Chapter 12 : Ulah VAMP

7.2K 651 8
                                    

Frezey's POV

Lucu bagaimana perasaan seseorang berubah dengan cepat. Aku ingat bagaimana pertama kalinya aku bertemu dengan Alex dan langsung terpesona olehnya. Namun kini, alih-alih terpesona aku malah merasa risih. Mungkin karena caranya memperlakukanku, aku pikir aku tak terlalu suka perhatian berlebih. Dia aneh, dan semakin aneh saat aku berada di dekatnya.

"Kau memang benar-benar hangat ya Nona Heater?" tanyanya lagi.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini?" tuntutku.

"Aku bersekolah disini, kau ingat?" jawab Alex santai.

"Aku pikir kau akan terus bersembunyi dibalik nama ruangan VAMP-mu" sindirku padanya. Dia tersenyum setengah hati.

"Aku bertanya-tanya, kenapa kau tidak membalas satupun surat dari VAMP?" katanya semakin mendekatiku.

Aku hanya memperhatikannya, tidak tau harus berkata atau pun berbuat apa. Kurasa Alex tidak akan terbiasa menerima jawaban "Tidak", dan kupikir akan aman jika aku tidak mengatakan apa-apa.

"Katakan.." paksa Alex, setengah berbisik di telingaku, "Apa yang kau rasakan?"

Dia punya pesona yang kuat, tanpa kusadari aku memandangnya, memandangnya cukup lama sampai aku terkesiap. Dia tampak mempesona hari ini. Sebagian dari otakku terpesona.

Apa-apaan ini?! Apa yang baru saja kupikirkan? Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, seolah itu berpengaruh pada sesuatu.

Dia tersenyum, "Maafkan aku.." Alex memegang tanganku lalu menyerahkan sesuatu. "Aku mengerti, aku memang sangat mengganggu. Tapi Frezey, aku berjanji ini akan jadi surat terakhir."

Kau tau, saat dia memegangku, aku terkejut. Bukan karena aku tidak waspada atau tidak mengetahui bahwa dia akan menyentuh tanganku, hanya saja, ada perasaan kecewa. Bukan, bukan.. bukan kecewa. Aku berpikir dia sepertinya akan menyerah, dan itu membuatku sedikit sebal.

"Aku tak mau memaksamu melakukan yang tidak mau kau lakukan, kan?" Kata Alex sambil mengangkat bahu. Aku memandangnya tak percaya, aku tak mengerti. Kukira dia datang untuk menyakinkanku agar bergabung dengan VAMP atau apalah itu, tapi.. tapi..

Belum sempat pikiranku berpikir jernih, Alex pergi tanpa sepatah kata tambahan. Aku diam. Tak tau apa yang harus kukatakan.

***

Angin sepoi-sepoi malam membelai rambutku perlahan. Dinginnya malam tak mampu menembus diriku, aku hanya diam termenung ditaman sekolahku. Tempat ini biasanya ramai dengan para murid, tapi berhubung simulasi penyerangan sangat menarik untuk ditonton, tak ada yang tersisa di sini.

Tatapanku kosong, terkadang, aku suka melakukannya. Aku merasa bodoh, tapi percayalah itu membuat pikiranku berputar lebih lancar, entah apa penjelasan ilmiahnya. Aku menyedengkan kepalaku, masih tak percaya Alex mengatakan hal itu.

"Sepertinya dia menemukan yang lain.." simpulku.

Aku memandang langit, hari ini sungguh indah, dengan para bintang bertaburan.

Dan hampir seketika, aku mendengar sesuatu. Kupalingkan pandanganku untuk memeriksanya, tapi tak ada yang bergerak. Baiklah, ini sedikit mengerikan. Ada apa disana? Suara itu berasal dari luar sekolah, tapi aku masih bisa mendengarnya dari sini. Sepertinya ada di seberang jalan, atau mungkin lebih jauh lagi.

Tapi kulihat tak ada seorangpun disana, dan bukan kebiasaan para vampire melewatkan simulasi penyerangan. Lalu apa? Apa yang bergerak disana? VHS dikelilingi hutan yang cukup lebat disisi kirinya, tapi jarang ada seseorang disana, kecuali dia vegetarian yang memang mau berburu. Para vampir lebih suka membeli sintesis atau menghabiskan waktu dipusat kota dengan Clubbing sana sini. Hutan sedikit ketinggalan jaman.

Tapi apa aku yang salah dengar? Aku pikir ada seseorang disana, sekalipun suara itu lemah dan sangat lembut. Gerakan yang disengaja!

