LATEN

19 4 2
                                    

9 Februari 2016

"Panas nya" gumam ku yang beriringan dengan tangan yang mengibas naik turun di area leher, beberapa pasang mata dari penumpang melirik ku, melihat itu spontan aku menghentikan aktifitas ku.

Aku sudah merasa jengah sekarang, aku ingin turun tapi itu terlalu beresiko karena ini kereta terakhir, dan jika aku turun di stasiun terdekat aku tidak mau jalan kaki sampai ke rumah karna jarak nya terlampau jauh hanya untuk menghirup udara dengan bebas, lebih baik aku bersabar, tapi kesabaran ada batas nya, jika aku menyuruh orang-orang ini untuk menyingkir dari sekeliling ku itu berarti aku ingin mati, aku tidak mau mati sia-sia karna omelan orang-orang karna perbuatan yang tidak tahu malu.

Aku mengambil karet rambut yang berada di pergelangan tangan kananku lalu mengikat rambutku secara asal, terlihat pergerakan ku tadi sedikit mencolok karna hampir semua orang di gerbong ini termenung dengan pikiran masing-masing tanpa bergerak, untung saja dari pertama masuk kereta sampai sekarang aku tidak berdiri alias sekarang aku duduk dan bersandar di dinding kereta komuter ini, memberi sedikit refreksi di punggung membuat kenyamanan tersendiri, memang ini terasa tidak etis bersenang- senang diatas penderitaan orang lain yang sedang susah payah menghadapi keadaan sekitar, yang begitu panas, seperti terhempas kegurun sahara ditambah matahari bersinar dipuncak kepala peluh yang bisa membuat tubuh mandi keringat.

Pengumuman pemberhentian kereta di stasiun yang aku tuju sudah bersuara, menegakkan punggungku sebentar lalu berniat berdiri, tapi rasa nya bergerak saja sulit lalu bagaimana cara ku agar dapat berjalan mendekati ke pintu kereta.

"permisi.." ucap ku sesopan mungkin, beberapa kepala berbalik menatap ku lalu dengan langkah yang berjalan lambat dan penuh pengorbanan sedikit demi sedikit aku mulai sampai pintu kereta tapi langkah ku terhenti saat aku merasa ada yang janggal di bagian kaki ku- o'o tidak aku menginjak kaki seseorang, perlahan-lahan aku mendongakkan kepala ku mencari tahu siapa kah korban atas perilaku cerobohku ini, dan ternyata seorang pria jangkung yang memakai masker berwarna hijau yang sering ku jumpai, dia mendelik ke arah ku lalu menunduk menatap kakinya yang menurutku sudah tidak berbentuk karena ku injak dengan sepatu high hells 5 cm, secepat kilat aku menarik kaki kanan ku dari daerah teritorial nya itu.

"maaf" ucap ku secepat resonasi suara yang masuk kesebuah ruangan. Dari jangkauan dua langkah pintu kereta mulai terbuka memperlihatkan pemandangan peron yang terdapat sedikit orang, berjalan melengos melewati pria itu dan menuju peron, perasaan ku sudah malu sekarang, menarik udara secara sembarangan membiarkan beberapa oksigen masuk keparu- paru.

**

Matahari mulai merangkak keufuk barat memunculkan seburat warna orange dalam kanvas abu-abu ciptaan yang maha kuasa.

Pukul 17:50

Aku berjalan keluar stasiun dengan kaki yang terasa kaku kelamaan duduk, ku ganti sapatu high hells ku dengan sepatu kets bewarna putih, bekerja sebagai pegawai bank menjadikan ku harus menahan rasa sakit yang di akibat kan si sepatu penunjang penampilan. Duduk disalah satu kursi tunggu di stasiun dan memfokus kan pandangan pada sepatu kets yang kutali sekarang.

Perlu 10 menit untuk sampai di rumah dengan berjalan kaki.

Berjalan seraya mendengarkan lagu yang dilantunkan bruno mars berjudul coun't on me di earphone yang secara otomatis mengingatkan ku kejadian memalukan itu.

10 Februari 2016

Aku menaiki kereta terakhir seperti biasanya, mendudukan pantat ku disalah satu kursi dalam kereta, melakukan aktifitas yang biasanya aku lakukan saat kereta dalam keadaan lenggang yaitu membaca novel karangan 'DAN BROWN' berjudul the davinchi code yang selalu membuatku berimajinasi tentang negara Prancis yang dituturkan dalam buku itu spot di Prancis yang mengandung banyak misteri.

LATENWhere stories live. Discover now