PUTRI KELABU 2 -03-

1.8K 95 0
                                    

Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Aku harus segera pergi! Valerina meraup tas tangannya secepat kilat. Hatinya perih mendapati dirinya masih serapuh dulu. Kata kata kakeknya kembali terngiang. Harapan lelaki tua itu akan sikap tegarnya yang menghilang sejak tiga tahun yang lalu.

Kemudian sosok semampai itu tiba-tiba terjatuh di samping sofa putih di kamarnya pribadinya, tubuhnya mendadak sangat lemas. Ia bahkan tidak bisa bernafas dengan lancar. Ia menangis pelan. Ia benar-benar ingin pergi. Namun ia juga ingin menemui gadis itu, salah satu gadis yang menjadi masa lalunya. Tubuhnya menggigil memikirkan masa lalunya. Sebuah ketakutan kembali muncul di hatinya. Kekhawatiran, kesedihan dan semua kegelapan yang menariknya ke jurang terdalam di hidupnya. Ia ingin membuka kembali lembaran masa lalunya. Mencari berita tentang masa lalunya. Meyakinkan dirinya bahwa semuanya masih baik-baik saja!

Namun ternyata ia salah, waktu tiga tahunnya tidaklah cukup untuk membuatnya tegar dan berdiri melalui semua ini. Tidak, sama sekali tidak.

                                                ***

Keysa berdiri mematung di depan kantor Valerina. Tangannya masih menggenggam ponselnya yang baru saja bergetar. Entah mengapa air matanya perlahan tergenang seusai membaca pesan singkat dari atasan sekaligus sahabatnya itu.

“Dia sudah pergi.” Bisik Keysa. Dion menatapnya tidak percaya. ‘Sudah lah, ayo kita selesaikan semuanya sendiri,” tambahnya sedikit perih.

                                                ***

Sudah dua minggu berlalu, namun Valerina tidak pernah terlepas dari ketakutan itu, dan saat ini semuanya semakin parah. Valerian seakan tengah berperang dengan batinnya sendiri. Lembayung hitam tampak menghiasi mata indahnya, sudah satu minggu berlalu ia lewati tanpa tidur yang nyenyak, atau tidak jarang ia berusaha untuk tidak tidur sama sekali, khawatir mimpi buruk itu akan kembali menariknya. “Kau tidak bisa terus bersembunyi seperti ini,” ujar Brian dengan suara tuanya yang lelah. Ia menatap cucunya perih.

“Lalu apa yang harus ku lakukan kek?!” Tanya Valerina pelan. Matanya nanar menatap kosong perapian di hadapannya. Ia memeluk lututnya semakin erat.  “Berjalan menghampiri mereka. Mengucapkan kata hai dengan santai, seolah-olah tidak ada yang terjadi?!” tambahnya getir, air mata mulai kembali tergenang ketika ingatannya lagi-lagi menghampiri sosok cantik bergaun abu-abu itu. Rindu mulai memenuhi rongga dadanya.

“Tapi sudah tiga tahun!! Demi Tuhan kimi…”

“Tidak, jangan panggil aku seperti itu,” pinta Valerina perih, ia menggeleng dengan lemah.

Brian menatap Valerina yang menangis di sofa dengan pilu. Ia menyentuh pundak gadis terkasihnya perlahan. “Kau tidak bisa terus bersembunyi dan menjadi orang lain.” Ujar Brian. “Kau harus kuat menerima semua kenyataan ini. Sudah tiga tahun berlalu, dan kau tentunya sudah lebih dewasa, kau tentunya sudah bisa menerima semuanya,”

“Tapi nyatanya tidak kek!!” teriak Valerina keras. “Aku masih tidak bisa menerima semua ini. Aku tidak bisa menerima perlakuan menyakitkan itu, aku tidak bisa menerima pernihakan Luna dan Raka, aku tidak bisa menerima kalau-kalau Luna sudah…” Valerina tidak mampu meneruskan kata-katanya, luka itu membekukan lidah dan hatinya.

Brian memeluk tubuh Valerina yang bergetar kencang. Ia tampak begitu sakit dengan semua lukanya. “Aku tidak bisa menerimanya kek…” Valerina menangis lemas di pelukan kakeknya. Ia mengeluarkan semua lukanya. Mendobrak pertahanannya selama tiga tahun belakangan ini. Menumpahkan semua ketakutannya.

“Semuanya akan baik-baik saja… percayalah,” bisik Brian di telinga Valerina. “Kau hanya perlu sedikit bersabar. Kau gadis yang baik, kau akan segera menemukan kebahagiaanmu.” Ujar Brian perih. Ia membelai rambut cucunya penuh kasih. Andai ia bisa mengangkat semua luka itu darinya.

PUTRI KELABU 2Where stories live. Discover now