Terjebak Cinta - 2

4.8K 161 0
                                    

"Huft!"

Desahanku mengejutkan Alin. Sahabatku itu melihatku aneh saat muncul dengan wajah cemberut.

"Duh! Sialan bener sih asdos Pak Bahtiar itu! Bayangin aja, aku cuma dikasih waktu dua hari buat ngerjain makalah yang susahnya minta ampun, sampai-sampai nggak tidur. Sekarang giliran aku ngumpulin tepat waktu, eh cuma dikasih nilai C doang! Kamu tau sendiri kan aku harus dapat minimal B biar bisa ikut ujian,"

"Kamu ngerjainnya bener nggak?"

"Ya, mana aku tau, Lin. Yang jelas aku udah ngerjain semampuku. Otakku kan pas-pasan. Sekarang mau nggak mau aku harus revisi lagi,"

Aku benar-benar geram. Alin hanya menepuk-nepuk bahuku untuk sabar.

"Sabar gimana lagi? Aku kesel! Awas aja ya si Niko itu! Kalau sampai aku nggak bisa ikut ujian, aku bakal bikin perhitungan sama dia!"

"Perhitungan apa?"

Suara itu membuat aku dan Alin spontan menoleh ke belakang.

"OMG!!!"

Seruan Alin membuatku menyadari siapa yang datang di belakang kami. Mungkinkah dia mendengar semua perkataanku? Dari raut wajahnya bisa kupastikan jawabannya 'ya'. Aduh, habislah aku!! Bukan cuma nggak boleh ikut ujian, pasti aku nggak akan lulus mata kuliah Pak Bahtiar.

Aku melihat wajah Alin yang cemas tak jauh beda denganku. Kukumpulkan keberanian untuk mengeluarkan kata dari bibirku.

"Maaf..."

"Hanya itu? Katanya kamu mau buat perhitungan dengan saya?"

Suara Niko yang terkesan tenang membuatku semakin salah tingkah.

"Saya...saya nggak bermaksud untuk...." aku kesulitan berkata-kata.

Niko hanya tersenyum.

"Ikut saya!" katanya sambil berjalan.

Aku hanya mengikutinya di belakang sambil menoleh ke arah Alin yang masih terlihat cemas. Ya ampun...hancurlah semuanya! Kenapa tadi aku pakai ngomong kayak gitu di kampus sih?

Niko membuka pintu kelas paling ujung yang kosong. Kelas ini jarang digunakan untuk kuliah. Dari letaknya yang di ujung membuat suasananya sepi karena jarang ada mahasiswa yang berkumpul atau lewat.

"Masuk!"

Suara Niko mengejutkanku. Aku berjalan memasukinya sembari berpikir buat apa asdos itu mengajakku ke kelas sepi begini? Pintu ditutup. Jadi merinding. Jangan-jangan aku bakal dimaki-maki habis-habisan.

"Presentasikan makalah yang kamu buat!"

Kata-kata Niko tak urung membuatku semakin terkejut.

"Kamu dengar kan?"

"Presentasi, Mas? Tapi...tapi medianya kan nggak ada,"

"Ya kamu ngomong aja. Saya dengarkan," Niko mengambil sebuah kursi.

"Ayo mulai!"

Gimana mau presentasi kalau aku aja deg-degan setengah mati?! Tiba-tiba otakku menjadi kosong.

Niko berdehem. Kemudian menatapku dengan sorot matanya yang tajam.
Aku menarik napas dan mulai mengeluarkan kata-kata. Matilah aku! Presentasiku buruk dan berbelit-belit. Akhirnya Niko hanya tersenyum kecut. Kakiku lemas seketika.

"Gimana saya bisa kasih kamu nilai B kalau kamu sendiri seperti itu?"

"Saya akan revisi makalahnya,"

"Memang harus. Dan lusa sudah harus kamu berikan pada saya. Ini kesempatan terakhir kamu,"

"Tolong saya, Mas. Saya bersedia melakukan apa saja asal diijinkan ikut ujian,"

TERJEBAK CINTAWhere stories live. Discover now