3 : RollStop Oreo

3.7K 297 12
                                    

Rumah mewah yang terletak di pusat kota Jakarta terlihat sangat mencolok diantara rumah-rumah yang lain. Berbagai mobil mahal dan motor sport terparkir rapi di halamannya.

Orang lain banyak berpikir kalau penghuni rumah tersebut pastilah hidup bahagia bergelimang harta. Namun, perkiraan mereka salah besar. Para penghuni rumah itu bahkan tidak pernah benar-benar merasa bahagia. Atmosfer dingin kerap kali mendominasi ketika keluarga itu berkumpul. Entah kenapa, mereka tidak pernah mengobrol satu sama lain kecuali karena suatu hal penting.

Jupiter melempar kunci motornya ke sembarang tempat dan mendapati kelima temannya sedang asyik menonton tv dengan setumpuk camilan.

"Siapa yang suruh ke rumah gue?"

"Kita." Jawab Bima santai.

"Mending lo duduk sini, Ju. Gila! Gue gak nyangka Hunger Games ternyata seru juga." Farhan menggeser tempat duduknya.

"Gak."

Bima langsung berseru. "Ju! Woi! Kita susah susah ke rumah lo, lo nya malah ngamar. Woi!"

"Maleees!"

"Ah elah."

"Abang gue mana semua?", tanya Jupiter sebelum ia benar-benar menutup pintu kamarnya.

"Mana gue tau?", jawab Robin acuh tak acuh. "Lo sini kenapaa.."

"Gue capek. Serius."

"Yaelah.. Kenapa lagi itu anak, Za?"

Yang ditanya malah mengedikkan bahu. Ia pun memutuskan untuk menghampiri Jupiter ke kamarnya. Raza lah teman yang paling mengerti keadaan Jupiter selain Brian. Mereka sudah bisa disebut saudara kandung saking dekatnya.

"Kenapa lo?"

Jupiter tidak menjawab. Laki-laki itu membenamkan wajahnya di bawah bantal.

"Tadi siang lo berantem ya? Jangan bilang cuma gara-gara masalah mantan lo itu."

"Gausah bahas itu."

"Ayolah, Ju. Lo udah kebanyakan masalah. Mending lo happy happy dulu sama kita."

"Lo mau happy happy?", kali ini Jupiter mengangkat wajahnya. Matanya berbinar-binar seolah sebuah ide cemerlang baru saja muncul di benaknya.

"Yup."

"Anter gue ke RollStop."

Hening sejenak.

"Astaga. Lo sekarang kelas berapa? Lo masih mau mabok-mabokkan? Ha?" Suara Raza meninggi. Raza tahu pasti sifat sahabatnya itu. Kalau sudah penat dengan masalah, pelarian Jupiter hanya satu, minuman keras.

"Kalau gamau yaudah. Lo pulang. Suruh yang lain pulang."

"Gila gila. Gue gabisa ninggalin lo di rumah segede istana presiden sendirian kayak gini. Bisa-bisa lo gantung diri, atau apa kek."

"Anter gue ke RollStop, atau pulang."

"Sumpah, lo kayak cewek."

Jupiter melotot.

"Oke oke, santai.. Ayolah. Tapi gue gak jamin yang lain setuju atau enggak."

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang