Terjebak Cinta - 1

10K 195 1
                                    

Aku berjalan dengan wajah lesu menghampiri sahabatku, Alin.

"Kenapa?" tanyanya.

Aku mendesah.

"Habis deh aku didamprat sama Pak Bahtiar,"

"Kamu juga sih! Udah tau tuh dosen killer, masih aja berani telat. Kalau satu dua kali sih masih mending.. ini dalam sejarah mata kuliah Pak Bahtiar coba hitung berapa kali kamu telat,"

"Iya, aku tau aku salah. Habis mau gimana lagi? Tau sendiri aku susah banget bangun pagi. Pakai alarm sampai bejibun juga kagak bakal mempan,"

"Hahh! Kapan sih punyakit ngaret kamu itu hilang?" Alin geleng-geleng kepala.

"...nggak cuma bangun pagi. Tapi siang, sore, malam aja kamu ini jadi miss ngaret. Kasihan banget sih mas Rifky punya cewek kayak kamu..."

Wajahku cemberut.

"Enak aja! Mas Rifky itu cinta sama aku... Ya ampun, Lin! Lupa! Aku janjian sama mas Rifky! Aduh, telat deh... Duluan ya.." kataku sambil berlari meninggalkan Alin.

Pasti mas Rifky udah lama nungguin aku. Aduh, bodoh banget sih aku! Kenapa bisa lupa? Mas Rifky pasti kesel.

"Maaf, Mas... aku telat," kataku begitu sampai di hadapannya dengan napas terengah-engah karena lari-lari.

Mas Rifky hanya mendesah.

"Kamu tau kan lunch break cuma satu jam? Kalau hampir sejam aku nungguin kamu, kapan kita bisa makan? Kapan kita bisa ngobrol? Kamu bisa nggak berusaha ubah kebiasaan buruk kamu?"

Aku menunduk. "Iya, Mas. Maaf..."

"Nanti jam tujuh malam datang ke cafe Brown. Ada pertemuan keluarga. Rencananya sekalian aku mau kenalin kamu sama ortuku. Tolong jangan telat lagi! Hari ini aku meeting sampai jam enam, jadi nggak bisa jemput kamu dulu. Untuk kali ini aku minta kamu bisa on time,"

"Iya, Mas. Aku pasti usahain,"

Hm, senangnya mau dikenalin sama orang tua mas Rifky. Selama dua tahun aku berhubungan dengan mas Rifky, belum sekalipun aku berkenalan dengan orang tuanya. Mereka pebisnis yang sibuk. Dan aku sering telat. Jadi wajar saja kalau pertemuan kami sebelumnya gagal terus. Tapi kali ini aku nggak mau ngecewain mas Rifky. Selama ini dia sabar menghadapiku. Aku harus membuktikan kalau aku bisa diandalkan.

Jam enam petang! Waktunya berangkat biar nggak telat. Lebih baik lagi kalau aku bisa datang lebih awal. Aduh! Ponselku tertinggal! Ya udah biarin aja, daripada telat kalau balik ambil lagi. Aku tak memikirkan adanya keadaan yang membuatku membutuhkan ponsel. Tiba-tiba taksi yang kunaiki berderum-derum lalu berhenti. Kenapa nih?

"Kenapa, Pak?" tanyaku pada sopir taksi.

"Sebentar saya periksa dulu, Mbak,"

Sopir taksi keluar dan memeriksa mesin. Aduh...bisa telat nih! Kulihat sekeliling terasa sepi. Aku memang meminta sopir taksi itu lewat jalan memutar yang lumayan sepi karena khawatir kejebak macet kalau lewat jalur utama jam segini. Tapi inilah salahku. Mana ponselku pakai ketinggalan juga. Aduh!

Tak ada tanda-tanda taksi lewat. Aku gelisah. Aku nggak bisa hubungi mas Rifky. Dia pasti kecewa kalau aku nggak bisa memenuhi permintaannya untuk nggak telat. Mas Rifky selama ini nggak pernah mengeluhkan apapun selain kebiasaanku yang ngaret dan sering lupa itu.

Jam tujuh lewat! Perasaanku tak karuan.

"Saya hubungi taksi lain saja ya, Mbak? Sepertinya mesinnya K.O." kata sopir taksi.

"Dari tadi kek, Pak!" seruku kesal.

Begitu taksi lain datang, aku cepat naik. Jam delapan! Aduh...mati deh! Mas Rifky pasti marah sama aku. Setengah sembilan lewat aku baru sampai. Kulihat mas Rifky duduk di dekat mobilnya. Segera kuhampiri dia. Aku rela kalaupun dia akan memarahiku habis-habisan.

TERJEBAK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang