4] Masih butuh Kai

9 1 0
                                    

Udara siang hari ini sangatlah cerah, tidak panas dan tidaklah mendung. Langit biru cerah dan angin sepoi-sepoi membuat suasana di Taman Fakultas menjadi begitu Asri. Bahkan Bangku putih panjang yang berada tepat di bawah pohon rindang sudah menjadi tempat tongkrongan Kai sejak sejam yang lalu. Kai yang sedang sibuk dengan tugas-tugas di laptopnya nampak bersemangat menikmati cuaca cerah siang ini. Kring kring

Kai yang awalnya menaruh semua perhatiannya pada tugas-tugas yang sedang Ia kerjakan di Laptopnya mau tak mau merogoh kantong celananya untuk mengambil Handphonenya yang berbunyi.

Kamu dimana kai? Bisa kita ketemu?

Nay

Ternyata itu pesan dari Nay, ada perasaan gembira di hati Kai saat mendapati bahwa Nay menanyai keberadaannya yang membuat senyum tipis terbit di bibirnya dan Gemuruh rasa rindu yang mulai mengunung-gunung itu memberontak di hati Kai. Kai yang hendak mengetik kalimat balasan pada Nay seketika mengurung niatnya. Bukan maksud bersikap cuek bahkan Kai sangat ingin bertemu Nay saat ini hanya saja Kai sedang tidak ingin jika pertemuannya dengan Nay hanya untuk membicarakan tentang Gamma. Kai sudah terlalu lelah untuk sebagai pendengar setia setiap cerita Nay tentang Gemma dan Ia juga telah terlalu lelah untuk Cemburu.

Deg.. Kai yang baru saja mendongakkan kepalanya dari Handphone di tangannya tiba-tiba berjengkit kaget saat matanya menangkap sosok yang selalu ada dalam pikirannya kini berdiri kira-kira 20 meter tepat di hadapannya dengan wajah datar.

Mungkin sangking kangennya aku sama kamu aku berhalusinasi kamu ada di hadapanku saat ini Nay.

"Kai.." Suara Nay yang terdengar bergetar itu dapat terdengar jelas di telinga Kai. Nay nyata Batinnya. Kai segera meletakkan Laptop yang berada di pangkuannya ke posisi bangku yang masih kosong di samping. Rasa rindu dalam benak Kai memberontak hingga membuat Kai spontan melangkah menuju posisi Nay berada. Nuraninya saat ini memberontaknya untuk berlari dan segera merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukannya namun akal sehatnya menginterupsinya untuk melangkah tenang namun dengan jemari Kai yang terkepal kuat-kuat mencoba untuk menahan semua luapan emosi yang bergejolak di hatinya.

"Kamu kemana aja kai? Aku kangen tau" suara Nay dan senyuman lembutnya membuat Kai sedikit kesulitan untuk menahan gejolak perasaan rindunya yang sangat ingin sekali memeluk erat tubuh Nai. Kai yang kini mulai dekat pada posisi Nay berada ikut menyunggingkan senyuman kepada gadis itu.

"Aku butuh kamu, aku mau cerita..." ucapan Nay itu memberikan rasa gembira di benak Kai. Setidaknya saat ini Nay juga merindukannya dan masih membutuhkannya sebagai tempat luapan ceritanya.

"Tentang Gamma" dua kata yang keluar dari bibir Nay itu mampu membuat langkah Kai spontan berhenti. Nay yang tanpa sadarnya menumbuhkan sedikit demi sedikit harapan dalam benak Kai dengan mudahnya pula meruntuhkan harapan itu hanya dengan 2 buah kata.

Kai menatap lekat kedua bola mata Nay, Ia tahu bahwa dibalik kedua bola mata itu ada sebuah kegundahan. Nay sedang ada beban pikiran. Untuk sekian detik mereka tetap di posisi yang sama, saling bertatap seolah menyalurkan kegundahan dari yang satu ke yang lainnya. Hingga akhirnya Nay yang duluan melangkahkan kakinya menuju Kai dan berhenti saat jarak antara mereka hanya beberapa jengkal.

