Part 13 - Gua

34.5K 3.2K 201
                                    

@lama banget ya, cerita ini baru dilanjut... maaf ya, terkadang apa yang direncanain itu sering tidak berjalan sesuai keinginan, bukan maksudnya mau PHPin sih.. hehehe. Sekali lagi maaf..

Ini dapet mood gara" dapet sountrak yg pas.. drngerin di multimedia.. oke??

Sebagai info... Di sana ada juga musim dingin loh.. gak ada salju, tapi kalo bulan" november-februari gitu, ttp kerasa dingin.. gak sampe minus suhunya, tapi ttp aja dingin. Apalagi berangin gt. Anginnya juga dingiinn...

Nulisnya ngebut, dibaca ulang juga ngebut. Jadi makluminlah buat typo..

Oke, happy reading...

~~

Angin pagi yang dingin berhembus, meniupkan helaian demi helaian rambut hitam Naina yang sedang berdiri di atas bukit paling tinggi dari tempatnya berkemah. Matanya menatap lurus pada cahaya bulat keemasan matahari yang baru saja terbit. Menandakan bahwa hari baru telah tiba, satu hari lagi telah datang tanpa kedatangan Kyran dan prajuritnya yang lain.

Sudah dua bulan berlalu, dan kandungannya pun semakin besar. Menurut Zonya, kemungkinan bayinya akan lahir pada pertengahan musim dingin. Ia melirik pada perkemahan yang saat ini belum terisi oleh kegiatan sehari-hari. Para prajurit yang berjaga malam telah berganti dengan yang baru. Sebagian mulai menyalakan api untuk memasak. Zonya pun ada di sekitar prajurit itu. Beruntunglah, Zonya ikut bersama di perkemahan ini karena jika bukan karena dia, mereka pasti akan makan masakan tanpa rasa seperti yang dulu pernah ia rasakan.

Tadinya mereka sempat berpikir bahwa mereka akan kekurangan makanan, tapi berkat tangan dingin Zonya, ia mengolah bahan-bahan makanan itu dengan sangat baik dan makanan pun menjadi sangat lezat dan tersedia cukup untuk beberapa hari ke depan. Sampai Kyran dan yang lain kembali. Ya, suaminya berjanji akan kembali sebelum musim dingin membekukan mereka semua. Dia akan kembali dengan persediaan selimut dan pakaian yang layak pada musim dingin.

Selagi ia kembali terhanyut pada kenyamanan sinar matahari yang mulai meninggi, Tala datang dengan selembar jubah tipis dan menyelimuti Naina. "Putri, anda harus tahu bahwa pagi seperti ini terasa lebih dingin dari biasanya."

Naina mengeratkan jubahnya tanpa menoleh pada Tala. Wanita itu benar, ia memang merasa cukup kedinginan tadi, sampai sinar matahari mengenai wajahnya. "Berapa lama lagi?" tanyanya begitu saja.

Mengerti apa yang Naina maksud, Tala pun menjawab tanpa menutupi apapun. "Jika mereka berhasil mengadakan kesepakatan dengan bangsa Turki secepat yang direncanakan, maka mereka akan kembali dalam hitungan hari. Aku bisa pastikan Panglima akan ada saat anda melahirkan."

Ekspresi wajah Naina tidak melunak, masih terlihat jelas bahwa wanita itu sedang ketakuan. Ketakutan yang sudah sangat jelas. Bagaimana jika perempuan? Itu artinya semua ini akan sia-sia, tidak berarti apa-apa. Di malam terakhir ia bersama Kyran, ia telah mendengar suaminya itu membisikkan sesuatu, mengenai jenis kelamin bayinya. Seorang putri? Apa Kyran memiliki firasa bahwa bayinya seorang putri? Jika benar, maka ia telah gagal menjalankan perintah terakhir dari ayah kandungnya -King Dariush.

"Putri, anda baik-baik saja?"

Panggilan suara Tala membangunkan Naina dari lamunannya, ia melirik ke arah wanita itu, lalu tersenyum. "Aku baik-baik saja," jawabnya.

"Sebentar lagi Zonya selesai memasak," ucap Tala memberitahu.

Naina menganggukkan kepalanya, tapi ia belum ingin beranjak dari tempat itu. Tempat dimana ia rajin berlatih untuk memanah. "Tala, ceritakan padaku tentang hal itu."

Tala menaikkan alisnya sebelah. "Tentang apa, putri?"

"Tentang, kenapa kau tidak mencegah Khabib menikahi istrinya?"

WARLORD'S FATEWhere stories live. Discover now