Sisi melemparkan ponselnya ke arah lain tangis histeris kembali menyelimuti sisi.

Tangisan sisi membuat sahabat-sahabatnya khawatir dengan cepat mereka masuk kedalam kamar sisi.

"Sisi?" Pekiknya lalu memeluk sisi dan ikut menangis tersakiti.

Gritte melihat ke arah ponsel sisi yang berbunyi sedari tadi.

Via Line

C.L. : Gimana terbukti kan sekarang digo bukan suami baik😏
C.L. : Ko gak dibales?nyesek?uhh tian😏
C.L. : Jadi orang jangan selalu geer kalo selama ini digo baik😏
C.L. : Kita udah sering melakukan hal itu😏
C.L. : Dan sekarang?gue hamil!catet HAMIL😏
C.L. : JANGAN MEWEK!!karna kita bakal serumah😏

"Sialan." Umpat gritte mengepalkan tangannya kuat-kuat ternyata ini yang membuat sisi seperti ini.

"Sabar si semua ini ada hikmahnya." Ucap mila lirih dan mengelus pundak sisi penuh kasih sayang.

"Dia jahat dia jahat mila dia jahat!" Seketika perasaan takut mereka menyelimutinya. Mereka takut sisi kembali depresi.

Ule membuang perasaan takut itu jauh-jauh sedangkan mila dan gritte berusaha menenangkan sisi.

***

Benar saja sudah seminggu ini sisi menangis histeris dan ternyata jawabannya benar dia kembali depresi namun keluarga mereka belum mengetahuinya.

"Mama papa mama papa." Ucap alvi dengan nada semangatnya.

Sisi menatap tajam alvi matanya sudah memancarkan amarah pada jagoannya.

"Papa mati!!!hahaha papa mati!!!" Ucap sisi dengan tangis yang mendera dan tanpa sadar sisi memukul bahkan menyubit alvi.

"Mama tatit mamaaaaa." Tangisan alvi membuat sahabat sisi berlari kearah kamarnya.

"Sekali lagi lo nanya papa lo!gue siksa!" Ucap sisi dengan tatapan tajam namun tak jarang air matanya terus mengalir.

Mila menggendong alvi yang menangis kesakitan sedangkan ule dan gritte menarik sisi kekasur dan menyuntikkan obat penenang.

Tak lama sisi terlelap dan mereka keluar dengan menggendong alvi kebawah.

"Papaaaaaa." Tangis alvi terus semakin kencang.

"Gue gak mau alvi semakin tersiksa." Ucap gritte tiba-tiba.

"Maksud lo?." Tanya ule bingung kini ia tengah menggendong alice yang meringkuk ketakutan.

"Kita kasih alvi dan alice sama digo. Jika disini bisa bahaya sisi depresi dan mereka selalu nyebut papa didepan sisi dan hasilnya apa?mereka kena siksa?dan dokter louis bilang kalo sisi gak boleh diganggu. Jadi kita anterin mereka ke digo." Jelas gritte panjang lebar sementara mila dan ule saling tatap dengan tatapan berpikirnya.

Ule dan mila menatap gritte bingung.

"Gue setuju." Sahut mila dengan mengacungkan jempolnya semangat.

"Kalo gitu gue juga setuju!." Sahut ule mantap.

"Oke biar gue tanya digo dimana." Ucap gritte lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai mendial nomer digo.

Tak lama suara serak digo terdengar disebrang sana.

"Lo dimana?."

"Apartement, Ada apa dengan sisi?."

"Gue kesana!." Ucap gritte lalu mematikan hubungannya.

"Gimana?digo dimana?." Tanya ule tak sabaran.

"Digo di appartement!sekarang kita beresin baju sikembar." Ucap gritte lalu berlari ke kamar alvi dan alice dan memasukkan baju-bajunya kedalam tas sikembar.

Usai itu mereka pergi meninggalkan rumah sisi dan menuju appartement digo.

***

Ting..nong..ting..nong..

Tak lama pintu appartement terbuka dan menampakkan wajah kusut digo.

"Papaaa." Pekik alvi melompat kepelukan digo dan menangis sesenggukan dipelukan digo.

"Alvi?alice?masuk te,mil,le." Ucap digo lalu mempersilahkan masuk kedalam appartementnya dan menutup kembali pintu tersebut rapat.

Mereka duduk disofa sedangkan alvi masih menangis dilekuk leher digo. Mata digo menangkap kulit alvi dan alice yang kebiru-biruan

"Ada yang kalian sembunyiin?dan kenapa alvi nangis kaya gini?." Tanya digo menatap mereka satu persatu

Ule menghela nafasnya perlahan.

"Sisi depresi lagi." Ucapan ule membuat digo membelalakan matanya.

"Dokter louis bilang kalo depresi sisi gak boleh diganggu apa lagi sampe nyebut nama orang yang buat depresi." Sahut mila menghela nafasnya.

"Dan alvi dan alice selalu nyebut 'papa' dan itu membuat sisi marah dan mukul bahkan nyubit alice dan alvi." Sahut gritte kini digo benar-benar menggelengkan kepalanya tak percaya hanya salah paham bisa sampai membuat sisi depresi.

"Lo hamilin anak orang." Ucap ule menatap digo lekat sedangkan digo menatapnya bingung.

"Maksud lo apa?." Tanya digo tak mengerti.

"Orang itu bilang dia sering ngelakukan itu dengan elo sampai dia hamil." Jelas gritte sedangkan digo menatapnya tak percaya.

"Sumpah demi allah!!Gue gak pernah melakukan hal itu dengan siapa pun selain istri gue!" Ucap digo dengan meninggikan suaranya dan tentunya membuat alvi dan alice ketakutan.

Ule dan yang lain kini percaya bahwa ada orang lain yang ingin merusak rumah tangga mereka.

"Yaudah gue kesini cuma pengen nitipin alice dan alvi." Ucap mila menyimpan tas-tas sikembar dikursi.

"Ga usah dititipin gue makasih banget kalian mau nganterin mereka." Ucap digo tersenyum tulus dan mereka mengangguk lalu pamit meninggalkan appartement digo.

***

Vomments!

Pergi Dari Hatiku[ENDING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora