03. Saat tangis tak cukup membuat arti.

8.9K 964 44
                                    

Kau pergi.

Aku pergi.

Jalan kita buntu.

***

Reon menatap buku kosong di depannya dengan raut tak percaya. Semua yang sekarang ada di depan matanya seperti fakta yang tak bisa ia hilangkan begitu saja. 

 "Tulis seratus hal penting dalam hidupmu dan lihat apakah nama Leon tidak ada disana."

Kalimat itu seperti racun pada ujung mata tombak. Mengerikan karena sifatnya seperti kutukan. Reon tercekat, ia melihat nomor demi nomor yang Rekki tulis. Bagaimana bisa ia berani menunjukannya pada Reon, pada kekasih yang namanya bahkan tidak ada dalam seratus daftar penting dalam hidupnya. Reon tak habis pikir. Semua tentang Leon, Leon dan Leon. Tak ada nama lain, bahkan nama itu jauh lebih penting dari nama kedua orang tuanya. Reon benar-benar ingin membakar buku itu. Ia menyesal membuka buku itu diam-diam, seharusnya ia tak menantang Rekki saat itu.

"Apakah aku benar-benar harus menyerah?" Seperti orang bodoh ia bertanya pada dirinya sendiri. Reon selalu lupa, seribu kali ia membuat alasan untuk menyerah, seribu kali pula ia mengingkarinya. Mungkin jiwanya sudah lelah menghitung berapa banyak kaki pria itu sempat berpaling tapi kemudian kembali lagi pada titik yang sama. Bertahan terus menerus. Bertahan mencintai Rekki.

"Sampai kapan kau bertingkah seperti ini, Re?" Reon ingin tak acuh pada  pertanyaan itu, ingin sekali tapi pada akhirnya ia menyerah.

"Bertingkah seperti apa?" ujar Reon menanggapi dengan dingin. Ia selalu ingin menghabiskan waktu bersama Rekki tapi tidak dengan perasaannya. Ia benci karena Rekki seolah-olah mempermainkan cintanya.

"Kau benar-benar jadi aneh belakangan ini." Jika Reon tidak tahu siapa yang mengisi hati Rekki tentu saja ia akan sangat bahagia dan menganggap itu sebagai sebuah bentuk kekhawatiran. Tapi, ia tahu Rekki hanya merasa risih karena biasanya ia selalu diam diperlakukan semaunya.

"Aku tidak akan menganggu Leon jika itu yang kau takutkan!" jika Reon harus membenci tentu ia akan membenci Rekki dengan segala perhatiannya pada Leon. Ia bahkan bisa menebak dengan baik siapa yang Rekki khawatirkan.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, ini tidak ada hubungannya dengan Leon." Reon tak ingin memperpanjang permasalahan mereka. Mungkin, kali ini ia harus kembali mengalah dan merendahkan harga dirinya.

"Lupakan." Mereka kemudian terdiam. Reon hanya memainkan jemarinya, mengalihkan semua perhatiannya kemana saja asal jangan wajah kekasihnya sendiri. Reon akan terluka semakin dalam ketika menyadari ia terus menerus dibuang dan diraih kembali dengan mudah.


***

Jangan aku.

Jangan mencariku.

Jangan mengasihaniku.


Sudah seminggu Reon tak satu jam kerja dengan Rekki. Ia berhasil menghindari Rekki dengan mudah, tapi Rekki tak akan menyerah semudah itu untuk sekedar mengetahui apa yang terjadi dengan kekasihnya.

"Kau yakin tidak ada masalah?" sejak beberapa menit yang lalu Rekki terus menerus mencerca Ekka teman dekat Reon di kantor itu. Pria berwajah manis itu luar biasa kesal setiap kali Rekki mengganggunya. Ekka tahu bahwa teman baiknya Reon menjalani hubungan spesial dengan pria aneh di depannya sekarang dan ia benci akan hal itu. Ekka tidak mempermasalahkan orientasi seksual teman baiknya tapi ia hanya tidak suka Reon menjalani hubungan dengan pria tak tahu diri seperti Rekki.

CINTA TAK BERTUAH [BL Story]Where stories live. Discover now