Wherever It

Aku mengangguk dan memakai cincin itu. Aku memandangi cincin yang kini  melingkar dijari  manisku dengan air mata yang tak dapat lagi kutahan.  Kulihat, kakakku ikut menangis diambang pintu belakang. Aku tahu dia tak kuasa melihat adik bungsunya yang terkenal periang, sangat kacau hanya karena satu lelaki. Aku tak peduli.

^-^

Setelah pemakaman Dion selesai, aku pulang kerumah untuk mengambil  1000 burung kertas yang sudah kubuat untuk kuletakkan di pusaranya.

Kau akan selalu ada di hatiku. Dibagian terdalam yang tak seorangpun dapat menjangkaunya

THE END 

Jika orang yang kita cintai direnggut dari kita, mereka akan tetap hidup jika kita terus mencintai mereka. Bangunan hangus, orang mati, tapi cinta sejati akan ada untuk selamanya.

Nd-


*****

Terima kasih sudah mau membaca cerita abal abal saya.
maaf kalo banyak typo yang bersebaran.

The Bird PaperOù les histoires vivent. Découvrez maintenant