Aku berdiri, lalu memeriksanya. Yah, saat aku bilang memeriksa itu berarti aku benar-benar mendekati hutan untuk mencari seseorang, kuharap. Tapi saat keluar dari VHS, aku belum menemukan sesuatu.

"Apa akan salah kalau aku meninggalkan sekolah?" tanyaku pada diriku sendiri, "Kurasa, rasa ingin tahu adalah awal dari pengetahuan." kataku acuh sambil terus berjalan memasuki hutan.

***

Dilarang memasuki hutan jika kau :

1. Tidak suka gelap.

2. Takut pada suara-suara mengganggu.

3. Serangga-serangga hutan yang muncul di malam hari.

Karena serius, aku tidak menyangka memasuki hutan saat malam hari akan jadi sangat merepotkan! Tapi aku tidak akan menyerah, aku terlalu penasaran untuk berhenti sekarang.

"Frezey!!" Seru seseorang, sepertinya suara Carent. Sial! Aku belum menemukannya Carent. Aku berbalik dan melihat Carent berdiri di jalan masuk hutan. Ah.. Yaampun."Apa yang kau lakukan? Para guru mencarimu!! Kau tidak boleh pergi tanpa ijin!"

Aku hanya memutar bola mataku, dasar guru kolot,"Tidak apa-apa Car, aku segera kesana." Aku melihat sekali lagi untuk memastikan bahwa tidak ada apa-apa disini. Dan saat itulah aku melihat sesuatu, atau mungkin seseorang. "Hah?"

"Ada apa Freze?" seru Carent lagi.

"Aku rasa aku menemukan seseorang Car, cepat kemari." perintahku padanya.

"Tapi Freze, ini hutan, dan malam hari.." jawab Carent, "Daerah ini dekat perbatasan, kau ingat?"

"Cepat Car, tidak ada waktu.. Kemarilah.." kataku lagi sambil menjaga intonasiku agar tidak terlalu mencolok.

"Tapi--" Carent hendak berkata-kata lagi, tapi aku memberinya isyarat agar kemari dengan cepat. Ia pun akhirnya menurut. "Apa sih?"

"Disana.." aku menunjuk pada 2 atau 3 pohon yang berkerumun, "Tadi dia berada tepat diantara pepohonan itu"

Dia melihatku, tampaknya dia tidak melihat apa yang kulihat tadi, tampaknya dia sudah pergi.

"Kita harus memeriksanya.." kataku

"Entahlah Frezey.. Ini perbatasan?" jawab Carent tak bersemangat. Seketika, sesuatu bergerak. Kami berdua mendengarnya, sedikit terkejut, lalu mulai menyiagakan diri. Kami ingat saat pelajaran pertahanan diri. Kami harus membuka kaki kami, mengangkat sedikit tangan kami, tapi tidak boleh kentara, musuh akan merasakan penyerangan kami nantinya. kami harus bisa santai sebisa mungkin akan tidak menarik perhatian.

Sesuatu bergerak lagi, dan kami sadari itu adalah gerakan kaki. Seseorang berjalan mendekati kami. Bayangannya terpantul dari cahaya bulan malam ini. Aku memandang Carent lalu mengangguk. Carent menggelengkan kepalanya, tapi aku tetap bergerak maju, mau tidak mau ia menurut.

Dia makin mendekat, begitu juga kami. Bayangan itu tiba-tiba berhenti. Aku pun berhenti sejenak, berusaha mendengarkan langkah kaki itu, tapi tetap tak ada suara. Lalu tiba-tiba..

Seseorang menyergapku, seorang pria, mendorongku sampai menabrak pohon dibelakangku. Carent terkejut dan berteriak memanggil namaku. Tubuhku terjepit, antara pohon dan tubuhnya. Carent berusaha menolong, tapi dia juga terlempar oleh pukulan pria itu. Tangannya mencengkeram leherku kuat-kuat, aku terkejut leherku tidak patah menghadapi kekuatan tangan pria itu. Mataku tertuju pada pakaian yang dikenakannya, sekalipun hutan ini cukup gelap, tapi cahaya bulan cukup menerangi lencana mengkilap yang dikenakan disisi kanan lengan pria itu. VAMP.

***

Serius nih, kalian keren..

Makasih buat notif yang terus ada, makasih buat dukungannya buat VHS.

Jadi semangat nulisnya.. Tetap tunggu kelanjutannya yaa..

Kalo ada yang mau saran, silahkan.. Komentar terbaik dan saran terkeren, akan kuberi dedikasi buat cappy selanjutnya ;)

Don't forget to follow, comment and vote guys :D

Vampire High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang