Feeling

2.5K 118 4
                                    

"Ada apa dengan Clara?" Ucap Grace saat Steve masuk kedalam markas.

"Perangsang itu membuatnya seperti ini." Steve langsung menurunkan Clara di kamar dan menutup pintunya.

Alexia dan Grace memasuki kamar untuk menenangkan Clara.

"Dude.. Apa kau memberikannya pelepasan?" Ujar Alex dan dibalas tatapan dingin oleh Steve.

"Tidak. Aku tak ingin melakukan hal itu padanya."

Beberapa menit kemudian, Grace keluar kamar dan menghampiri the boys. "Steve, sepertinya Clara diberikan perangsang itu dengan dosis tinggi."

Steve menggeram. "Bagaimana caranya agar Ia bisa pulih?"

"Kau harus memberinya pelepasan." Ucap Grace ragu.

"Apa tidak ada cara Lain?"

Grace menggeleng. "Jika tidak, Ia akan terus menyakiti dirinya sendiri. Seperti tadi, Ia menyakari seluruh kulitnya."

Steve langsung berjalan menuju kamar tempat Clara berada. Dan Alexia pun keluar.

"Apa yang akan terjadi?" Alex menempelkan telinganya di pintu Kamar.

Alexia menarik Alex untuk menjauhi kamar.

×××

"Clara." Ucap Steve saat memasuki kamar.

Clara yang tadinya sedang mencakari kukunya, kini mendekati Steve. "Steve ku mohon tolong aku. Berikan apa yang ku mau." Desahan Clara membuat Steve merinding.

"Clara dengar aku. Aku tak ingin melakukan ini padamu. Aku tak ingin kau benci padaku."

Clara menciumi leher Steve. "Aku tak akan membencimu. Kumohon Lakukan lah untuk ku."

Steve pasrah dan membalas semua perlakuan Clara padanya. Namun Steve menahan gairahnya agar tidak berlanjut.

"Clara kumohon jangan lakukan hal gila ini."

Clara berteriak dan mencakar seluruh kulitnya. Steve yang tak tega langsung menenangkannya.

"Clara please. Jangan menyakiti dirimu sendiri."

"Aku tak akan menyakiti diriku jika kau mau menyentuhku. Oh ayolah Steve."Clara duduk di pangkuan Steve.

Clara mencium ganas bibir Steve dan terpaksa Steve membalasnya. Dan mereka hanya melakukan foreplay. Karena Steve berusaha menahan gejolaknya.

×××

Kegaduhan membuat Clara mengerjapkan matanya berkali kali. Ia memandangi sekitarnya. Ia tak ingat apapun tentang semalam. Yang ia rasa hanyalah pening di kepalanya.

Clara terkejut saat melihat tubuhnya yang kini sudah berganti pakaian.

Siapa yang mengganti pakaianku? Bukankah terakhir kali aku memakai baju murahan itu?

Clara mencoba mengingat namun tetap tidak bisa. Hingga suara teriakan Grace terdengar.

Clara langsung cepat cepat keluar kamar. Dan betapa terkejutnya Clara saat melihat Steve yang sedang dipukuli oleh Jack.

Tanpa pikir panjang, Clara langsung menghampiri Steve yang sudah babak belur.

"Jack hentikan!! Apa yang kau lakukan!" Clara menengahi mereka.

"Minggir Clara! Ia yang membuatmu seperti ini!" Jack mencoba meraih Steve, namun Clara sudah memeluk Steve.

"Semua salahku bukan salahnya! Aku yang memberikan ide gila itu, bukan Steve. Bahkan Steve sudah melarangku tapi aku tetap saja nekat." ucapan Clara membuat Jack terdiam menatap Clara yang kini menangis.

"Clara kumohon jangan menangis." Jack merasa bersalah.
Clara tak menggubris perkataan Jack. Clara langsung membantu Steve berdiri.

"Kau tak apa?" tanya Clara saat mereka sudah di kamar markas.

Steve hanya tersenyum sambil sesekali meringis akibat kompresan Clara yang terlalu menekan lukanya.

"Maafkan kakakku ya." Clara menunduk.

Steve menaikkan dagu Clara hingga mereka saling bertatapan. "Tak apa. Aku pantas mendapatkannya, karena aku tak bisa menjagamu."

Clara memeluk Steve. "Steve.."

"Ya?"

"Apa yang terjadi padaku semalam?"

Steve terdiam. Hal itu membuat Clara melepaskan dekapannya.

"Steve?"

"Aku minta maaf.."

"Ma--maksudmu?"

"Semalam kau, diberikan minum yang sudah di tambahkan obat perangsang dengan dosis tinggi. Dan kita--"

"Apa yang kau lakukan padaku Steve?!" airmata Clara mulai membasahi pelupuk matanya.

"Kita hanya melakukan foreplay dan aku sudah berusaha untuk tak lebih dari itu."

"Benarkah?" Clara menatap manik mata Steve. Mencari kebenaran disana.

"Maafkan aku. Aku hanya tak ingin kau melukai dirimu sendiri dengan mencakari kulitmu."

Clara melihat tangannya yang kini dipenuhi cakaran cakaran. Dan ia baru sadar akan hal itu.

Clara memeluk Steve dan menangis disana. "Terima kasih."
Steve terdiam dan mengusap perlahan rambut Clara. "Aku minta maaf. "

"Aku tak marah padamu Steve." ucap Clara sambil sesegukan.

"Sudahlah jangan menangis. Tenang saja. Mahkota mu masih aman" ujar Steve sambil melepaskan dekapan mereka.

"Sekali lagi terima kasih.."

"Tak ada yang perlu dikasihi Clara."

"Kau hebat. Bisa menahan nafsumu. Mungkin kalau pria lain sudah--"

Steve langsung membungkam Clara dengan bibirnya. Namun tak ada pergerakan. Dan Steve pun langsung menjauhkan bibirnya. "Maaf, aku hanya tak ingin kau berpikiran buruk tentang itu."

Clara membuang wajahnya untuk menyembunyikan pipinya yang kini sudah memerah. "Aku marah padamu Steve."

"Kenapa?" Steve mulai merasa bersalah.

"Karena kau menyakiti dirimu sendiri."

Steve terdiam. "Maksudmu?"

Clara memandang Steve. Lalu jari telunjuknya menyentuh luka di sudut bibir Steve. "Kau belum sembuh Steve. Bagaimana jika bibirmu makin sobek? Aku tak mau tanggung jawab."

Steve tertawa lalu mengacak acak rambut Clara. "Jika bibirku tak apa, apa kau mau--"

"Sudah ah aku ingin bertemu Grace. Istirahat. Dan jangan hiraukan Jack. Oke?" potong Clara cepat lalu bangkit dan keluar kamar Steve.

Steve memandangi punggung Clara yang mulai menjauh sambil tersenyum.

Kesabaran dan kebaikan mu lah yang membuatku jatuh makin dalam pada perasaan ini.

--

Thank you yang sudah Vomments^^

Xoxo^^

Love Starts With A MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang