DILY - 3

4.5K 617 156
                                    

Hai... I am back
Ada yang kangen aku nggak??? 😜

~ DILY ~

Tak terasa usia Ali sudah tiga puluh lima tahun, tapi dia masih betah dengan statusnya sebagai seorang ayah tanpa istri. Setelah menolak cinta Shayna tujuh tahun yang lalu dan berakhir dengan pemecatan dirinya di cafe The Nature, Ali sempat menganggur beberapa bulan sebelum dia jadi juragan ayam di Lembang. Dia merintis peternakan ayam dari nol, dimulai menjualnya ke tetangga sampai ke pasar dan berakhir dengan kerja sama dengan sebuah mal terbesar di Bandung untuk memasok ayam ayam yang sudah di sembelih ke super market dan beberapa cabang dari mal terbesar itu. Kini Ali menjadi lelaki terkaya di kampungnya, Cikeureumbi.

"Assalamu'alaikum." Prilly masuk menyapa ayah dan neneknya yang sedang menikmati senja di belakang rumah mereka.

"Wa'alaikum salam," jawab keduanya. Prilly mencium tangan dan pipi mereka, lalu duduk manja dipangkuan ayahnya.

"Gimana sekolahmu sayang?" tanya Ali sambil mengusap sayang rambut Prilly yang panjang.

"Capek dad, tiap hari selalu ada pelajaran tambahan." Prilly merengut. Dia lelah dengan aktivitas kelas dua belas yang akan menghadapi ujian nasional sebulan lagi. Belum lagi perjalanan Lembang-Bandung yang membutuhkan waktu sejam lebih karena jalanan macet. Walaupun dia diantar sopir, tapi tetap saja tubuh mungilnya lelah dengan itu semua.

"Mandi dulu geulis terus kita makan malam." Bi Ijah menyuruh Prilly untuk mandi. Gadis berambut panjang itu menggeleng.

"Ntar oma, Ily masih capek." Prilly menyandarkan kepalanya di dada Ali, dia memejamkan mata, melepas lelah yang mendera.

"Sebelum Ily nikah, dady jangan nikah, ya?" Selalu kata-kata itu yang Prilly katakan pada Ali. Dia takut jika ayahnya nikah duluan sebelum dirinya, maka ayahnya akan lebih mencintai istrinya dibanding dirinya, dan Prilly tidak bisa bermanja-manja pada ayahnya lagi. Itulah alasan kenapa sampai detik ini Ali belum menikah dan menolak beberapa gadis yang mendekatinya termasuk sang bos, Shayna. Sejak kecil, Prilly sangat takut dan tidak suka jika ayahnya dekat dengan perempuan. Pernah ketika Ali dijemput Shayna untuk makan malam, Prilly pura-pura sakit dan ingin ditemani Ali, lalu saat Ali dekat dengan Ani, anak pak Lurah, Prilly selalu mengganggu mereka ketika mereka ngobrol, dan masih banyak kelakuan konyolnya untuk membatalkan kencan ayahnya.

"Kamu tidak kasian lihat ayahmu sendiri terus?"

"Kata siapa dady sendiri? Ada oma dan aku," Prilly menjawab pertanyaan bi Ijah.

"Tapi ayahmu butuh cinta."

"Aku cinta dady, dan cintaku lebih besar daripada perempuan-perempuan itu."

"Maksud oma, ayahmu butuh kehangatan." Bi Ijah terkekeh.

Dan itu sukses membuat Ali yang sedang menyesap kopinya tersedak. "Uhuk... Uhuk...."

Prilly menepuk nepuk punggung Ali. "Dady gak apa apa?"

Ali mengangguk.

"Kalo dady kedinginan, aku bisa angetin dady." Prilly menatap Ali dengan tatapan takut kehilangan yang begitu besar dan entah kenapa Ali yang ditatap seperti itu jadi sedih apalagi ketika Prilly memeluknya erat sekali.

Deg. Jantung Ali berdetak tak karuan. Ini bukan pertama kalinya dia dipeluk Prilly, tapi hari ini ada sesuatu berbeda yang terjadi dengan dirinya. Apa karena Prilly mengatakan itu dengan mata yang berkaca kaca? Pasti ada masalah yang sedang dihadapi anaknya. Instingnya sebagai ayah yang berbicara. Ada sesuatu yang tidak beres.

"Jangan tinggalin aku dad. Aku nggak mau punya ibu tiri. Mereka itu jahat. Mereka akan ambil dady dari aku." Prilly menangis. Sebenarnya bukan tanpa alasan dia mengatakan itu. Tadi sepulang sekolah mobilnya dihentikan oleh bu Reva, dokter yang baru tiga bulan yang lalu ditugaskan di puskemas kampungnya.

Daddy... I Loveu YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang