part 3

6.2K 408 1
                                    

Hay semuaa selamat membaca, jangan lupa subscribe channel youtube aku yaa (Radio's Home) terima kasihh :)

Aku tau akan tiba saat nya aku berhenti melakukan pelarian ini. Aku harus siap dengan apa yang sudah terjadi dan itu semua adalah keputusanku.

Pagi ini aku pulang dari villa menuju kota Yogya dengan Denny. Perasaan ku campur aduk antara bahagia, takut, sedih, bimbang, dan lain nya yang membuat ku harus terus - terusan mengatur nafas selama perjalanan.

Aku tidak bisa tidur, bahkan aku hanya diam di mobil Denny dengan pikiran yang berkecamuk. Bagaimana nanti reaksi ku?? Itu yang terus menghantui pikiranku.

"Are you okay Han?" tanya Denny lembut.

"Hmmm.. Insyallah" jawabku pelan.

Sudah seminggu semenjak pernikahan Bastian, aku yakin pasti keluarga besar sudah pada pulang semuanya.

kira-kira apa yang sedang mereka lakukan? Aku memang pulang tanpa memberi tahu mereka terlebih dahulu.

Akhirnya setelah 1 jam perjalanan, kami memasuki kota Yogyakarta. Rumah ku terletak di kawasan Godean. Saat mobil Denny memasuki perumahan kulihat mang Juki petugas keamanan atau satpam rumah kami segera membuka kan pagar rumah.

"Mang Juki.. Bapak ada?" tanya ku melalui jendela kaca mobil.

"Iya ada neng..." ucap mang Juki lembut.

Aku memang menyuruh mang Juki untuk memanggilku neng aja dari pada nyonya. Lagi pula umur mang Juki yang terbilang lebih tua dariku membuatku merasa tidak enak dengan kata nyonya.

"Lu ikut masuk kan Den?" tanyaku dengan nada sedikit memohon.

"Hmmm.." jawab nya meng-iyakan.

Aku takut nanti suasana di dalam canggung.
Setidaknya harus ada seseorang yang dapat mencairkan suasana.

Kuhembus kan nafas sebelum membuka pintu rumah kami. Entah kenapa rasanya berat untuk membuka pintu rumah kami, pintu rumah yang sudah 3 tahun ini sering aku buka tutup. Rasanya seperti masuk kerumah orang lain tanpa permisi.

"Assalamualaikum.." ucapku sambil masuk menuju ruang keluarga.

"Walaikum salam.." jawab seorang perempuan dari arah dapur yang ku yakini Nava.

"Hai Nav.. Mana Babas?" tanyaku seraya cupika cupiki sama Nava.

"eh mmm.. Masih mandi mba.." ucapnya kaku. Kulihat dia sedang memasak nasi goreng seafood, makanan kesukaan Bastian.

"Ooh... Oh iya maaf ya kemaren aku gak bisa datang" ucapku sambil duduk depan pantry. Kulihat Denny juga duduk disamping ku.

"eh iyaa mba gak papa, aku sudah dijelasin mas kemaren" ucapnya sambil tersenyum ramah. Membayangkan mereka berbicara berdua dengan mesra nya saja sudah membuatku sedikit merasa cukup sedih. Ternyata semua tidak segampang ucapan.

"Oiya kenalin ini sahabat aku dan Bastian" ucapku memperkenalkan Denny. Kulihat Denny langsung mengulurkan tangan nya memperkenalkan diri sambil tersenyum ramah.

"Aku ke kamar dulu ya Nav mau mandi... Titip jagain Denny, dia kalo gak diawasin bisa ngerampok isi kulkas kita.." ucapku sambil berlalu menuju kamar.

"Kampret lo Han.. Yang ada lo ngerampok cemilan dirumah gue.." teriak Denny. Kudengar Nava tertawa kemudian berbincang-bincang dengan Denny.

Kamar ku terletak di bawah tangga dilantai satu, sedangkan kamar Nava di atas dilantai dua. Rumah ini juga aku yang desain.

Rumah minimalis bertingkat 2 dengan ruang keluarga dan dapur dilantai satu langsung terhubung tanpa sekat. Dilantai dua terdapat 2 kamar, satu kamar anak yang satunya lagi kamar yang sekarang di tempati Nava. Di lantai atas juga terdapat ruang belajar dan perpustakaan mini.

Kami memilik halaman belakang rumah yang lumayan luas dan teduh. Dari awal pembangunan aku dan Bastian sudah menanami halaman belakang rumah kami dengan pohon-pohon besar.

