-Dua-

52 5 0
                                    

Aku menguap lebar di setiap pelajaran hari ini. Sudah ke-dua puluh lima kali aku melirik jam dinding.

"Clarine, tolong kau antar buku ini ke meja saya," perintah Mr. Logan. Beliau tidak pernah benar dalam memanggil namaku.

"Baik, Mister."

Saat aku hendak mengambil buku yang terlihat 'sangat' berat milik Mr. Logan, Alicia, teman dekatku menepuk bahuku.

"Aku duluan, ya. Kau bisa pulang sendiri, kan?" tanyanya.

"Ya, tak apa. Aku akan pulang sendiri nanti," jawabku. Ia tersenyum dan melambaikan tangan ketika dirinya sudah jauh dari kelas.

Aku mendengus.

Bisakah Mr. Logan sehari saja tidak membawa buku-buku yang amat berat ini? batinku.

Tiba-tiba, ada sebuah buku tebal yang terjatuh dari meja dan mengenai ibu jari kakiku.

"Awww!" jeritku tertahan.

"Kalau mau bawa buku hati-hati," ujar seseorang. Aku mendongak dan menemukan Jeremy tengah memungut buku-buku lain yang ikut terjatuh.

"Thanks," ucapku.

"Sini, aku bantu. Sepertinya kau akan pingsan jika membawa lima buku tebal ini," katanya sambil tertawa.

"Yayaya, terserah kau saja. By the way, thanks ya."

Dan kami berdua pun membawa buku ini ke meja Mr. Logan.

***

"Cal!"

Aku menoleh dan mendapati Michael melambai padaku.

"Kau belum pulang?" tanyanya.

"Kalau kau masih melihatku berdiri disini, artinya aku belum pulang," jawabku.

"Kalau begitu, ayo pulang denganku! Kebetulan aku sudah selesai latihan," ajaknya.

"Maaf, tapi aku sudah pulang bersama Jeremy," tolakku sambil menunjuk ke arah Jeremy yang tengah menghidupkan motornya.

"Siapa?"

"Jeremy. Tidakkah kau melihatnya sedang mempersiapka motor di tempat parkir?"

"Apa? Kau bercanda? Tidak ada orang disana, Cal."

"Kau benar-benar membutuhkan kacamata. Aku pulang dulu," pamitku lalu berjalan menuju Jeremy.

"Tunggu, Cal! Disana memang tidak ada siapapun!" teriak Michael. Aku menggeleng dan segera naik ke atas motor Jeremy.

Michael POV

Ada yang aneh dengan Cal. Ia tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya. Bahkan, ia selalu memintaku untuk mengantarnya pulang. Dan kini, ia pulang bersama Jeremy.

Aku tidak pernah tahu ada nama Jeremy di perkuliahan ini. Selaku sekretaris organisasi perkuliahan, aku tak pernah menulis nama Jeremy di daftar mahasiswa.

Dan ya, Jeremy tak pernah terdaftar.

***

Black CoffeeWhere stories live. Discover now