Part 1

263K 8.4K 227
                                    

Suara berisik dari anak-anak selalu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi seorang Renata Kelsey, gadis cantik yang selalu tersenyum dan ramah.

Usianya yang baru menginjak 20 tahun membuatnya selalu terlihat cantik.

Sejak usianya 10 tahun, bibinya mengantarnya ke panti asuhan tanpa pernah kembali menjemputnya lagi.

Yang Renata ingat, kedua orangtuanya meninggal karena kebakaran dan bibinya tidak bisa merawatnya karena miskin, akhirnya Renata tumbuh di panti asuhan ini.

Entah mengapa setiap ada keluarga yang ingin mengadopsinya, dia selalu menolak dengan alasan bibinya akan datang menjemputnya lagi suatu hari nanti.

Seperti biasa Renata sedang mengajar anak-anak panti yang usianya jauh lebih muda darinya.

"Renata." seorang wanita paruh baya memanggilnya.
" Iya,Mrs. Elsa. " jawab Renata. Wanita itu bernama Elsa Dovani, pengurus Panti asuhan dimana Renata tinggal.

Entah mengapa beberapa hari ini Mrs.Elsa terlihat gelisah.

" Mengapa Mrs. Elsa memanggil saya, anak-anak sedang belajar menggambar. "

" Ada yang ingin aku bicarakan denganmu Renata, bisa kita bicara di ruangan kerjaku. " ucapnya pada Renata.

" Tentu Mrs." Renata penasaran tidak biasanya Mrs.Elsa memanggilnya seperti ini.
Setelah tiba di ruangan kerjanya , Mrs. Elsa menyuruh Renata duduk.
" Rena. " panggilnya. " Entah aku harus bicara pada siapa lagi selain dirimu karena kamu anak yang paling besar di panti ini, maafkan aku Renata mungkin kita tidak bisa tinggal disini lagi. " ucap Mrs. Elsa dengan terbata.

" Kenapa Mrs.? " tanya Renata kaget.

" Pemilik panti asuhan ingin menjual rumah ini untuk di bangun sebuah apartemen mewah disini, tanah disekitar sini sudah terjual semua, tinggal panti asuhan ini. " kata Mrs. Elsa terisak.

"Lalu bagaimana dengan anak-anak, apa pemilik panti tidak menyediakan rumah baru untuk mereka tinggal?" tanya Renata tidak percaya dengan perkataan pengurusnya.

" Sebenarnya pemilik panti sudah ingin menutup panti asuhan ini jauh sebelum ada proyek pembangunan apartemen tersebut, tapi aku selalu bisa meyakinkan bahwa panti asuhan ini masih bisa berjalan dengan baik,tapi sekarang keadaannya berbeda, kamu tahu sendiri Renata sekarang sudah jarang ada donatur yang mau menyumbang disini, sedangkan kebutuhan anak-anak semakin banyak. " Mrs. Elsa terisak.

" Beberapa bulan ini aku sengaja menekan kebutuhan anak-anak, dan aku hanya mengandalkan tabunganku saja, tabunganku pun semakin menipis Renata. " ucapnya lagi

Entah bagaimana Renata seperti tidak rela kalau panti asuhan ini ditutup dan digusur, lalu anak-anak itu bagaimana mereka harus hidup.

"Mrs. Elsa, apa yang bisa saya bantu?" tanya Renata.
"Tidak ada Renata, aku sendiri masih bingung." Mrs. Elsa mendesah.
"Mungkin kita harus merelakan panti ini ditutup." Mrs. Elsa terlihat pasrah.

Renata bingung harus berbuat apa,dia memang mempunyai uang tabungan tapi itu sedikit sekali.

" Setidaknya pemilik panti menyediakan tempat baru untuk anak-anak tinggal Mrs. " Renata penasaran kenapa pemilik panti bisa egois tidak memikirkan nasib anak-anak.

"Entahlah, aku juga tidak tahu, yang pasti pemilik panti bilang, kita harus menyewa tempat sendiri untuk anak-anak jika masih mau mempertahankan panti asuhan ini." Mrs. Elsa terlihat begitu tertekan dengan semua ini.

"Lalu berapa lama waktu kita untuk pergi dari panti ini Mrs.Elsa?" tanya Renata kemudian.

" Dua bulan Renata. " ucapnya singkat.
" Apa..., dua bulan. "Renata kaget sekali, darimana dia bisa mendapatkan uang sekaligus tempat tinggal bagi anak-anak dalam waktu dua bulan.

*******

Gadis itu terlihat lelah sekali, entah sudah berapa kali dia harus menolak ajakan para lelaki hidung belang yang mengajaknya tidur.

" Ayolah sayang,kita bersenang-senang, aku bisa memberimu uang yang banyak. " rancau seorang laki-laki yang mulai mabuk.

"Maaf tuan saya hanya bertugas mengantarkan minuman tidak lebih." tolaknya secara halus.

" Jangan berpura-pura dasar kau perempuan jalang. " laki-laki itu mulai emosi.

Gadis itu segera meninggalkan laki-laki tersebut sebelum terjadi apa-apa terhadap dirinya.

"Renata." panggil seorang pria dengan setelan jas yang terlihat seperti seorang penjilat, ya dia pemilik club dimana Renata bekerja pada malam hari.

"Dasar wanita bodoh, wanita kurang ajar, bisa-bisanya kau menolak ajakan seorang pelanggan tetap disini hah," bentak pria tersebut.
" Jangan jual mahal disini kalau kau masih ingin bekerja Renata, "bisiknya, membuat Renata merinding.

Kalau bukan karena panti asuhan yang akan digusur, Renata tak akan pernah sudi menginjakkan kakinya di tempat terkutuk ini. Bertemu dengan laki-laki hidung belang setiap hari, bahkan dengan terang-terangan mengajaknya tidur.

Semua demi anak-anak, mereka butuh tempat tinggal secepatnya.

Sudah satu bulan Renata bekerja disini. Dia memutuskan untuk bekerja di club,Renata berfikir setidaknya dia bisa menghasilkan sedikit uang untuk menyewa rumah sementara untuk anak-anak panti.

Tapi tidak dengan jalan tidur dengan laki-laki sembarangan, Renata tidak mau.
Akhirnya waktu kerjanya selesai, dia bisa pulang segera ke panti. Dia bekerja dari jam 8 malam sampai jam 4 pagi. Dan siangnya dia gunakan untuk berkeliling mencari rumah baru untuk panti asuhannya.

Renata lelah sekali hari ini, seharian dia berkeliling tapi uang sewa tempat tinggal di kota ini sangat mahal,sedangkan tabungannya tidak cukup untuk itu.

Renata memijit pelipisnya, sungguh ini membuatnya sedikit putus asa.
" Apa yang harus kulakukan. " desisnya lirih.

Sungguh tidak tega rasanya melihat anak-anak panti harus tidur di jalanan. Tidak Renata tidak boleh menyerah, dia harus mencari cara agar bisa segera mendapatkan tempat tinggal baru.

Apakah dia harus mengorbankan prinsipnya, tidur dengan laki-laki hidung belang di club, untuk mendapatkan uang lebih.
Argghh... Kepalanya semakin berdenyut.

DON'T Love Me Because My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang