BAB II

6.8K 379 3
                                    

"David, jaga omonganmu ya," kata Maria dengan sinis.

"Apa aku salah ngomong ya. Apalagi maksudmu berbuat baik ke mereka? Kamu kan nggak punya apa-apa selain otakmu yang encer itu. Mana mau anak-anak di kelas ini berteman sama kamu. Makanya kamu pakai cara licik dengan memberikan contekan PR ke mereka agar mereka mau setidaknya sedikit berteman dengan orang miskin kaya kamu," jawab David dengan nada yang penuh kebencian.

"Kamu nggak usah ngomong macem-macem ya. Aku sendiri kok yang pinjam PR nya Maria bahkan Maria ngotot mau ngajarin aku," bela Lusi dengan penuh semangat.

"Lusi, kamu nggak usah ikut campur deh. Kamu tahu kan kamu dari keluarga Setiawan pemilik sekolah ini," sela David.

"Aku lebih baik berteman dengan Maria daripada mengakui kamu sebagai sepupuku," jawab Lusi.

David dan Lusi memang saudara sepupu. Ayahnya David adalah kakak kandung dari Ayahnya Lusi, dan keluarga mereka merupakan pemilik dari SMA ini. Walaupun masih keluarga, kepribadian David dan Lusi berbeda jauh. David selalu menonjolkan kekayaan keluarganya, sedangkan Lusi lebih sederhana dan mau berteman dengan siapa saja, termasuk Maria.

"Ayo cepet duduk di kursi masing-masing, Pak Santo sudah ada di depan kelas," kata Thomas salah satu 'anak buah' David.

"Urusan kita belum selesai," ancam David ke Maria.

Perselisihan Maria dan David sudah menjadi rahasia umum di sekolah. Sejak SD sampai SMA mereka selalu ada di sekolah yang sama, begitu juga dengan sebagian besar anak-anak sekolah lainnya. Maklum sekolah tersebut memiliki jenjang pendidikan dari TK sampai SMA. Maria tidak sempat menempuh pendidikan TK karena keterbatasan uang.

David merupakan cucu dari pemilik sekolah ini, sudah pasti merupakan anak yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Hidup dengan bergelimang harta dan kuasa membuatnya menjadi anak yang manja, egois, dan mau menang sendiri. Dia dididik untuk menjadi yang terbaik, dan kehadiran Maria sungguh menganggunya.

David merupakan anak yang pintar bahkan boleh dibilang jenius, IQ nya di atas rata-rata. Didikan keras di keluarganya dan tutuntan dari orang tuanya membuat David menjadi pribadi yang keras dan kaku. Dalam bidang akademik, David pun dituntut menjadi yang terbaik. Hal itu bukan merupakan hal yang sulit bagi David, karena kejeniusannya. David selalu menjadi yang pertama di kelasnya sejak SD sampai sekarang.

Walaupun satu sekolah sejak SD sampai SMA ini, baru kali ini dia satu kelas dengan Maria. Sejak dulu David sudah tahu bahwa Maria adalah anak yang pintar dan penerima bea siswa tetap dari sekolahnya. Sekolah ini memang khusus untuk kalangan orang berduit, namun sebagai salah satu kebijakan Corporate Social Responsibilty, sekolah tersebut memberi bea siswa ke anak yang tidak mampu namun berprestasi. Dan Maria adalah salah satu anak yang beruntung untuk menerima bea siswa tersbeut.

Bukan hal yang mudah bagi Maria untuk menempuh pendidikan di sekolah itu. Hal terpenting bagi Maria adalah menjalani kegiatan belajar di sekolah ini dengan baik, mendapat ilmu yang banyak agar bisa berguna di kemudian hari. Dan tentunya menjaga peringkatnya di kelas untuk menjamin kelangsungan bea siswa yang dia terima.

Sejak SD sampai sekarang Maria pun menjadi yang pertama di kelasnya. Tidak ada kesusahan berarti yang dihadapi Maria karena ketekunannya dalam belajar. Maria memang anak yang rajin dan pintar, dia juga tidak segan-segan untuk membantu teman-temannya dalam belajar. Karena menurutnya dengan mengajari temannya dia juga ikut belajar.

Di akhir masa sekolah SMA ini, Maria dan David akhirnya satu kelas. Persaingan untuk menjadi yang terbaik di kelas yang selama ini terhindarkan kerena mereka berbeda kelas tak bisa dihindari lagi. Maria berusaha untuk menjadi yang terbaik bukan hanya di kelas ini tetapi juga di sekolah agar bisa mendapat bea siswa pebuh untuk melanjutkan ke jenjang universitas. Sedangkan David dengan sifatnya yang tidak mau kalah dan tekanan dari orang tuanya tentu saja tidak mau kalah begitu saja dengan Maria yang hanya anak tukang ojek.

Bel pulang sekolah yang dinanti-nanti berdering. Maria langsung membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Maria, ngapain buru-buru, kita mau makan-makan di kafe depan sekolah nih sebagai ucapan terima kasih kamu mau kasih contekan PR ke kita," ajak Lusi sambil mengandeng tangan Maria.

"Aku buru-buru nih," tolak Maria sambil terus berjalan menuju kantin sekolah.

Lusi hanya bisa menghela nafas. Hanya Lusi yang berusaha dekat dengan Maria di sekolah ini. Maria pun tidak memusingkan masalah pergaulan dan pertemanan di sekolah. Yang menjadi prioritasnya adalah menyeselaikan pendidikannya dengan nilai yang baik. Namun usaha Lusi akhirnya sedikit membuahkan hasil, sejak masuk SMA Maria mulai membuka diri untuk dekat dengan Lusi. Sungguh Lusi berteman dengan Maria juga bukan karena Maria pintar dan dia bisa memanfaatkan Maria untuk membantunya dalam pelajaran, Lusi sungguh tulus untuk berteman dengan Maria karena menurutnya Maria merupakan anak yang baik dan penuh tanggungjawab.

"Bu Sari, gimana jajanannya habis semua kan?" tanya Maria ke Bu Sari begitu sampai di kantin sekolah.

"Seperti biasa Maria, semua jajanannya habis. Ini uangnya," jawab Bu Sari sambil menyerahkan sejumlah uang ke Maria. Walaupun sekolah ini adalah sekolah elite, namun jajanan pasar juga laku keras di kantin sekolah. Mungkin anak-anak bosan dengan jajanan siap saji dan kangen dengan jajanan pasar yang mulai menghilang keberadaannya.

"Terimakasih banyak, Bu Sari. Saya langsung pulang ya," pamit Maria dengan ramah.

Dengan langkah santai, Maria berjalan keluar dari lingkungan sekolah. Senang rasanya hari melelahkan di sekolah ini telah berlalu. Dan dia juga senang karena jajanan titipan Bu Tuti habis semua meskipun porsinya lebih banyak dari biasanya. Dan artinya dia juga mendapatkan komisi yang lebih banyak. Maria sudah membayangkan akan memasak ayam goreng tepung kesukaan ayahnya dengan uang yang nantinya diterima dari Bu Tuti. Senyum tidak bisa lepas dari wajah Maria membayangkan senangnya nanti dia dan ayahnya menyantap ayam goreng tepung yang merupakan makan malam mewah bagi mereka.

"Ngapain kamu senyum-senyum sendiri?" kata-kata kasar tersebut membuyarkan lamunan indah Maria.

***


RUNAWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang