"Enaknya ngebok*p kasuh" ujar Adi dengan muka innocent-nya.

Kurang ajar! punya adik asuh kenapa mesum begini. fix! Adi ini otaknya sudah terkontaminasi mesum level atas karena kebanyakan nonton video-video begitu.

"Sialan kau, kalau tidak uang ya bok*p yang kau pikirkan. aku laporkan ke komandan, mati kau!"

Dia tertawa terbahak-bahak. Aku masuk kedalam ruangan untuk mengganti seragamku yang sudah basah kuyup ini.

Adi ini mukanya dengan tidak ikhlas kukatakan ganteng macam artis rio dewanto.

Apa? Tadi aku mengatakan Adi ganteng. Eh eh.. jangan berpikir negatif. Aku masih normal.

Ngomong-ngomong tentang hati, setelah berganti pakaian kaos ketat dan training, ku ambil ponselku dan membuka aplikasi facebook. Ku lihat beranda, cek inbox dan pemberitahuan tidak ada satupun balasan pesan yang selama ini ku tunggu.

Aku mendengus kesal. Harus rela menelan kekecewaan lagi seperti 3 tahun belakangan ini.

Entahlah sudah berapa banyak pesan yang aku kirim, namun tidak ada satupun yang diresponnya.

***

AUTHOR's POV

Hembusan angin menusuk tulang vitha. Rambutnya yang terurai panjang berhamburan.

Langit sore ini sepertinya sedang tidak bersahabat dengan vitha, langit sore yang biasanya memancarkan warna jingga kini terlihat gelap, rintikan hujan mulai turun membasahi bumi. Mungkin hujan merindukan bumi.

Sudah dua minggu sejak vitha bekerja ia tidak pernah menunggu kehadiran senja lagi. Namun sore ini ia merindukannya. Sayang, senja sedang mengalah pada hujan.

Vitha duduk di balkon lantai dua rumahnya, kali ini bukan di balkon kamar. Sambil mengaplikasikan mp3 pada ponselnya ia bersenandung menatap rintikan hujan yang turun.

Denting yang berbunyi dari dinding kamarku sadarkan diriku dari lamunan panjang. Tak terasa malam kini semakin larut ku masih terjaga, di malam ini.
Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini kita menari dalam rindu yang indah. Oh, meski kurasa hatiku saat ini oh sayangku jika kau disini aku tenang.

"Aku butuh kamu, Mas. Kamu dimana? Apakah kamu disana juga merasa yang sama sepertiku?" ucap vitha lirih dengan segala macam pertanyaan-pertanyaannya itu.

Gimana kalau ternyata Mas Yori sudah punya wanita lain. Sia sia saja penantianku. 

Tiba-tiba pemikiran itu begitu saja terlintas dipikiran Vitha. Dan.. dirinya begitu bodoh. Mengharapkan  pemilik hatinya lebih padahal dia belum tahu apakah pemilik hatinya masih setia kepadanya atau tidak.

Vitha tersadar dari lamunannya, kemudian bangkit dari duduknya mematikan mp3 di ponselnya dan berjalan ke ruang keluarga. Bola mata Vitha menatap sebuah piano yang berada dipojok ruang keluarga itu. Vitha berjalan menghampiri piano dan kemudian duduk mengambil posisi. Vitha membuka papan penutup piano, jarinya yang mungil putih itu mulai menekan-nekan tuts piano dengan asal, tanpa nada yang berarti. Gadis itu mendesah pelan.

"Ce'ela yang lagi galau"

Sebuah suara familiar menyapa telinga Vitha. Dengan cepat Vitha menoleh ke belakang dan mendapati pria jangkung yang dikenalnya sedang menyunggingkan senyum jail.

"MAS DONI?!"

Vitha terkejut, matanya melebar  mendapati sosok pria jangkung yang dikenalnya itu adalah Doni, sepupunya. Senyum vitha melebar.

You're MINE!Where stories live. Discover now