7. It's the answer?

Start from the beginning
                                    

"Guys izinin gue sebentar ya," ucap Nata. Ia tetap kekeuh ingin mengatarkan Stevi. Karena Nata tahu Stevi tidak biasa naik angkutan umum. Dan juga Nata takut terjadi apa-apa dengan gadis itu.

Mereka saling memandang sebelum kemudian mengangguk.

"Yuk?" Ajak Nata.

Stevi menatap pria itu sebentar kemudian berdiri. Mereka berjalan beriringan. Keempat orang yang masih di tempatnya malah heboh bersiul ataupun menggoda kedua insan itu.

••

Stevi memegang bahu Nata, dia sedikit canggung karena sudah lama tidak berboncengannya.

"Lena udah pulang?" Tanya Stevi memecah keheningan diantara keduanya.

"Udah, aku antar pas pulang sekolah tadi." Jawab Nata.

Stevi mengangguk, tak lama Nata kembali bersuara.

"Eh? Aku belum pernah bilang tentang Lena kan? Kok bisa tahu?" Tanya Nata sedikit heran pasalnya dia tidak pernah menceritakan Lena pada Stevi.

Stevi terkekeh lalu mencubit pinggang Nata, membuat motor itu sedikit kehilangan kendali.

Setelah berucap maaf Stevi pun berbicara. "Iya lah aku mah sahabat apa atuh," ucapnya (sok) dramatis.

Kini giliran Nata yang tertawa gemas.

"Maaf deh maaf, rencananya lusa aku mau nembak dia." Ucap Nata memberitahu.

Stevi membeku, kemudian berteriak di telinga kiri pria itu, "WHAT??!! OKE GOOD LUCK NAT SEMOGA DITERIMA AMIIN.." Ucapnya antusias.

Nata mengusap telinga kirinya, dia bergidik karena teriakan Stevi. Membuat gadis itu tersenyum lebar menampakkan jajaran giginya.

Motor Nata berhenti tepat di depan pagar rumah Stevi, gadis itu turun dari motor dan berdiri menatap Nata sama halnya dengan pria itu, dia membuka helm nya dan menatap Stevi.

"Hati hati dijalan Nat."

Nata mengangguk, dia mengusap puncak kepala Stevi dengan kasar. Membuat gadis itu mencibir.

"Kalau ada sesuatu, hubungin aku. Oke?" Ingat Nata.

"Siap Komandan," balas Stevi semangat. Stevi memberi hormat kepada Nata layaknya prajurit menyampaikan laporannya kepada pemimpin pasukan.

Nata menangkup kelima jari-jari Stevi, didekatkannya ke wajah. Dia menekuk jari-jari Stevi satu persatu hingga sampai di kelingking. Pria itu dengan cepat memasukkan kelingking Stevi ke salah satu lubang hidung nya. Si empunya jari terkejut, dia menarik paksa tangannya dan menoyor kepala Nata. Kemudian mereka tertawa bersama. Sesudah itu, Nata berpamit untuk kembali kesekolah dan setelah Nata tidak terlihat, Stevi berjalan masuk kerumahnya.

••

Setelah bermain futsal, bukannya pulang mereka malah bermain dan mengacaukan seisi kamar Nata. Jika sudah ada sahabat-sahabatnya habislah sudah privasi yang ada di dalam kamarnya itu. Seperti pernah suatu hari, Nata sudah berupaya menyembunyikan cd blue film nya namun tetap saja Vero berhasil menemukan cd keramat yang membuat Nata seperti ketangkap basah mencuri pakaian dalam. Kata Vero, “anjay polos-polos bangsat si Nata!”

"Oy Nat, lo serius mau nembak Lena?" Tanya Dino, dia duduk di sofa yang berada di kamar Nata.

Pria itu mengangguk sebagai jawaban. Dia membuka balkon kamarnya yang menghubung langsung pada halaman depan, dan darisana pula ia bisa melihat rumah Stevi yang berdiri kokoh.

"Tapi, satu hal yang gue takutin." Ucap Nata datar. Pandangannya masih lurus kedepan.

Dino dan Farhan menghampiri pria itu dan bertanya, apa yang membuat dirinya takut.

Dan Nata menjawab. "Gue takut, kalo gue disuruh jauhin Stevi."

Farhan dan Dino saling berpandangan, mereka tersenyum. Dari dalam kamar Vero pun ikut menghampiri ketiganya.

"Kenapa? Harusnya nanti pacar lo ngerti kan kalo kalian sahabat? Kayak si Seza itu?"

Nata mengangguk membenarkan perkataan Vero, tetapi dia kembali mengulang memorinya saat terakhir kali dia menyatakan perasaanya pada seorang gadis. Sebelum menerima resmi menjadi pacarnya, gadis itu meminta dirinya menjauhi Stevi, padahal disana Stevi sedang berdiri menyaksikan aksi mereka berdua dengan jarak yang cukup jauh. Dengan berat hati, Nata tidak menyetujuinya dan akhirnya gadis itu memilih pergi dan tidak menerima perasaan Nata.

"Kenapa lo milih Stevi?" Pancing Farhan, dia sengaja mengarahkan pada pembicaraan ini.

"Gue bukannya milih Stevi, tapi kita udah sama sama dari kecil masa cuma gara gara cewek gue harus putus hubungan sama dia," jelas Nata.

"Itu karena ada perasaan cinta dalam diri lo. Dan lo nggak akan pernah sadar," cecar Dino. Dia kemudian kembali masuk kedalam kamar, disusul dua sahabatnya.

Cinta apa yang lo maksud No? Gue nggak paham.

Setelah mengemasi barang barangnya kedalam tas, ketiga sahabat itu berpamit untuk pulang. Nata mengantarkan mereka sampai pintu utama. Sesudah motor mereka melesat. Nata menyerit, masih ada tersisa satu motor di depan rumahnya dan itu bukan motornya. Dia kembali berlari ke kamar, dan menemukan satu tas masih tergeletak di kasurnya.

Pintu kamar mandi yang berada di kamar Nata terbuka, menampakkan seorang pria yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Kok sepi Nat? Kemana mereka?" Tanyanya polos, kemudian tawa Nata meledak. Dia tidak menyangka, satu anak toge tertinggal dan terlupakan disini.

Setelah menyadari mereka sudah pulang, Grefi langsung menyimpan kaos jerseynya kedalam tas. Sambil mulutnya selalu mengeluarkan umpatan umpatan yang masih membuat Nata tertawa.

"Anjir gue ditinggal!"

"Lo juga, harusnya ngasih tau mereka kalo gue masih disini!"

"Parah!"

Nata menepuk nepuk bahu sahabatnya itu sambil sesekali masih tertawa ringan.

"Lagian lo mandi lama kayak cewek."

Grefi hanya mendecih tidak membalas komentar Nata.

"Lo gak ngehabisin sabun gue kan?" Tanya Nata curiga.

Seketika hening, Grefi dan Nata saling bertatap. Nampak di wajah Grefi, dia menahan tawanya membuat Nata menyerit bingung.

Grefi menggendong tas nya dan berbisik pada Nata.

"Sorry Nat, sabun lo gue abisin. Bye!"

Sesudah mengatakan itu, Grefi tertawa dan berlari mengeluari kamar Nata. Sedangkan Nata, dia berlari menuju kamar mandi. Setelah berada di dalamnya, dia tersadar akan satu hal.

Nata tertipu oleh Grefi. Karena sabunnya masih ada.

••

22 April 2016

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now