7

146 21 0
                                    

Dua puluh lima menit telah berlalu, mataku masih terfokus pada tokoh didepanku saat ini. Tokoh yang sedang memasak mengenakan celemek, yang ia ikat di pinggang.

"Ini sarapanmu." Satu kalimat yang terdiri dari dua kata itu, langsung membuat tanganku bergerak menyuapi sendok demi sendok masakannya kedalam mulutku.

Gerakan tanganku terhenti. Kala aku mendengar suara nafas dari senyumnya. Lelaki tampan itu tengah duduk didepanku. Memangku kedua tangannya diatas meja.

"Kenapa?" Tanyaku padanya tanpa meliriknya. Lalu kembali menyuapi nasi goreng dihadapanku.

"Sebagian besar wanita yang kukencani tidak pernah makan selahap ini didepanku. Mereka selalu berusaha imut dan makan dengan pelan." Ia meneguk jus jeruk, yang kurasa tadinya ia buatkan untukku.

Dan baru kusadari. Cara bicaranya padaku kini sudah berubah.

Aku memutuskan untuk berhenti makan, meninggalkan sesuap nasi lagi di atas piring. Kulipat kedua tanganku diatas meja. Lalu tersenyum halus padanya.
"Tapi masalahnya, aku bukan salah satu dari sebagian besar wanita yang kamu kencani. Aku lapar, jadi aku harus memakannya. Kenapa harus berlaku sok imut dihadapan lelaki yang bahkan,, bukan pria yang kukencani?."

Dia mengerjap.
Netranya yang hitam kelam memicing padaku. "Sekarang ini, kamu berbicara sebagai siapa?"

"Alraya Masayu.  Si calon istri?" Kusunggingkan senyum sinis diujung bibir kiriku. Ku angkat tubuhku dari kursi, lalu menyeruput jus jeruk yang tadi diminumnya.

"Oh, kamu mengakuinya." Ia tersenyum sinis.

"Bukannya kamu yang berfikir begitu, Arjuna Dirakha?. Aku bukan milikmu, aku juga bukan milik para tetua yang memintamu untuk menikahiku. Aku, milik diriku sendiri. Jadi,,, jangan berfikir dan berharap lebih. Ok disekolah kita adalah murid dan guru, tapi dirumah aku adalah pemilikmu."

"Kenapa kamu berfikir begitu?"

"Karena aku berfikir begitu."

Aku menatapnya sinis. Lihat saja, dia akan merasakan apa yang tidak pernah ingin dia rasakan.
Aku bukan wanita bodoh yang hanya bisa manggut-manggut saja dan menerima kehadirannya dengan lapang dada.

My SosiopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang