PUTRI KELABU 2 -05-

Start from the beginning
                                    

“Dan apa-apaan kau ini, kau ingin melindunginya? Lepaskan, aku ingin memberikan kakek tua itu pelajaran!” ujar Valerina kesal ketika menyadari tangan Are sudah melingkari pinggangnya.

“Aku tidak berusaha melindungi siapapun, aku melakukan hal yang aku inginkan,” elak Are seraya menatap wajah cantik gadis itu, Valerina terdiam sejenak, berfikir, kemudian terkikik pelan dan melepas kaca mata Are sebelum mencium bibirnya perlahan. “Katakan kalau kau setuju,” bisik Are, menjauhkan wajahnya sesaat.

Valerina mengerutkan keningnya. “Bagaimana bisa aku menolak permintaan seorang dokter tampan sepertimu. Tentu saja iya,” bisiknya. Are tersenyum lebar, kemudian kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Valerina. Sepenuhnya mengabaikan sosok kakek gadis itu yang tengah tersenyum tenang di balik pintu kamarnya.

***

“Apa??!” pekik Keysa tidak percaya keesokan harinya  ketika Valerina menceritakan perbincangannya dengan Are. Ia tersenyum tipis melihat keterkejutan Keysa, namun sebisa mungkin menyembunyikan kegeliannya dengan menyibukan diri dari balik manekinnya. “Kau akan membintangi iklan bulan kesehatan tahun ini?” ulangnya. Valerina mengangguk pelan. Wajahnya sedikit memerah. “Kau akan terekspos,” desis Keysa ngeri.

“Aku rasa tidak salahnya menjadi terkenal,” ujar Valerina setelah diam beberapa saat. Keysa kembali menatapnya tidak percaya. Kemudian terkekeh pelan.

“Ya tentu, tapi aku tidak yakin bisakah kau menandingi terkenalnya brand pakaianmu,” ujarnya riang. Valerina hanya tersenyum geli melihat kelakuan sahabatnya itu. Sudah lebih dari dua tahun mereka bekerja sama, namun baru kali ini Valerina bisa mendengar tawanya yang renyah, ataukah selama ini ia sama sekali tidak menyadarinya?

Keysa mendesah lega. Akhirnya, ia menemukan sosok asli gadis kelabu ini. Dan tentu saja ia sama sekali tidak meragukan kepiawaian gadis ini untuk membintangi iklan itu. Valerina adalah gadis multi talented pertama yang ia temui, terlebih saat mengetahui masa lalunya sebagai mahasiswa kedokteran. Ia yakin, jika Valerina meneruskan kuliahnya ia tentu sudah menjadi dokter yang paling menawan saat ini.

“Eh, tapi kemana dokter tampan itu? aku melihatmu berangkat sendiri hari ini,” ujar Keysa. Ia bisa mendengar desahan nafas sang putri ketika tangannya berhenti memasangkan jarum-jarum kecil di atas manekinnya.

“Dia ada pertemuan di Malaysia,” jawab Valerina pelan. “Jadi aku akan memulai syuting tanpanya,” Keysa menutup buku besarnya perlahan. Entah mengapa bukan masalah itu yang membuatnya merasakan mendung yang tersembunyi apik di balik keceriaan valerina hari ini.

                                                ***

Sore itu Valerina pergi sendiri ke kawasan Bandung. Kedatangannya langsung disambut ramah oleh sang sutradara. “Nona Rachel, ah maksud saya nona Valerina. Senang bertemu dengan anda,” ujar seorang lelaki berumur 40-an ketika melihat Valerina memasuki rumah bermain anak yang disetting sebagai tempat lokasi syuting yang pertama. “Saya Rio, sutradara iklan ini.” Ujarnya. Valerina mengangguk santun. “Santailah dulu, syutingnya akan dimulai satu jam lagi.” Lagi-lagi Valerina mengangguk dan mengedarkan pandangannya ke ruangan besar warna warni itu. sesuai dengan namanya, rumah ini memang di peruntukan untuk tempat bermain anak-anak. Sejauh mata memandang, Valerina bisa melihat berbagai benda berwarna-warni memenuhi ruangan yang cukup besar itu. Rak-rak buku berwarna-warni, kuda-kudaan kecil, miniature rumah, dan berbagai benda lainnya. Keceriaan bocah-bocah itu tampak sangat nyata, sama sekali tidak terusik oleh benda-benda besar untuk kepentingan syuting hari itu.

Ceritanya adalah, Valerina akan menjadi seorang dokter muda yang baik hati, yang membatu beberapa ibu yang tengah kesusahan menghadapi wabah penyakit pada anak-anak mereka. Wabah penyakit itu di akibatkan karena kebiasaan hidup kotor di kebanyakan keluarga. Dan disanalah Valerina, yang berperan sebagai dokter namun lebih tampak seperti bidadari, datang membantu para ibu menyembuhkan anak-anak mereka dan mengadakan penyuluhan untuk membiasakan hidup bersih.

Semuanya tampak sederhana namun begitu dalam maknanya. Kebersihan memang salah satu hal yang patut dijaga dimanapun.

Pada bagian awal ini Valerina hanya perlu berakting menjadi dokter yang mendapatkan kabar tentang wabah yang mengenai beberapa anak itu. dan selebihnya adegan itu di lakukan oleh beberapa anak balita dan ibu mereka. Valerina memutuskan untuk langsung pulang ketika pengambilan gambarnya selesai. Meski ia sedikit tertarik untuk melihat akting bocah-bocah kecil itu, tetapi telepon darurat dari Keysa memaksanya untuk segera pulang.

                                                ***

Valerina memutar menekan klaksonnya dengan pelan ketika melihat sebuah motor melewatinya, ia tak sampai hati menegur bocah berseragam putih abu-abu itu, namun kelakuan mereka terkadang justru membahayakan jiwa mereka sendiri. Ketika ponselnya tiba-tiba bergetar, ia sudah memasuki jalan tol, sepenuhnya terbebas dari kendaraan roda dua.

“Ya semuanya berjalan lancar,” ujar Valerina ditelepon. “Aku akan pergi ke lokasi syuting kedua sekarang. Kapan kau pulang?” valerina mendengar desahan nafas di sebrang sana. Sebelum Are menjelaskan ketertundaan kepulangannya. “Baiklah, jaga dirimu baik-baik,” bisik Valerina pelan sebelum menutup teleponnya.

Syuting kali ini berlokasikan di puncak bogor. Sebenarnya Rio sudah menawarinya untuk pergi dengan mereka sejak kemarin, namun karena urusan mendadak dengan Keysa ia baru bisa datang hari ini.

Valerina menarik nafas dalam-dalam ketika sampai di lokasi syuting. Aroma pegunungan yang sejuk langsung menerpa wajahnya. Begitu damai dan lembut. Padang rumput yang luas dan indah terbentang di hadapannya, dan kini sudah berhiaskan balon-balon berwarna warni. Ia akan menari bersama anak-anak itu hari ini. Berputar bahagia. Ya, itulah skenarionya, menggambarkan kesehatan dan betapa bahagianya anak-anak itu.

“Ibu peli,” bisik seorang gadis kecil. Valerina mengernyit ketika mendengar suara mungil yang sepertinya dimaksudkan kepadanya. Namun ia tetap memejamkan matanya, berusaha mengabaikan suara kecil itu. “Ibu peli,” bisiknya lagi dengan suara cadel. Dengan perlahan Valerina membuka matanya, dan mendapati seorang gadis kecil tengah berdiri di sampingnya. Gadis itu mengenakan gaun mungil berwarna putih, dengan pita panjang di bawah dadanya.  Valerina mengerutkan keningnya, kemudian berlutut di hadapan gadis kecil itu, ia sedikit heran mendengar getaran di suara gadis itu. Ia yakin gadis kecil itu tengah tersesat dan kehilangan orang tuanya.

Valerina membelai pelan kepala gadis itu, “Hai cantik, siapa namamu?” tanyanya lembut. Gadis kecil itu menatap wajah Valerina tak berkedip. “Mana mamamu?” tanyanya lagi, seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling padang rumput yang cukup ramai. Namun ia tidak mendapati seorang ibu yang tengah sibuk mencari anaknya. “Dik, siapa namamu?” tanyanya sekali lagi. Mulai sedikit khawatir ketika mata gadis kecil itu mulai berair.

“Lahel,” bisiknya pelan.

PUTRI KELABU 2Where stories live. Discover now