CHAPTER 3

33.1K 595 15
                                    

Azka POV

"Gue terima perjodohan ini." Ucapku sambil menatap lekat kearah matanya

Ya, aku putuskan untuk menerima perjodohan ini.

Gadis manis didepanku langsung mendelikan matanya.

"Maksud lo apa?" Tanyanya disertai wajahnya memerah menahan marah.

Aku tertawa dalam hati. Mukanya sangat lucu dan menggemaskan. Ditambah bibir berwarna merah mudanya yang sedang menerucut itu. Ingin sekali aku menciumnya.

Eh? Sebut aku pedofil. Tapi aku pria normal.

Aku tau bibir itu pasti belum disentuh oleh pria manapun.

"Yaa, gue nerima kalo kita dijodohin. Masa lo gak ngerti juga sih?" Jawabku kesal.

Gadis ini lemot apa gimana sih? Dari tadi dia tanya pertanyaan yang pasti dia udah tau jawabannya

"What? Sekarang gue tanya ya, umur lo berapa? Gue lihat dari penampilan lo kayanya umur lo udah gak belasan tahun lagi." Ujarnya sambil meneliti penampilanku dari atas sampai bawah.

"Emang iya. Gue udah 23 tahun. Kenapa lo liat gue kaya gitu? Gue tampan ya? Emang." Ucapku menggodanya.

"Idihhh hellooooo! Kegeeran banget sih Om? Masih banyak kali yang lebih tampan dari lo. Dan apa yang lo mau harapin dari gue yang masih 17 tahun ini? Gue juga masih sekolah dan itu gak mungkin gue bisa jadi seorang istri!" Cerocosnya.

Hahahahah kenapa gadis ini lucu sekali. Perasaan tadi ia sangat pendiam saat makan malam. Kulihat hanya sesekali ia berbincang dengan adiknya serta Andri dan Ajeng. Tapi kenapa sekarang nyerocos terus?

Dan apa? Aku dipanggil Om? Enak saja. Memangnya perutku sudah buncit dan kepalaku botak?

"Yang gue harapin?" Kupandangi Amanda dari ujung kaki sampai kepala. Pandanganku berhenti didaerah payudaranya.

Seketika, ide jahilku muncul untuk menggodanya.

"Umm, gue suka dada lo. Lumayang berisi untuk ukuran anak remaja seperti lo. Mungkin itu sedikit harapannya. Dan jangan panggil gue Om karna gue gak setua itu." Jawabku asal disertai senyum jahil.

Langsung kutatap wajahnya. Pffffftt dia memelototiku sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Dasar Om-om gila!" Makinya kesal sambil berlalu meninggalkanku untuk kembali kemeja.

Aku hanya tertawa lebar sambil mengikutinya kemeja makan.

"Ibuuuuuuu" kudengar ia berteriak saat kembali duduk.

"Ada apa sih? Kok teriak-teriak seperti itu?" Tanya Tante Nesa.

"Pokoknya Manda gak mau" pintanya sambil menatap kearah semua yang berada dimeja.

"Apa sebaiknya kamu gak pikirin dulu cantik?" Ucap Mama.

Kulirik ia masih diam, mungkin bingung ingin menjawab apa. Karena semua orang yang dimeja menatapnya penuh harap.

"Iya. Kamu pikirin dulu saja. Kan masih bisa saling kenalan dulu. Masih banyak waktu kok untuk kalian saling mengenal." Ujar Papa panjang lebar.

Kulihat Amanda hanya membalasnya dengan senyuman.

Aku tau itu senyuman terpaksa. Tapi,
sangat manis.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah acara makan malam itu aku memutuskan untuk pulang ke apartementku. Padahal Mama ingin aku menginap dirumah.

Setelah sampai, aku langsung membasuh tubuhku. Kunyalakan shower dan mulai mandi.

Pikiranku melayang ke kejadian tadi ditaman. Kenapa wajah gadis itu ada dipikiranku?
Oh shitt! Hanya membayangkan wajahnya saja kenapa membuat juniorku bangun sih?

That Sexy CEO Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang