Part 6

169 10 5
                                    

Arsenia

"Eh, lo udah tau belum? SMA Persada ikutan latih tanding basket di Nusantara dong!"

"Katanya sih, kapten basketnya kece, tau."

"Pas turnamen taun lalu, tim basket Persada jadi runner up, ya?"

"Kalo ga salah, ada yang namanya Aldi, eh, Adri, eh, Adi, deng! Doi tuh fix terganteng!"

"Aduh, kalo mereka tanding, gue mau nonton paling depan, ah!"

Gue mengunyah roti sambil menguping pembicaraan cewek-cewek biang gosip ini. Hadeh, kenapa topik pembicaraannya harus tentang SMA Persada, sih?

"Dor." Gue merasa bahu gue ditepuk. Tanpa perlu menengok gue udah tau siapa yang gagal ngagetin gue ini.

"Kebiasaan, deh, Meg."

Mega terkekeh, lalu duduk di depan gue. "Sekali-kali kaget, kek."

Oiya, Mega ini sahabat gue dari pas MOS SMP dulu. Dia baru pulang dari Surabaya, abis di karantina buat peserta olimpiade Fisika. Keren, kan? Gue heran kenapa gue ngga kecipratan pinternya Mega ini.

"Lagi pada ngomongin apaan, sih, mereka?" Mega mendelik ke arah geng bigos.

Gue mengangkat bahu tak peduli. "Sedenger gue sih ngomongin SMA Persada gitu."

"Oh." Mega mengangguk. "Dasar bigos, SMA lain aja sampe diomongin."

"Hai, Sen. Hai, Meg," tiba-tiba saja gue mendengar suara nista di sebelah gue. Yah, siapa lagi kalo bukan Alfa.

"Hai, Fa," balas Mega ramah.

Gue hampir saja menendang kaki Mega. Tapi sesaat kemudian gue baru sadar, Mega emang ngga tau kalo gue udah putus gara-gara dikarantina selama seminggu.

"Ke kelas, yuk, Meg. Gue udah kenyang," gue berdiri tanpa memedulikan mahluk di sebelah gue ini.

"Sen."
Dasar gembel, tangan gue dipegang segala, lagi.

"Apaan sih, lo? Akting mulu," gue menyentak lengan gue.

"Kamu masih marah? Kita kan bisa omongin baik-baik, Sen." Alfa berusaha meraih tangan gue namun gue berhasil menghindar.

Mendadak seisi kantin melihat ke arah kami--maksudnya gue dan Alfa. Gue juga mendengar ada beberapa yang berbisik-bisik.

Holy shit. Malu-maluin aja, sumpah.

"Yuk, Meg, ke kelas," gue menarik lengan Mega yang dari tadi cuma bengong ngeliatin gue sama Alfa.

"Nanti gue ceritain di kelas." Gue berbisik pada Mega.

Samar-samar gue mendengar Alfa berseru, "Sen, lusa nonton aku tanding basket, ya!"

Dasar tebal muka.

***

Ini konyol.

Dua hari kemudian gue bener-bener stay di lapang basket sebelum upacara pembukaan latih tanding basket. Sebenernya, sih, gue nemenin Mega yang nonton pacarnya, tapi gue jadi kepo juga.

Seinget gue, selama gue sama Alfa pacaran, si Alfa ga pernah jadi tim inti basket, deh. Kenapa tiba-tiba dia ikutan latih tanding? Aneh.

Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling lapangan. Lapangan seluas ini jadi kelihatan sempit karena penuh sama peserta latih tanding basket dari berbagai SMA se-Jakarta Timur.

"IH! ITU ADI!"

"Yang anak Persada itu, ya?? Mana mana??"

"Anjir, kece banget itu yang pake hand band!"

The Dark SpectrumWhere stories live. Discover now