Di pojokan ada kolam renang mini yang ku desain buat anakku kelak, yang kini ku tahu tidak akan pernah ada. Jadi sekarang kolam itu aku buat untuk keponakan - keponakan ku kalau datang berkunjung.

Di bawah pohon terdapat gazebo tanpa atap yang ku rancang buat acara makan- makan di luar rumah kalau ada keluarga yang datang.

Saat kubuka pintu kamarku, gelap langsung menyapa. Ahh.. Baru seminggu gak pulang udah kangen aja sama kamar ku ini, kamar ku dengan Bastian. Ku langkahkan kaki ku masuk dan mencari tombol lampu. Tiba-tiba pandangan ku tertutupi oleh sesuatu. Tepatnya ada tangan seseorang yang menutup mata ku. Kudengar pintu kamar ku ditutup pelan-pelan. Aku hanya diam mematung ketakukan.

Siapa ini?? Bastian? bukannya Babas lagi mandi ya? Jangan-jangan ada maling di rumah kami.. ?!

Rasanya ingin aku teriak minta tolong sama Bastian. Dalam hati aku selalu berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Tubuhku bergetar ketakutan saat seseorang yang ku yakini cowok, yang menutup mataku itu merapatkan tubuhnya ke belakangku.

"Bas..tolong.." ucapku lirih ketakukan.

"Hei kamu kenapa.. Ini aku" ucap pria itu. Tunggu dulu... Suara ini gak asing. Bastian? Kok harum nya beda? Aku selalu tau saat ada Bastian di sekitar ku tanpa aku lihat pun aku tau dari aroma tubuh nya yang selalu ku hafal. Wangi ini seperti wangi nya Nava.

Tiba-tiba lampu dinyalakan, tangan yang menutupi mata ku tadi juga sudah di lepas. Aku masih memejamkan mataku takut itu benar- benar maling yang punya suara mirip Bastian.

"Hei.. Ini aku Babas.." ucapnya lembut sambil mengelus pipiku.

Kubuka perlahan mataku. Kulihat wajah Bastian tersenyum hangat kepadaku, wajah yang kurindukan. Reflek aku memeluknya. Tak terasa air mata ku keluar. Entahlah apa yang membuatku menangis. Apakah karna ketakutanku tadi? Ataukah kerinduan ku? Atau karna yang lain?. Yang ku tau aku hanya ingin memeluknya erat seakan besok tidak bisa memeluknya lagi. Aku menangis sesenggukan di dalam pelukannya.

"Hei kamu kenapa??" tanya Bastian khawatir. Aku hanya diam saja, aku juga tidak tahu harus jawab apa.

"Hei.. Hei maafin aku ya kalau kamu takut tadi.." ucap Bastian sambil melepas pelukanku dan menunduk menghapus air mataku.

"Aku kira tadi ada maling cabul.." rengekku sambil memandangnya kesal.

"Gak adalah.. Yang ada suami cabul he he he" gurau nya.

"Iihhh.." kupukul lengan nya. Wajahku pasti sudah merah karna malu akan ucapanya yang sedikit intim itu.

"Bukannya kata Nava kamu mandi ya??" tanyaku heran.

"Iya tadi aku mandi terus pas udah selesai aku denger ada suara mobil di bawah.. aku lihat dari jendela ternyata mobil Denny, ya udah aku langsung turun diam-diam pingin ngagetin kamu.." ucapnya sambil memeluk dan mencium rambut ku. Aku hanya diam saja.

"Aku kangen.." ucapnya pelan setengah berbisik.

Aku tersenyum mendengar nya.Kutatap mata nya, sedetik kemudian aku berjinjit mencium bibir nya singkat.

"Aku juga..."ucapku tersenyum menatapnya yang kaget.

"Bas gue tau lo di dalam..!! Cepetan sini biarin tuh lampir mandi dulu udah 2 hari gak mandi!!" teriak Denny dari luar.

"Dasar monyet.. Gak bisa liat temennya mesraan dikit apa.." umpatku pelan. Bastian tertawa mendengar ucapan ku.

"Kamu gak mandi 2 hari??" tanya Bastian.

"Alergi kena air.. " ucapku santai menuju kamar mandi meninggalkan Bastian yang tertawa karena jawaban ku yang gak masuk akal dan segera keluar kamar bergabung dengan Denny dan Nava.

"Semoga aku bisa terus bersama mu Bas... Disisa umurku yang pendek ini" ucapku lirih sebelum masuk ke kamar mandi.

When Would It Be [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang