Jungkook memutar masa lalu, teringat akan pertemuan awalnya dengan Kim Taehyung. Ketika ia melihat seorang laki-laki, duduk menyendiri dalam bayang-bayang kerusuhan polisi; seolah diabaikan dan lenyap; namun semuanya mendadak berkilau dengan caranya sendiri ketika pemuda berambut cokelat itu mulai berceloteh. Mengungkap kebenaran di balik dusta yang terselip, fakta-fakta yang akurat, dan mencari jalan keluar dengan begitu mudah. Namun, dari semua hasil jerih payahnya, tak sedikit Jungkook mendapati kalimat bahkan tatapan benci yang ditujukan untuk Kim Taehyung. Miris, memang. Polisi-polisi laknat itu seakan tidak ingin mengakui bahwa mereka baru saja kalah; dikalahkan oleh seorang detektif gila macam Kim Taehyung.

"Taehyung mungkin terlihat tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Tapi, percayalah Jungkook, terlepas dari statusnya dan eksitensinya di mata orang awam," entah mengapa Yoongi suka sekali memberi jeda ketika kalimatnya mulai mencapai klimaks. Laki-laki itu sampai harus menyimpan jari telunjuk di depan bibir dan mengedipkan mata dengan usil, "... dia tetaplah seorang bocah lugu meskipun umurnya sudah mencapai kepala dua. Dan ini rahasia, jangan beri tahu Taehyung kalau aku memberitahumu."

Sedikitnya, Jungkook merasa lega. Yoongi ibarat seorang kakak di balik sikap sinis dan angkuhnya, namun terlepas dari itu, ia kakak yang baik dan pengertian.

"Hyung,"

"Hm,"

"Bagaimana caranya kau bisa mengenal Taehyung?"

Pergelangan tangan yang sebelumnya ia genggam terlepas dengan perlahan, Yoongi terpekur sejenak, dan Jungkook bisa melihat sendu yang melintas dalam sepasan manik gelapnya. Tidak kentara, namun terlihat adanya.

"Ceritanya panjang," ujar Yoongi pendek. Menoleh dan membalas tatapan Jungkook. "Lain kali, kalau aku mengingat semuanya dengan jelas, akan aku ceritakan."

Jungkook mengangkat alis.

"Yang jelas, itu pertemuan yang unik, menurutku," tawa renyah mengikuti. "Sampai akhirnya aku sadar ada hal lebih penting yang harus kulakukan jika sudah menyangkut soal bocah Kim ini." Ia lantas berdiri, membawa gelas susu yang tidak disentuh Jungkook dan sudah mendingin. Tak lagi memberi penjelasan lebih sampai Yoongi sengaja menunduk, mengusap kening Taehyung sepelan mungkin, dan kembali berdiri tegak dengan seulas senyum tipis sebagai bentuk undur diri.

"Hyung,"

Yang dipanggil menoleh, melirik Jungkook lewat sudut matanya ketika laki-laki itu sudah berdiri di ambang pintu. Berkas neon oranye merembes masuk pada sela pintu yang terbuka dengan sedikit remang ketika gelap semakin mendominasi.

"Apa maksudmu dengan melakukan hal yang penting?"

Jungkook suka dengan keheningan, tapi tidak dengan sunyi seperti ini. Dan Min Yoongi seolah mencoba menebak isi dasar hatinya hanya dengan kilatan mata yang Jungkook sendiri tidak mengerti makna di baliknya. Ia bukan seorang pembaca mikro ekspresi seperti Jimin, sama sekali bukan.

"Melindunginya, tentu saja."

Derit pintu mengalun lambat sampai berkas cahaya menghilang dan Jungkook tak lagi bertanya.

~oooOOOooo~

.

.

.

Verum

.

oh yah, saya buat kesalahan di-chapter pertama. White Carnation itu bukan Krisan Putih. Saya salah baca 8"D/dibuang. Karena arti yang aslinya adalah Anyelir Putih. Jadi saya ganti yang awalnyaKrisan jadinya Anyelir.

Verum (KookV Fanfiction)Where stories live. Discover now