Page 13: Kawah Ijen

3.2K 142 2
                                    

Malampun tiba, suasana dingin mulai datang. Namun pelukan Laga selalu berhasil menghangatkanku. Kami masih belum tidur. Kami memutuskan untuk sedikit menikmati pesona malam hari di Gunung Kawah Ijen. Sesekali Laga membenahi kayu di api unggun berusaha menghangatkan kami berdua. Tidak sadarkah dia bahwa pelukannya saja sudah cukup membuatku merasa hangat.

"Lihat deh!" Laga menunjuk ke arah langit.

Aku yang sedang bersandar di bahu Laga mendongakkan kepalaku ke atas.
Subhanallah, aku melihat ribuan bintang yang begitu dekat denganku. Bahkan aku bisa membedakan tiap warna mereka. Cahayanya gemerlapan di tengah gelapnya malam. Bintang itu berhampuran di Angkasa, layaknya kunang-kunang yang mengelilingi aku dan Laga. Sungguh indah ciptaanmu Tuhan.

"Ini janjiku sayang, bintang itu lebih dekat kan sekarang?" Laga meraih kedua tanganku lalu menciumnya. Aku hanya mengangguk mantap. Kebahagiaan ini begitu indah hingga sulit digambarkan. Aku terus memandangi bintang-bintang itu. Aku tidak ingin melewatkan moment langka seperti ini. Saking senangnya aku tidak menyadari bahwa aku tertidur di bahu Laga.

Esoknya tepat pukul 03:00 a.m.
"Sayang,bangun."
"Iya, ada apa?" Aku terbangun didalam mobil dengan selimut hangat yang menutupi tubuhku. Entah bagaimana tiba-tiba aku bisa tidur di mobil.
"Yuk, ini udah waktunya kita naik gunung. Kamu nggak pengen liat blue fire?"
Gunung kawah ijen memiliki satu pesona langka yang tidak dimiliki gunung lainnya--BLUE FIRE--Sebuah api berkobar dengan warna biru menyala. Itu disebabkan oleh gas belerang yang berada di kawah gunung ini. Tentu saja aku ingin melihatnya.
Dengan rangsel berisikan bekal dan kebutuhan lainnya,Laga terlihat siap membawaku mendaki gunung yang tidak terlalu tinggi itu. Ia terlihat semakin kekar. Senyum manisnya membuatku semakin bersemangat.
"Sayang,ini pertama kalinya aku naik-naik gunung." Ucapku sembari mengikat tali sepatu yang Laga siapkan.
"sayang, kamu nggak usah khawatir, aku selalu ada di samping kamu kok, selalu. Aku janji."
Perkataan Laga tadi sungguh meyakinkanku bahwa dia benar-benar akan menjagaku. Aku pun mempercayakan keselamatanku padanya.

Kami memulai pendakian, tidak ada jalur yang sulit memang, hanya saja kakiku ini seringkali sakit karna belum terbiasa mendaki. Laga juga tidak segan-segan memijit atau memolesi kakiku dengan obat nyeri.
Dan inilah dia, "Blue Fire!"
Setelah mendaki kurang lebih 2 jam, kami tiba di objek wisata blue fire. Indah, dan lebih indah dengan adanya Laga di dekatku. Berkali-kali Laga mengarahkan Dslr-nya untuk memotret pemandangan langka ini. Namun tetap saja mataku tidak bisa beralih kemanapun, aku selalu terfokus pada satu titik dan itu Laga. Entah mengapa Laga terlihat semakin tampan ketika sedang memotret mengarahkan kamera nya ke segala sudut tempat ini.

Seraya menatap Laga,tanpa sadar hatiku membuat sebuah perjanjian dengan Tuhan.

Tuhan ini adalah pertama kalinya aku mendaki gunung Kawah Ijen. Menginjakkan kaki untuk mencapai puncak keindahannya bersama seseorang yang sangat kucintai. Seseorang yang berarti dalam hidupku. Aku berjanji pada-Mu Tuhan, aku akan menjaga hubungan ini selama hidupku. Semampuku dan sebisaku. Kelak aku akan kembali mengunjungi gunung ini bersamanya, hanya bersamanya Tuhan. Aku berjanji. Tidak bersama laki-laki lain.

Cekrek!
Kilat kamera Laga menyadarkanku dari lamunan.
"Sayang kok ngelamun, kamu ngk suka pemandangan ini? Atau kamu sakit?"
Tanya Laga sembari meletakkan tangannya di dahiku.
"Aku ngk papa kok sayang, ini indah. Malah aku seneng banget." Jawabku .
Laga mengalungkan kembali kameranya lalu meletakkan tangannya di bahuku. Dalam rangkulan Laga, aku mulai menikmati hamparan api berwarna biru yang mengalir seperti air. Meleleh layaknya pelangi biru di lereng gunung.

Selang 30 menit kami melanjutkan pendakian. Jarak blue fire dan puncak tidaklah jauh. Kami terus mendaki dan tibalah kami di puncak. Ku lihat keindahan yang luar biasa disana. Sebuah kawah berwarna biru kehijauan dihujani dengan cahaya sang surya pagi dan diselimuti dengan kabut tipis yang menawan. Sungguh indah karya sang Maha Kuasa. Aku pun segera memeluk Laga dan tentu Laga membalas pelukanku dengan hangat.
"Sayang, makasih. Ini surprise terindah buat aku."
"Iya sayang, kamu bahagia kan?"
"Iya sayang,aku bahagia banget." Kami masih terpaut dalam pelukan.
"Aku akan ngelakuin apa aja asal kamu bisa bahagia sayang." ucap Laga berbisik di telingaku.
Aku sangat senang, pemandangan yang indah, gunung yang berdiri kokoh, serta senyum manis itu membuat kebahagiaan pagi ini terasa lengkap.

"Mbk, mas, mau beli bunga edelweis?"
Seorang ibu-ibu tua menawarkan sebuah bunga berwarna kuning dengan tangkai yang berwarna kecoklatan . "Ini bunga abadi, tidak bisa mati meski tidak disiram sekalipun,bunga ini bisa hidup bertahun-tahun bahkan selamanya." Tutur ibu itu menjelaskan.
"Oh iya?" Dengan sigap Laga langsung menyumut bunga itu. "Kalo gitu saya mau satu deh. Makasih ibu." Seraya menyodorkan uang pada ibu penjual bunga tadi. Kemudian sang ibu itu beranjak pergi.
"Sayang, kamu dengar kan tadi apa yang ibu itu bilang. Ini bunga abadi. Aku sengaja beli bunga ini buat kamu, buat kita. Semoga cinta kita seabadi bunga ini." Dengan senyum manisnya Laga meletakkan bunga ini di kedua tanganku. "I Love You." Sambungnya seraya mencium lembut keningku.
"I love you too sayang, aku janji aku pasti jagain bunga ini seperti aku jagain hubungan kita."
Di atas puncak gunung Kawah Ijen, disaksikan oleh mentari pagi dan burung-burung yang berterbangan kami menyatukan kedua kelingking kami seraya mengucap janji satu sama lain.
"Disini,di atas puncak Kawah Ijen, aku Laga Andreas Putra berjanji bahwa aku akan menyayangi kamu, menjaga kamu, melindungi kamu sampai kapanpun." ucap Laga.
"Disini, di tempat yang indah ini, aku Lady Amora Rosellyn berjanji bahwa aku akan selalu ada disampingmu, dan tidak akan pernah pergi sebelum diminta untuk pergi." Ucapku.
Kami berdua mengecup jari kelingking kami yang saling bergandengan.
"Ingat janji itu ya sayang, ketika nanti masalah datang, ketika nanti kita mulai merasa lelah dengan sikap satu sama lain. Bahkan ketika kita hendak melepas ikatan cinta ini." Tutur Laga padaku.
"Iya sayang. Aku pasti ingat janji itu." Sahutku yang masih memegang erat bunga edelweis dari Laga.

Sayangnya hari itu cepat berlalu. Tuntunan pekerjaan memaksa kami untuk segera pulang. Tapi aku tidak akan pernah melupakan ribuan moment romantis yang terjadi di atas gunung itu. Selama gunung itu masih ada,cinta kami akan selalu ada dan tertanam kokoh disana.

Belajar Dari Ikhlas(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang