25. [Special Chapter] : Bouquet of Withered Flowers

5.5K 381 13
                                    


Bouquet of withered flowers - Rejected


*


Bel berbunyi, menandakan jam sekolah telah usai. Di kelas XI IIS-3, semua anak langsung keluar kelas dengan membawa tasnya. Wajah mereka gembira layaknya narapidana yang akhirnya dibebaskan dari penjara. Di kelas itu hanya tinggal beberapa anak saja. Termasuk Ray.

Ray masih duduk di bangkunya, mengerjakan tugas matematika. Bukannya rajin atau apa, tapi dia harus menyelesaikan hari ini karena dia mempunyai banyak tugas yang harus diselesaikan malam ini. Dan juga sebentar lagi dia harus mengikuti kelas khusus Ekonomi.

Ponsel Ray bergetar di saku seragamnya. Ray langsung mengeluarkan ponsel dan menjawab panggilan setelah melihat nama siapa yang muncul di layar. "Halo. Bunga? Sori. Sori. Lagi sibuk. Gak bisa nganter pulang. Pulang sendiri gak apa-apa, 'kan?"

Zia yang duduk di samping Ray mendengarkan Ray berbicara di telepon. Dia menyimpulkan kalau Ray tidak bisa mengantar Bunga pulang karena harus lebih lama lagi di sekolah. Dan ini kesempatannya untuk berbicara dengan Ray. Selagi Bunga tak di sini.

"Besok aku jemput. Mau nggak? Iya.... Maaf.... Lupa ngasih tau. Nanti dibeliin cokelat yang kayak kemarin.... Dua aja.... Lima kebanyakan, nanti kamu gendut.... Bukan ngejek.... Ya udah, empat gimana? Oke. Maaf, ya. Bye." Ray memasukkan ponsel ke saku seragamnya dan kembali berkutat di buku pelajaran.

Zia mengeluarkan ponsel dan mengetik pesan.

Ray di kelas sama gue. Lo samperin Bunga.

Ya, Zia mengabari Harri agar lelaki itu beraksi. Zia melirik Ray dan berdeham. "Lo gak pulang, Ray?"

"Gue harus ngerjain ini di sekolah," jawab Ray tanpa menoleh.

Zia manggut-manggut. "Ngerjain tugas apaan?"

"Tugas sosiologi," jawab Ray acuh tak acuh.

"Mau gue bantuin?"

Ray kini menoleh dan menatap Zia. "Bantuin? Tumben. Lo kesambet setan apa?"

"Yeee. Gue tawarin, malah ngeledek. Tumben-tumben nih gue lagi baik mau nolongin lo. Apalagi nolongin ngerjain tugas. Tumben, 'kan? Mau nggak? Sebelum gue berubah pikiran nih."

"Iya. Iya. Nih. Lo nulis yang pilihan gandanya. Gue mau ngerjain PR bahasa Jerman," kata Ray sembari menyerahkan buku dan kertas pada Zia. Dia mengambil buku lagi di laci meja.

Zia mengambil buku dan kertas yang diberikan lelaki itu. "Tulisan kita beda. Gimana?"

"Hm? Lo jelekin aja tulisan lo. Agak miripin sama tulisan gue. Lo tau kan tulisan gue kayak gimana?"

"Tau kok," sahut Zia pelan. Dia mulai mengerjakan tugas Ray. "Lo sih. Ini tugasnya kan udah dari minggu lalu. Kenapa baru dikerjain sekarang?"

"Namanya lupa," jawab Ray mengedikkan bahu. "Lo kayak baru kenal gue kemaren aja."

Zia terkekeh mendengar itu. "Gue kan udah kenal sama lo lama kali."

"Nah, itu tau."

Mereka berdua pun diam. Saling sibuk mengerjakan tugas. Tapi Zia berpikir keras untuk mencari topik pembicaraaan yang cocok dibahas sekarang.

"Lo gimana sama Bunga?" Tiba-tiba Zia bertanya.

"Gimana apanya?" tanya Ray heran.

"Ya gimana? Masih berantem? Masih kejar-kejaran?"

Blossom EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang