17

7.6K 648 15
                                    

Di ruang santai rumah Adiva sudah ada Maura, Alrick, Kia, Nath dan Nata. Sebuah laptop sudah berada di pangkuan Maura. Layar laptop menampilkan gambar-gambar pemandangan alam di Indonesia.

"Enak pantai atau gunung?" tanya Kia.

Yang lain masih berfikir, Adiva angkat bicara. "Kalau mau yang santai, ya pantai."

"Pantai yang enak dimana ya? Yogja? Jepara? Lombok? Bali? Anyer?" tanya Nata seraya menatap ponsel di tangannya.

"Bali boleh juga tuh," sahut Alrick. "Disana kan banyak pantai, pasti asik."

"Oke, bali ya?" Maura memastikan tempat liburan mereka. Yang lain hanya mengangguk. "Enam orang ke bali, berangkatnya kapan? Tiga hari lagi ya?"

"Iya tiga hari lagi." sambung Nath. "Yaudah, siap aja ya. Urusan kita di hotel mana, naik apa, urusan gue. Lo tinggal enak aja."

"Sip."

Maura menatap Adiva. "Oh, iya Div. Aunty Amel seminggu tinggal di Apartment 'kan bareng Kak Ale? Malem ini gue nginep ya, sampe kita berangkat ke Bali."

"Gue juga ya, Div." timpal Nata. "Biar rumah lo rame, gak enak kali berdua doang." Adiva mengangguk senang pada Nata.

Pekerjaan menumpuk di kantor Mamanya membuat Aunty Amel tidak pulang dan membeli apartment yang tak jauh dari kantor dan kebetulan dekat dengan kampus Ale. Jadi, Adiva harus tinggal sendiri di rumahnya.

•••••

Adiva merebahkan diri di atas ranjang hotel. "Akhirnya sampe juga."

Waktu menunjukkan pukul 12 siang, mereka sudah berada di Bali, mereka menaiki penerbangan pukul 9 pagi dari Jakarta dan sampai di bali pukul setengah 12 siang.

"Makan dulu yuk, abis ini tidur jam setengah 5 sore kita ke kuta, liat sunset." ucap Nata seraya membuka pintu kamar hotel.

Mereka turun ke restoran yang berada di dalam hotel, wangi makanan sudah tercium di hidungnya. Perutnya sudah berteriak meminta makan, untuk urusan makanan biar saja Kia yang memesannya. Tak lama setelah memesan sepiring gurame bakar, cumi goreng tepung, ayam saus asam manis, kepiting saus padang, udang jumbo bakar, cah kangkung dan genjer oseng dengan minumannya es teh manis sudah berada di atas meja makan. Semua yang di pesan kia seafood mungkin saja untuk menambah kesan bahwa mereka sedang makan di pulau dewata.

Setelah selesai makan, mereka menuju kamarnya masing-masing untuk tidur siang dan berangkat ke pantai kuta sore nanti.

•••••

Adiva sudah siap dengan kaos oblong dan celana selutut, juga dengan kacamata hitam dan topi pantainya. Sandal jepit juga sudah nyaman di telapak kakinya, mereka sudah siap menuju pantai kuta.

Hal pertama yang anak muda lakukan saat liburan; berfoto. Sebuah polaroid sudah berada di tangan Alrick siap untuk memotret.

"Say cheese...." Alrick memotret dan hasilnya sudah keluar dan dikibaskan.

"Gue mau ke sana ya sama Nath, beli es kelapa." ucap Nata lalu menarik kembarannya pergi ke tempat yang dituju.

"Div, foto bareng yuk." ajak Alrick lalu cowok itu menatap kanan dan kirinya. "Tapi minta fotoin orang."

"Selfie dulu aja," usul Adiva. Alrick segera mengarahkan kamera pada wajah mereka berdua yang sedang menyengir dengan latar belakang pantai kuta.

"Sunsetnya udah kelihatan." ucap Alrick menatap ke arah laut. Alrick mendekati seorang pria. "Boleh minta tolong fotoin saya?"

Dengan senang hati pria itu tersenyum dan mengangguk. Alrick segera ke posisinya tepat saat matahari akan terbenam. Tangan kanan Alrick merangkul pundak Adiva dan tangan kanannya diangkat ke atas dengan dua jari membentuk huruf V. Adiva juga melakukan hal yang sama. "Satu ... Dua ... Tiga." Pria itu sudah memegang hasil protretnya. "Foto sekali lagi ya, kalian cocok. Kebetulan saya ini fotografer."

Mata Alrick berbinar. "Makasih Pak."

"Kalian menghadap ke arah laut ya, tangannya saling menggandeng dan satu lagi saling menatap ya." mereka melakukan apa yang diintruksikan pria itu. "Satu ... Dua ... Tiga."

"Wah, makasih banyak ya, Pak." ujar Adiva.

"Iya, sama-sama. Oh, ya kapan-kapan boleh saya meminta tolong kalian untuk menjadi model saya? Oh, ya, nama saya Dion."

"Wah boleh Pak, kapan ya Pak? Tapi, saya tinggal di Jakarta Pak." jelas Alrick.

Pak Dion terlonjak senang. "Lho, kebetulan saya juga tinggal di Jakarta." Pria itu mengambil sebuah kertas dari kantongnya. "Ini kartu nama saya."

"Wah, ini mah takdir Pak bukan kebetulan. Kayaknya alamatnya deket sekolah saya."

"Memangnya kalian sekolah dimana?" tanya pak Dion.

"Angkasa Raya."

"Loh itu sekolah Anak saya, namanya Ardiya, kenal?"

Mereka mengangguk. "Kenal, Pak. Tapi ini makasih banyak ya Pak."

"Ya, sama-sama." sahut Pak Dion lalu pergi. Seperti yang dikatakan pria itu, dia memang seorang fotografer, buktinya hasil foto yang di potretnya sangat bagus.

Alrick menyimpan hasil potret itu. "Ngomong-ngomong Pak Dion itu pinter ya, satu foto dia potret 2 kali. Satu buat lo, satu buat gue."

Adiva hanya terkekeh lalu ia mengambil handycam dari dalam tasnya. "Kita bikin video."

Kamera handycam itu menyala. Pertama Alrick yang menyapa. "Hai! Gue Alrick."

"Gue Adiva! Kita lagi liburan di Bali nih, sebenernya kita ber-enam cuma empat orang itu hilang. Bilangnya mau beli es kelapa taunya malah hilang."

"Kalian liat deh, sekarang kita lagi liat sunset. Lucu ya, kayak pasangan beneran." Saat itu juga pipi Adiva merona dengan perkataan Alrick, Adiva mengarahkan kamera pada wajah Alrick, dan cowok itu menarik tangannya. Rasa dingin sudah menjalar pada kakinya dengan matahari yang akan terbenam.

"Div."

"Hm?"

"I love you."

•••••

[A/N] azikkkkk!! Alrick udah nyatain perasaannya sama Adiva yeay! VOMMENTS DONG :)))))))

A.A.R [Completed]Where stories live. Discover now