"Cuma kamu yang ngerti aku Kai. Jangan pernah tinggalin aku" suara lembut itu sangat terdengar jelas di telinga Kai sebelum akhirnya tubuh Nay yang telah memeluk erat Kai.

"Aku gak akan pernah ninggalin kamu Nay" ujar Kai menghirup dalam aroma tubuh Nay yang sudah sangat Ia rindukan sembari membalas pelukannya dan menepuk-nepuk lembut pundak Nay yang bergetar.
----

"Nay, masih belum mau cerita?" Kai membuka suara saat sudah lebih sepuluh menit berselang mereka masih sama-sama terdiam duduk di kursi yang tadi Kai tempati dengan Nay yang tampak nyaman menyandarkan kepalanya pada bahu Kai. Nay menganggapi Kai dengan menghembuskan nafas berat untuk membuka suara lantas menegakkan badannya untuk menaruh focus sepenuhnya pada Gamma.

"Tadi pagi aku serapan bareng Gamma di kantin dan pas Gamma pergi pesen makanan tiba-tiba hpnya yang di taruh diatas meja bunyi. Awalnya sih aku gak niat buat ngecek hpnya, tapi bener-bener mengganggu banget yang mau tak mau bikin aku angkat teleponenya tanpa lihat nama kontaknya dulu" Ujar Nay panjang lebar sambil menekuk bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lha terus letak masalahnya yang bikin kamu galau ini apa coba?" Tanya Kai tersenyum tipis sambil mengacak rambut Nay pelan.

"Yang nelpon weny" raut wajah Nay seketika menjadi murung. Kai yang menyadari hal itu hanya menghela nafas pelan lantas menggenggam tangan Nay erat.

"Emang weny ada bilang apa?" Tanya Kai lembut.

"Dia tanya Gamma lagi dimana, tapi aku buru-buru matiin telponnya karena Gamma keburu dateng. Tapi ya Kai aku yakin banget itu suara weny meski aku gak lihat nama kontaknya." Ujar Nay dengan nafas memburu.

"Kamu bisa aja salah Nay. Siapa tahu tadi itu temennya Gamma yang suaranya mirip sama weny" Kai mencoba untuk menghibur Nay.

"Aku takut Kai. Aku takut weny kembali dan dia ngerebut Gamma dari aku. Aku gak mau kehilangan Gamma lagi" kata Nay dengan suara bergetar dan menundukkan kepalanya lemah.

"Itu Cuma ketakutan kamu aja Nay. Dalam sebuah hubungan harus ada keyakinan dan mempercayai pasangannya. Kamu harus yakin kalau Gamma hanya buat kamu" kata-kata itu meluncur begitu saja dari Kai namun berdampak buruk bagi dirinya. Kai merasa sebagai sahabat terjahat bagi Nay, karena di satu sisi dia menginginkan Nay bahagia bersama seorang yang dicintainya namun disisi lain ia tak rela jika Nay harus bahagia bersama lelaki lain, mengapa tidak dengannya saja? Bahkan terkadang hanya untuk sekedar menghibur Nay begini sangat terasa sulit baginya.
Nay kembali menghela nafas berat lantas mengangkat kepalanya yang menunduk untuk menatap Kai. Dan sekian detik kemudian senyuman tegar Nay telah tercetak dari sudut bibirnya.

"Kamu bener, Kai. Aku harus yakin kalau aku pasti bisa bikin Gamma juga cinta sama aku. Gamma akan sepenuhnya milik aku" ujar Nay dengan semangat yang memburu dan mata yang berbinar lucu. Hal itu membuat perlahan tangan Kai mengacak lembut puncak kepala Nay dan senyum yang ikut mengembang di sudut bibirnya. Ada kelegaan di hatinya, paling tidak dia tetap menjadi penyemangat Nay dan mengembalikan senyuman Nay meski disisi lain hatinya terasa sakit.

****

Yang di mulmed ada Kaiardi Iskand \^^/

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 07, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dunia GammaWhere stories live. Discover now