5th - Geloso? No, It's Jaloux!

83 8 0
                                    

Jimin x Raemi

Kacamata bulat setia menempel pada batang hidungnya. Setelan kemeja putih dengan dasi hitam dan juga nametag yang bertengger di lehernya menjadi pakaian sehari-harinya saat ini. Jimin menghela napas berat. Pekerjaan di kantornya tidak sama sekali membuatnya tenang. Berkas-berkas yang menumpuk masih menjadi tontonannya saat ini. Menandatangani beberapa proposal dan juga menghitung banyaknya pengeluaran dan pendapatan yang masuk tak luput dari perhatiannya.

Sebenarnya, Jimin tak pintar ekonomi.

Dan statusnya bukan juga sebagai bendahara.

Namun sialnya, orang tuanya menolak jika ia harus berakhir menjadi model iklan celana dalam. Oke, Jimin memang pernah bercita-cita seperti itu. Dia memiliki tubuh yang bagus, bukan salahnya jika ia ingin mengekspos tubuh indahnya itu dengan cara menjadi model iklan celana dalam.

Jimin bodoh, kan?

Tenanglah. Dia tak sebodoh itu.

Beruntung sekali akhirnya ia dapat duduk di kursi hitam yang empuk untuk meneliti banyaknya kertas yang ada di hadapannya. Setidaknya, gaji menjadi asisten direktur dalam sebuah perusahaan penerbitan buku jauh lebih besar dibanding menjadi model iklan celana dalam. Oh, jangan lupakan juga jika Jimin ikut berperan menjadi seorang editor. Entah apa yang ada di pikirannya, walaupun sudah menjabat sebagai asisten direktur, pekerjaan utamanya sebagai editor tak ingin ia lepaskan begitu saja.

Petir masih menyambar kencang, seakan mengingatkan Jimin kepada seorang gadis yang memiliki janji temu dengannya. Dengan segera ia mempercepat laju pikirnya untuk segera menyelesaikan pekerjaannya saat ini.

Petir kembali memekakan telinga pria berambut merah itu. Seketika kembali teringat jika gadis dengan rambut coklat bergelombang itu ingin dibelikan buku resep memasak. Jimin berpikir sejenak, membayangkan Raemi bergulat dengan pisau dan bahan-bahan lainnya yang ada di dapur. 'Ia akan menjadi sosok Ibu yang baik', pikirnya.

Setelah dirasa sudah selesai, ia segera menuruni anak tangga untuk membeli satu buku resep memasak yang ada disana. Kantor Jimin memang berada di atas sebuah toko buku yang mengatasnamakan label perusahaan tempat pria itu bekerja. Ia segera melesat, berniat menerobos badai menuju suatu tempat dimana ia memiliki janji temu dengan gadisnya.

'Duk'

Tanpa sengaja ia menabrak seorang gadis dengan tubuh indah yang tanpa sengaja pula menjatuhkan barang belanjanya. Beberapa buku tulis sukses jatuh ke lantai. Namun entah mengapa, Jimin tak segera berjongkok untuk membantu gadis itu. Ia terlalu fokus memperhatikan wajah yang terlihat familiar di matanya.

Tidak, Jimin bukan pria cabul yang akan macam-macam. Gadis di depannya memang terlihat familiar untuknya.

"Maafkan aku, aku tidak se-"

"Apakah kau kekasih si pembalap mobil oranye? Aku sering melihatmu di sekitar arena balap." Jimin berujar to the point sembari memegang kacamata bulatnya. Tak lupa sedikit memicingkan matanya agar terlihat lebih serius.

"Huh? Bagaimana kau bisa tahu?" Gadis itu terlihat bingung, namun sedetik kemudian menyadari sesuatu.

"Oh! Ramyun?" Tebak gadis itu. Jimin menjentikkan jarinya setuju. Ternyata gadis itu bisa dengan mudah mengenalinya juga.

"Apa kau akan datang ke sirkuit sekarang? Hoseok pasti tersiksa menungguku saat ini." Gadis itu berhasil menyelesaikan buku yang tadi berceceran ke lantai.

"Hm, begitulah. Ingin pergi bersamaku? Gadisku juga sepertinya sudah gila di sana." Ujar Jimin membayangkan wajah Raemi yang sedang kesal. Ia tersenyum sejenak, dan sedetik kemudian mendapat balasan berupa sebuah anggukan kecil dari gadis di depannya. Ia mempersilakan gadis itu untuk membayar barangnya, kemudian pergi bersama menuju arena balapan.

BANGTAN SERIESWhere stories live. Discover now