6 - Love = Problem

244 13 2
                                    

Dijodohin? Hah? Apa-apaan? Dijaman modern kayak gini masih ada jodoh-jodohan?

Tak lama setelah San shock melihatku, seorang wanita paruh baya yang kelihatannya adalah ibu dari San mengajakku duduk berkumpul dengan mereka.

"Tunggu! Nek? Nenek bisa jelasin ini semua kan? Ini ada apa nek?" tanyaku pelan(?) kepada nenek.

"Ra, ini ... ini San, tapi kelihatannya kamu sudah kenal. Jadi, dia itu anak dari keluarga Hartawan, keluarga Hartawan ini punya hubungan baik dengan ayah, sebelum ayah meninggal, mereka berjanji akan menjodohkan kalian."

"APA?! GAK MUNGKIN! AKU GAK MAU NEK!" Aku berlari masuk kamar meninggalkan mereka yang melihatku penasaran.

"Iya! Aku juga gak mau ma! Aku mencintai Angel! Bukan Hara!" suara San juga ikut menolak perjodohan ini, terdengar sampai kamarku.

Aku kembali termenung di dalam kamarku. Aku memikirkan apa yang sudah terjadi. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa ini semua harus terjadi padaku.

"ARGH!" gerutuku sambil melempar bantal ke lantai.

Saat kurasa keluarga San telah pulang, aku keluar dari rumah untuk menenangkan diriku. Berdiam duduk di atas atap rumahku memang terbaik.

"Hoi! Ra! Lo ngapain di atas atap?" Seorang lelaki mendatangi aku yang sedang duduk terdiam, melihat matahari yang akan tenggelam.

"Hah? Dim? Lo ngapain di sini? Kok bisa lo di sini?" Aku menghapus air mataku berusaha terlihat tidak menangis di depannya.

Lalu, ia mendekat ke arahku, lebih tepatnya duduk di sampingku.

"Lo gak perlu tau gue kenapa bisa di sini, kan gue selalu disamping lo hahaha...," Dia terkekeh pelan. Aku tersenyum mendengar gurauan bodohnya, "jadi ... ngapain di atas atap?"

"Lo harusnya tau dong, kan lo tau semua tentang gue?"

"Ya ... iya sih, tapi gue juga pengen denger dari lo."

"Hm ... ya deh. Jadi gue tuh lagi sedih, galau tau gak? Masa baru aja kelar masalah sama sahabat, eh malah muncul lagi masalah baru. Gue dijodohin sama pacar sahabat gue sendiri. Dan yang ngejodohin gue itu bokap gue. Gimana gak sedih? Gimana gak kesel kan? Mana gue benci banget sama itu orang!" ungkapku kesal, menunduk.

Dim menghela nafas, "Ya ... lo jalanin aja Ra, gak semua masalah datengnya tepat waktu. Mana bisa lo minta masalah datengnya nanti aja atau sekarang aja, gak bisa kan? Lagian kalo gak ada cobaannya itu bukan hidup namanya. Udah jalanin aja, semua masalah kan ada jalan keluar. Gak usah sedih, masa gini doang sedih?"

"Iya, tapi kan?!" Aku menoleh ke arah Dim, tapi ternyata dia sudah tidak berada di sampingku, "Dim? Dim? Gila! Itu orang apa makhluk gaib sih? Dateng sesuka hati, pulang juga sesuka hati gitu. Huft...."

-

'Perjodohan?

Bagiku, perjodohan itu hal paling bodoh.
Bagus sih kalau ternyata pasangan itu cocok, tapi kalau tidak?
Bagaimana jika keluarga mereka hanya tahu sisi luar dari calon menantunya?
Bagaimana jika ternyata menantunya tidak sesuai dengan keinginan mereka?
Bagaimana jika hidup anaknya justru lebih buruk?

You know?
You can't choose who you fall for.
You can't pretend to love somebody else.
Cinta itu terlalu rumit.'

Diary. Buku harian yang tidak pernah lepas dari hari-hariku. Buku yang mengetahui semua keluh kesahku. Buku yang bisa merasakan juga penderitaan dan kebahagiaanku. Buku yang melebihi kata sahabat. Karna belum tentu seorang sahabat mengetahui jelas seluk beluk diriku.

Under The SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang