Farhan ber-oh dan mengangguk. Dia duduk satu meja dengan Nata. Sedangkan dua pria dengan pakaian sedikit urakkan duduk di depan mereka. Dan pria yang mengunyah permen karet duduk di seberang meja Farhan dan Nata. Disamping dua pria urakkan itu.

Mereka memang akrab dari kelas sepuluh. Mereka juga satu tim futsal di sekolah. Farhan pria terapi yang tidak pernah lupa dengan pomadenya walaupun dirinya sedang dilapangan pomade tetap nomer satu. Jika Farhan sangat memperhatikan penampilannya, lain hal dengan Dino dan Vero yang selalu berpenampilan urakkan. Menurut mereka ganteng itu dari lahir bukan dari penampilan. Satu lagi, pria yang suka permen karet. Grefi, tiap harinya dia selalu mengunyah permen karet. Tetapi, dia selalu membuang bekas permen karetnya dengan baik. Tidak seperti Dino dan Vero yang tiap kali memakan permen karet bekasnya dibuang ke kursi salah satu teman kelas mereka.

••

Di ruang klub kimia,

Sepulang sekolah, anak-anak kelas 11 yang mengikuti klub kimia sudah berkumpul, tak terkecuali Stevi dan Nata. Mereka berdua mengikuti klub ini dari kelas sepuluh, mereka memilih klub ini karena dalam pelajaran ini lah nilai mereka paling menonjol, disamping itu Nata juga berprestasi dalam eskul futsal disekolahnya sedangkan Stevi mengikuti eskul tari tradisional, mereka berdua sering mengikuti beberapa perlombaan tetapi tak semuanya berhasil mereka taklukan, karena memang sang juara tak selalu harus menang bukan?

"Ibu kumpulkan kalian disini bertujuan untuk pembahasan kegiatan sosialisasi atau pengenalan klub ini pada peserta didik baru, kegiatannya besok pukul sembilan pagi sampai selesai. Jadi nanti ibu buatkan surat dispensasi kalian."

Bu Irma selaku pembimbing klub kimia membuka beberapa pertanyaan, banyak siswa yang bertanya mengenai kegiatan ini dengan telaten Bu Irma menjawabnya satu persatu.

Setelah memastikan tak ada lagi pertanyaan, Bu Irma menutup klubnya dan berjalan mengeluari ruangan, disusul dengan anak-anak klub yang berhambur keluar ruangan.

"Gimana nggak satu kelas sama aku?" Tanya Nata menatap Stevi dari arah samping.

"Lebih baik. Nggak ada yang gangguin aku mulu." Ucap Stevi, benar hari pertamanya di kelas damai tidak ada yang menjaili nya seperti saat dulu dia satu kelas dengan Nata.

Nata menjitak kening Stevi, membuat gadis itu meringis. Mereka kini berada di kantin, walaupun sudah bel pulang tetap saja suasana sekolah masih cukup ramai.

"Eh Nat, Mau ikut seleksi OSN lagi nggak tahun ini?" Stevi menyeruput es teh nya, Nata menyunggingkan senyum.

"Harus ikut lah, tahun kemarin belum dapet. Tahun sekarang harus dapet dong." Ucapnya optimis.

OSN atau Olimpiade Sains Nasional selalu digelar tiap satu tahun sekali, tahun kemarin Nata, Stevi dan 3 kakak tingkatnya mewakili sekolah untuk mengikuti seleksi Olimpiade Sains Nasional tingkat kota, namun entah mereka masih kelas sepuluh atau belum keberuntungan nya Nata dan Stevi tidak lolos ke tingkat Olimpiade selanjutnya hal itu tidak membuat mereka pesimis, karena mendapat 10 besar dari jumlah peserta 106 per-kota masih menjadi suatu kebanggaan sendiri, apalagi mereka baru kelas sepuluh sedangkan mungkin lawan mereka dominan dari kelas sebelas. Dua kakak tingkatnya berhasil lolos hingga provinsi dan satunya lolos menjadi juara 1 tingkat nasional.

"Pulang yuk?" Ajak Stevi setelah menghabiskan minumannya.

Nata mengangguk, mereka berjalan menuju parkiran. Tiap hari, Nata selalu membawa motor dan tak lupa selalu Stevi berada di jok belakangnya, itu merupakan kegiatan rutin mereka.

••

Mall Pondok Indah,

Malam ini, Stevi menemani Nata membeli perlengkapan untuk Devian, adik Nata yang baru berusia tujuh bulan. Mereka memasuki stand penjual perlengkapan bayi, berkeliling mencari beberapa hal. Stevi sedikit was-was menggendong Devian lantaran bayi ini tidak memakai popok yang kemungkinan besar kapan saja dapat menghujaninya.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now