Part 14 - Hanya Berdua

31.8K 3K 153
                                    

Pemberitahuan!!!

Cerita ini akan diterbitkan, jadi gak akan dilanjutkan lagi....!!!

Doeeeeennggg... syok pasti ya bacanya.. hahahaha..

Gak ding becandaaa... cerita masih bau kencur kok mau diterbitin.. hahahaha... malu sama Cristian Grey.. #eh?

Aku terharu karena makin ke sini makin banyak yang menanti Kyran-Naina.. hehehe.. makasih ya.. berhubung mood nulisnya udah ada aku lanjutin nih. Berkat lagu yg ada di multimedia..

Oh yaa.. suka gak sama cover barunyaa?? Hehehehe

Happy reading..

YANG PLAGIAT/MALING SEPENGGAL CERITA DOANG, MUKANYA DITUMBUHIN BISUL GEDE". (Maaf kalo kata"nya gak enak dibaca, tapi dikasih UU hak cipta gak mempan jadi sumpah bertindak)

++++

Hembusan angin dingin menerpa wajah cantik Naina. Wajah lelah itu sama sekali tidak membuat kecantikannya memudar. Air mata masih terus mengalir di pipinya kala tubuhnya dengan kuat memeluk Zonya. Wanita yang telah melahirkan dan membesarkan suaminya meninggal di pertengahan malam. Malam yang begitu gelap dan dingin hingga ia dan Tala pun tidak menyadari bahwa wanita itu sedang meregang nyawa. Tubuhnya yang tua tidak bisa bertahan dari kerasnya padang pasir itu. Entah,, udah berapa kali Naina terus meminta Zonya untuk mengatakan padanya seandainya ia merasa lelah, tapi Zonya tetaplah Zonya. Wanita itu tidak pernah ingin merepotkan dengan memghambat perjalanan mereka.

Setelah keluar dari gua itu, Tala melajukan kuda mereka menuju tempat persembunyian kedua. Sayangnya, tujuan mereka telah tercium oleh musuh. Di pertengahan jalan, Tala membelokkan kuda setelah merasakan adanya bahaya yang menunggu mereka di sana. Akhirnya, mereka harus berjalan tanpa henti agar jauh dari jangkauan para musuh. Selama tiga hari mereka tidur di bawah langit berbintang dan di atas kerasnya batu. Naina sudah mulai merasa lelah, perutnya juga sudah mulai sakit, tapi janji akan bertemu lagi dengan Kyran menjadi kekuatannya saat itu. Ia bertahan melawan semua rasa sakit dan lelah di tubuhnya. Berbeda dengan Zonya yang sudah terlihat mulai kelelahan hingga akhirnya ia menyerah dan tidak sanggup lagi meneruskan perjalanan ini.

"Putri," panggilan Tala membuat Naina menaikkan kepalanya. "Kita harus segera pergi sebelum seseorang menyadari kemah kita."

Naina menunduk lagi, menatap wajah Zonya. Tangannya mengusap pelan airmatanya yang jatuh di wajah Zonya. Mereka harus pergi meninggalkan wanita ini. Menguburnya di tempat yang sangat jauh dari Negara kelahirannya. "Kita harus menguburnya," bisik Naina serak.

Tala menganggukkan kepalanya. "Tidak ada waktu untuk menggali tanah. kita terpaksa hanya menimbunnya dengan batu."

Naina kembali menangis. Merasa miris karena ibu dari pria paling berjasa untuk Persia harus dikubur secara tidak layak di balik bukit bebatuan yang letaknya pun tidak mereka ketahui.

Perlahan Naina meletakkan Zonya di atas tanah, merapikan tatanan rambutnya, pakaiannya, lalu meletakkan kedua tangannya di atas dadanya. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari. Menemukan apa yang ia cari, Naina bangkit dan berjalan ke bawah bayangan bukit dan berlutut di depan satu-satunya bunga yang tumbuh di sana.

Naina memetik bunga itu, kemudian kembali ke tempat dimana Zonya di baringkan. Tala sudah mulai membawa batu-batu yang ukurannya beragam, dari yang kecil sampai yang besar. Naina kembali berlutut di sebelah Zonya, meletakkan bunga itu di atas tangan yang terlipat di dadanya. Ia mengambil batu yang Tala berikan padanya dan mulai menumpuknya di kedua sisi tubuh Zonya. Airmata tidak pernah berhenti mengalir selagi ia menimbun batu-batu itu. Bersama-sama mereka bekerja dengan cepat. Sesekali Naina akan berhenti hanya untuk mengusap rambut Zonya dan berhenti ketika wajah Zonya sudah sepenuhnya tertutup oleh batu.

WARLORD'S FATEWhere stories live. Discover now