PUTRI KELABU 2 -05-

Bắt đầu từ đầu
                                    

Wajah Valerina langsung melunak. Ia memang menyukai bunga indah itu. “Terima kasih, tapi kau tetap belum mendapatkan maafku,” ujarnya dengan wajah kesal. Are berpura-pura mendesah frustasi. Ia mengacak rambutnya sendiri dengan jemarinya, Kemudian duduk di samping gadis terkasihnya. Ia menatap Valerina yang masih memandangi lily itu.

“Aku jadi menyesal membawa bunga itu.” ujarnya. Valerina meliriknya sekilas, sedikit bingung, kemudian kembali menyentuh kelopak bunga itu dengan lembut, mencoba tidak peduli dengan perkataan Are. “Astaga, aku benar-benar iri padanya.” Ujar Are dengan nada kesal yang tidak dibuat-buat ketika Valerina mencium kelopak bunga itu.

“Ada apa sih denganmu?” Tanya Valerina akhirnya.

“Lihat, betapa menyenangkannya menjadi bunga itu. kau tidak pernah melepaskan pandanganmu darinya, kau bahkan menciumnya.” Ujar Are kesal. Valerina menatap sosok tampan di sampingnya dengan pandangan tidak percaya. Wajah jenakanya membuat Valerina tidak bisa menahan tawanya. Namun sedetik kemudian ia menarik lengan kiri Are, membuatnya mendekat dan berhenti menumpahkan kekesalannya. Are melongo ketika Valerina mencium lembut pipi kirinya dengan singkat.

“Terima kasih,” bisiknya. “Aduh,” Valerina mengusap keningnya yang terbentur pelan dengan kaca mata Are. Pemuda itu menghela nafas pelan kemudian menatap gadis yang masih meringis di sampingnya.

“Lakukan yang benar jika kau memang ingin,” ujarnya seraya melepas kaca matanya kemudian mencium lembut bibir Valerina.

***

“Aku ingin kau menjadi bintang dalam iklan bulan kesehatan kali ini,” ujar Are malam itu. Ia dan Valerina baru saja selesai makan malam bersama kakek. Dan seperti biasa kakek tua itu akan langsung masuk kamar dengan bermacam keluhan tentang umurnya yang tidak lagi muda. Padahal tentu saja Valerina dan Are bukan lagi anak kecil yang bisa dikelabui oleh kakek tua itu.

“Aku?” Tanya Valerina bingung, menatap Are yang duduk di belakangnya. Menontonnya mencuci piring. “Tapi kenapa harus aku?” Tanya Valerina.

“Kau sangat cantik, dan kau tentu saja sangat cocok menjadi seorang putri yang berada di tengah anak-anak kecil itu.” Valerina mengeringkan tangannya kemudian berbalik menatap Are. “Kau juga seorang desainer terkenal, tentu menyenangkan jika kau bisa menjadi duta kesehatan tahun ini. Ini sebuah kehormatan yang sangat besar untuk kami.” Are melingkarkan tanganya di sekitar pinggang Valerina.

Gadis itu termenung sejenak, matanya menatap langit-langit dapurnya, “Aku tidak yakin,” ujarnya pelan. Ingatannya kembali meraih sosok mungil Kikan, putri Leo. “Dan aku merasa tidak pantas untuk ini, aku bahkan tidak meneruskan kuliah kedokteranku,” keluhnya, kemudian meletakan kedua tangannya diatas bahu Are.

“Kakek rasa kau sangat cocok!” teriak kakek tiba-tiba di balik pintu kamarnya. Are dan Valerina langsung menjauh, kemudian mereka menyipitkan matanya pada kakek tua yang tiba-tiba tertegun mengutuki kebodohannya sendiri.

“Aku kira migran kakek kambuh,” desis Valerina tajam. Brian membulatkan bola matanya, terhenyak.

“Aduh, astaga… kenapa kepala kakek terasa tambah sakit… sepertinya kakek harus tidur,” ujar kakek tua itu seraya memegang kepala sebelah kirinya kemudian berjalan ke kamarnya lagi. Valerina mencibir. Baru saja ia akan melangkah kepada kakeknya, tangan Are sudah menarik Valerina hingga duduk di atas pangkuannya.  Valerina terkejut, namun masih terlalu kesal pada Brian dari pada perlakuan mengejutkan Are.

“Padahal dia memiliki migran kepala sebelah kanan!” desisnya.

“Sudahlah,” Are membelai lembut tanganya.

PUTRI KELABU 2Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