[24] Terselesaikan

9.1K 970 14
                                    

[24] Terselesaikan

**

-Author Pov-

Zidny menunduk berusaha tidak menciptakan sama sekali kontak mata dengan pria yang ia cintai itu. Karena sudah pasti itu akan berdampak tidak baik dengan keadaan jantungnya yang akan berpacu lebih cepat.

Sungguh ia merutuki dirinya sendiri yang membiarkan Steffi meninggalkannya. Sehingga hanya menyisakan dirinya dan Aldi di sini.

"Lo ... cinta sama gue Zid?" Tanya Aldi pelan.

Zidny yang mendengar pertanyaan dari Aldi itu pun makin menundukkan kepalanya lebih dalam. Sungguh saat ini dirinya sangat malu.

"Please jawab Zid." Sentak Aldi.

Dengan keberanian, Zidny mendongakkan kepalanya. Menatap mata Aldi yang tertutupi oleh kacamatanya.

"Ya, gue cinta sama lo." Ujar Zidny.

"Bodoh!" Desis Aldi.

"Maksud lo?"

"Ya, lo bodoh. Bodoh karena mencintai seorang pria yang jelas-jelas enggak mencintai lo."Ucap Aldi tajam. "Bodoh karena mau-maunya balik lagi ke Indo cuma buat ketemu gue yang enggak pernah cinta sama lo. Ya ... lo bodoh!"

Zidny terkekeh, walalupun sebenarnya hatinya nyeri mendengar Aldi yang terang-terangan bilang jika dia tidak mencintainya. "Apa lo lupa kalau cinta itu tidak pernah salah? Dan gue yakin dengan kata-kata itu. Mungkin bukan Cintanya yang salah, tapi orang nya yang salah.

"Gue rasa hari ini kebalikan dari 5 bulan yang lalu Al." Lanjutnya.

"Maksud lo?" Aldi menatap Zidny bertanya-tanya.

Zidny tersenyun, "Ya kebalik, 5 bulan yang lalu gue yang nangis- nangis enggak jelas dan sekarang lo. Ya walaupun lo enggak nangis sih."

"Gue engga bisa ngelupain dia Zid, gue udah cinta sama dia dari MOS."

"Bukannya enggak bisa.Tapi lo enggak mau,"Ujar Zidny mengelak.

Aldi mengalihkan pandangannya makin menatap dalam manik mata gadis manis bernama lengkap Zidny Iman Lathifa itu.

"Apa alasan lo mencintai gue?"

"Bukannya cinta itu enggak perlu ada alasan?" Zidny menaikkan sebelah alisnya, sambil menatap Aldi. "Tapi ketulusan."

"Gue mencintai lo dengan tulus. Dan lo juga pernah bilang kalau lo juga punya cinta yang tulus, apa lo enggak bisa ngasih cinta tulus lo itu ke gue?" Ujar Zidny.

Aldi terdiam, masih menatap Zidny berusaha melihat kejujuran di sana. Dan Zidny tidak terbohong. Mata itu seperti menyiratkan kesakitan saat Aldi mengatakan tidak mencintainya.

Aldi memegang kedua bahu Zidny, "Gue emang punya cinta yang tulus. Dan bantu gue buat ngasih cinta tulus gue itu ke lo."

Zidny tersenyum tipis, "Lo serius?"

"Kalau ada kata-kata yang lebih tinggi dari kata serius itu dia." Ucap Aldi terkekeh.

Senyum Zidny mengembang, lalu menabrakan tubuhnya dengan tubuh Aldi. Memeluk pri itu dengan erat, pelukan kedua setelah 5 bulan yang lalu. "Makasih lo udah mau belajar buat mencintai gue." Ucapnya.

Aldi mengangguk, lalu mengusap puncak kepala Zidny, "Sama-sama, gue akan berusaha untuk enggak nyakitin lo."

"Aku yakin kamu enggak akan nyakitin aku Al." Aldi tersentak saat tiba-tiba saja Zidny mengganti kosa katanya.

Namun, akhirnya Aldi bisa menetralkan semua, "Aku janji enggak akan menyakiti kamu."

Dan semua berakhir manis untuk Aldi dan Zidny.

**

(Namakamu) tersentak saat Iqbaal menutup pintu mobil dengan sangat kencang.

Dan sekarang mereka sama-sama terdiam, (namakamu) melirik Iqbaal lewat ekor matanya. Di sana nafas Iqbaal terlihat memburu, dan terlihat sekali pria itu sedang meredam amarahnya.

"Aku minta maaf." Gumam (namakamu).

"Kenapa enggak bilang mau jalan sama Aldi?" Tanya Iqbaal.

(Namakamu) mengalihkan pandangannya dengan Alis yang bertaut, "Kak,  aku enggak jalan aku cuma —"

"Cuma makan malam, dan berujung dengan saling peluk-pelukkan? Chh basi!"

"Kak, kenapa kakak selalu menyimpulkan semua sendiri sih? aku emang makan sama kak Aldi. Tapi aku peluk kak Aldi karena ada alesan —"

"Oh jadi kamu yang peluk duluan?! hebat!"

"Kak Iqbaal apaan sih?! aku peluk kak Aldi karena aku ngerasa bersalah udah nolak kak Aldi!"

Dan Iqbaal terdiam mendengar penuturan dari (namakamu). Jadi ini hanya salah paham?

"(Nam..), aku minta maaf." Ujar Iqbaal.

"Kak Iqbaal terlalu berlebihan." Desis (namakamu).

Iqbaal mengangguk, "Iya, aku emang berlebihan. Tapi aku berlebihan karena aku benar-benar sayang sama kamu (nam..)"

"Aku tau kak! Tapi kakak seharusnya enggak salah paham kayak gini!"

"Maafin aku." Lirih Iqbaal, lalu menarik (namakamu) untuk masuk ke dalam pelukannya.

(Namakamu) menggaggukkan kepalanya, "Aku cuma sayang sama kak Iqbaal, cuma Kakak, enggak ada yang lainnya." Ujarnya.

"Iya (nam..), aku minta maaf."

Dan setelah perkataan Iqbaal semua hening. Tidak ada yang membuka suaranya. Hanya ada suara isak tangis (namakamu) yang teredam di dalam pelukan Iqbaal.

Dan hingga tak lama, isak tangis (namakamu) mulai tak terdengar. Iqbaal pun melepaskan pelukannya, dan melihat (namakamu) yang ternyata sudah tertidur.

Iqbaal tersenyum, lalu meletakkan (namakamu) kembali ke kursi mobil. Menatap wajah lelah (namakamu), ia pun mencium kening (namakamu) lamat-lamat.

"Maafkan aku, aku terlalu mencintaimu (namakamu)" Ujar Iqbaal saat sudah melepaskan ciumannya.

Iqbaal menegakkan kembali tubuhnya, menyalakan mesin mobilnya. Dan mulai meninggalkan area Cafe.

Bersambung...

**
Y

audahlah ya, enggak usah lama-lama berantemnya hehe.

[1]Menunggumu❌IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang