Prolog

72 5 0
                                    

"Hhh..." desahku.

Kini, aku sedang duduk di dalam kafe yang baru buka beberapa hari lalu. Menunggu secangkir kopi yang kupesan. Di luar sedang hujan deras.

"Ini mbak, pesanannya," ujar seorang pelayan sembari mengantarkan pesananku.

Aku tersenyum dan berkata, "Terima kasih."

Kuaduk kopi itu. Kopi yang berwarna lebih hitam dari biasanya.

Tanpa berpikir panjang, langsung saja kuteguk kopi itu sampai habis setengahnya.

Rasanya berbeda dengan kopi biasa di warteg-warteg pinggiran. Namun, aku tak terlalu menghiraukannya.

Kutatap sendu jendela di sebelahku yang mengarah langsung ke jalanan. Dan kulihat ada seorang lelaki berpakaian serba hitam berjalan menuju kafe ini.

Lelaki itu berjalan dengan santainya seakan-akan tidak takut hujan membasahi tubuhnya.

Kusipitkan mataku, dan kulihat bajunya sama sekali tidak basah oleh air hujan.

Ia semakin dekat dengan kafe ini.

Tunggu. Aku melihat kilatan dari saku celananya.

Apakah itu?

Apa orang itu membawa benda tajam? Tidak mungkin. Aku hanya salah lihat.

Aku segera meneguk kopiku sampai habis, lalu memasukkan barang-barang ke dalam tasku.

Aku hendak berdiri sebelum lelaki tadi bertanya,

"Bolehkah aku duduk disini?"

***

Black CoffeeWhere stories live. Discover now