PROLOG

76.1K 6.6K 311
                                    


"Challenge unsuccessful!"

Dua kata yang dituturkan wasit melalui pengeras suara membuat Damar tersungkur seketika. Harapannya untuk menunda kemenangan tim lawan jelas telah gagal begitu rekaman canggih yang berisi slow-motion jatuhnya shuttlecock diputar ulang.

Bola yang di-smash Damar sekuat tenaga jatuh di luar arena permainan. Menandakan kemenangan sudah pasti menjadi milik lawan di titik pertandingan match point. 21-19, skor ganda putra Negeri Tirai Bambu mengakhiri perlawanan Indonesia di set kedua.

Riuh rendah suara pendukung berubah menjadi tangis tertahan. Di beberapa spot bahkan terlihat mereka saling berpelukan, menularkan kegalauan dan kesedihan untuk ditanggung bersama. Suara huuu-yeah-huuu-yeah yang tadinya menggelora menjadi senyap terbungkus keheningan. Pasangan ganda putra Indonesia—satu-satunya harapan untuk melaju ke final dan mempersembahkan medali emas—kandas di tangan musuh bebuyutan.

"Gimana perasaannya setelah kalah bertubi-tubi dari pasangan Cina?"

Ingin rasanya Damar melemparkan tas raketnya tepat di muka si penanya ketika pertanyaan busuk bin maha basi itu dilemparkan ke indra pendengarannya.

"Damar! Damar!" Suara lain memanggilnya. "Kenapa hari ini mainnya tertekan banget?"

Betapa godaan untuk memaki sudah mengental di ujung lidah, siap dilepaskan seperti rudal yang pasti akan meninggalkan jejak lubang besar menganga di hati para pemburu berita yang dengan setia mengacungkan alat perekam dan mikrofon mini.

Masih perlu menanyakan soal perasaan? Menurut lo aja gimana!

Kilasan lampu blitz menerpa berkali-kali menyilaukan pandangan mata. Hanya satu yang Damar harapkan, tanggul air mata yang hampir jebol tak tertangkap kamera. Akan gawat jika kemudian diunggah dengan judul berita yang menyakitkan mata Damar tapi menjadi santapan kriuk para pencetak informasi dan haters-nya.

'Tangis tertahan Damar, pebulutangkis Indonesia yang harus tersingkir di semifinal Denmark Open Super Series Premiere' terasa lebih menangguk jutaan viewers ketimbang 'Perjuangan Damar/Igor—ganda putra unggulan Indonesia—harus berhenti di semifinal'.

Argh ... ingin rasanya Damar berteriak meluapkan segala kekesalan di dada.

Betapa rasa bersalah mencekam dadanya. Layaknya pejuang kalah perang, dia merasa berdosa pada pelatih, tim pemain, dan tentu saja ribuan pendukung yang sudah sedari awal memberikan untaian doa, waktu dan semangat yang tak bisa dihitung dengan satuan apapun.

Publik hanya bisa bertanya, menghakimi dan kemudian mencecar dengan statement tak berdasar. Tapi, publik tak pernah tahu, malam itu Damar termangu di bawah loker di ruang ganti, setelah menerima sesi keramas—istilah manis untuk rentetan dampratan, makian, dan luapan kekecewaan dari pelatihnya—seorang diri.

"Siapa juga yang mau kalah? Siapa?" gerung Damar frustrasi.

-oo0oo-


"Success!" Aluna memekik riang begitu Oma Hani berhasil melepaskan pegangan pada kruk dan berjalan tertatih selangkah demi selangkah. Dengan tangan sigap terentang, Aluna berjalan mundur dan menggumamkan kata-kata penyemangat agar Oma Hani melanjutkan usahanya.

Tak sia-sia rasanya, selama tiga bulan ke belakang Aluna memberikan terapi pada salah satu penghuni Panti Wreda yang mengalami degenerasi motorik. Puncaknya, di ulang tahun Oma Hani yang ke delapan puluh tiga, beliau bisa kembali melangkah meski terhuyung dan tak jarang jatuh menimpa Aluna.

Getaran ponsel mengalihkan perhatian Aluna sejenak, sesaat setelah dia memosisikan Oma Hani di bangku taman, bercengkrama dengan 'teman seumurnya', baru Aluna meraih ponselnya dan membuka pesan yang masuk.

From : Emma Laknat

Malam minggu depan, party gue. Awas kalo gak datang! Perlu gue ingetin kalo lo udah kabur-kaburan dari acara gue selama empat taun. Jangan aja ini jadi yang kelima. Gak gue maafin!!!

45 minutes ago

"Haaaaah...," dengus Aluna mengembalikan ponselnya ke saku. Kemudian berlari menyongsong lansia lain yang juga sedang berusaha berdamai dengan menurunnya fungsi alat gerak mereka. 

"Menua itu pasti, tapi melewatkan hari tua dengan bebas beraktivitas tanpa halangan itu pilihan." 

Begitu yang selalu Aluna dengungkan saat  membantu para Oma-Opa yang dititipkan keluarganya di panti  agar tetap mengoptimalkan fungsi motorik mereka. Seperti nama depannya--Seraphine--Aluna adalah bidadari penyelamat bagi manula yang sedang krisis kepercayaan diri akan penurunan kualitas hidupnya.


Note :

Ergh ... senangnya saya akhirnya bisa nulis cerita ini. Apalagi pas kepo-kepo ke beberapa orang yang fanatik abis sama bulutangkis dan ngegangguin temen saya yang fisioterapis. Hahaha...Makasih-makasih buat kalian yang udah bersedia menjawab pertanyaan saya. 


Game Point! [ Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang