"Jangan kabur" ucapnya

"Aku tidak kabur aku hanya ingin mencari Alex "

"Aku tidak percaya" jawabnya dengan ekspresi datarnya.

"Hufft... aku kan sudah bilang kau harus percaya pada teman"

"Tetap saja"

"Baiklah ambil ini" aku melepas tas pundakku dan memberikan kepadanya "Bawa tas ku sampai aku kembali. Jadi kau percaya kalau aku tidak akan kabur" ucapku seraya memberikan tasku kepada Felice.

"Baiklah" jawabnya.

"Ada lagi?" tanyaku

"Tidak, cepatlah"

"Iya. Tunggu ya aku akan mencarinya secepat mungkin" ucapku sambil meninggalkannya sendiri dan mulai mencari Alex.

***

Aku pun berjalan menuju kelasnya.

"dimana dia.... " gumamku.

Aku terus mencarinya hingga aku melihatnya di ujung lorong kelas 3.

"itu dia. Lex! Mau kemana kamu" ucapku setengah berteriak.

"Hei kamu ini sama kakak sendiri kaya gitu. Untung kakakmu yang tampan ini gak punya penyakit jantungan" jawabnya sambil memegangi dadanya

"Werewolf tidak mungkin kena jantungan" ucapku.

Aku yakin werewolf tidak akan pernah terkena serangan jantung, karena sepanjang sejarah aku tidak pernah mendengar ada werewolf yang mati karena serangan jantung, tapi yang ada karena jantungnya ditusuk.

"Hehehe untuk sesaat aku lupa kalau aku werewolf" ucapnya sambil tersenyum kecil.

"Iya aku bisa maklumi kalau kau sudah terlalu tua"

"Terserah kau, yang penting aku masih tampan"

"Menurutmu... Tidak menurutku"

Aku tidak tahu apa yang ibu lakukan dan makan ketika sedang hamil kakakku ini, dia super duper pede, padahal mukanya sangat standart bagiku. Tapi bisa saja karena aku sering melihatnya bukan. Penilaian orang berbeda-beda, tapi lupakan hal ini.

"Terserah" jawabnya.

"Astaga" ucapku seraya menepuk ujung kepalaku pelan "aku lupa, ayo cepat" sambungku sambil menarik tangan Alex.

"Mau kemana" tanyanya "ngapain sih tarik tarik" lanjutnya seraya melepaskan tanganku yang sedang menggandeng tangannya.

"Eh kakakku yang pelupa, pikunan, dan kepedean, sekarang kita harus ke rumah Felice ingat!" ucapku sambil menyilangkan kedua tanganku didepan dada.

"Kita, bukannya kamu aja ya" tunjuknya padaku.

"Kau harus ikut" ucapku.

"Kenapa?" tanyanya.

"Pokonya harus ikut" jawabku.

"Kenapa?" tanyanya sekali lagi.

"Sudah diam dan ayo pergi" ucapku seraya menarik tangannya lagi.

"Tapi, tapi kan-" ucapannya terpotong.

"Astaga" aku menepuk ujung kepalaku sekali lagi "aku lupa, dimana kak Zoe?" tanyaku pada Alex.

"Untuk apa kau mencarinya"

"Dia pasti bisa membantu sedikit banyak"

"Tapi dia kan tidak pandai berbohong" ucapnya.

"setidaknya dia cerdik dan bisa mengingatkan kita ketika kita tidak sengaja kelepasan atau kebabisan ide" jelasku.

Ya walaupun Zoe tidak suka berbohong, tapi dia sangat pintar untuk memutar kalimat menjadi alasan. Dan lumayan sebagai pengingat jika ucapanku mulai ngelantur.

"Benar juga, kau ke Felice lah dulu nanti aku akan menyusul" ucap Alex seraya melepaskan tanganku.

"Jangan kabur ya...."

"Iya tenang saja, aku juga tidak mau adikku salah bicara" jawabnya seraya membalikkan badan.

"Baiklah akan kutunggu di luar bersama Felice"

"Iya"

"Cepat ya"

"Iya adikku yang bawel"

Aku pun berlari menuju luar untuk menghampiri Felice.

Ketika aku sampai di luar, aku melihat....

"Kak Zoe!?"

Tbc....

Maaf ya updatenya lama. Lagi kekurangan inspirasi nih... Wkwkwkwk

Vote dan komen jangan lupa ya 😘

Selamat membaca....

I'm WerewolfWhere stories live. Discover now