Kuluangkan detikku tuk mengenangmu
Menggali puing puing serpihan cintamu
Yang masih tertinggal dalam ujung bahtera cintaku
Sudut lentera mendungnya asmaramu
Kuimbaskan pada ilusi dan tetesan air mata tentangmu
Kau sayat sayat hatiku
Laksana karang dilautan, diam diri terhempas ombak
Laksana kertas putih, kesucian yang ada tergores hitamnya pena
Laksana pasir pantai, membentang rapi yang kau porak porandakan dengan mata kakimu
Kumelaju mengikuti alur cinta yang kau
pimpin
Tak pernah kumemalingkan pandang darimu
Namun ditengah lalu lalang tawa kita melaju
Kau buang aku, kau tinggalkan aku sendiri
Tak pernah terbesit dalam anganku
Kau sejahat ini padaku
Meninggalkan luka diatas tawa
Duhai pelita jiwaku
Setidaknya kau pernah membuatku bersemi
Ketika kumeraung akan hausnya kasih sayang, kau hadir dengan segenggam cinta
Meski akhirnya kau tarik kembali
Hingga kujatuh terpuruk karenamu
Pada akhirnya kau hadir lagi,
mengulurkan cinta kasih sayang yang pernah ada
Untukku, masih untukku
Bidadari yang kau impikan, katamu
Lagi dan lagi, senyumku merekah kembali karenamu
Pelita jiwaku yang pernah hilang ditelan bisikan setan
