xvii. Visiting Husband

70K 3K 40
                                    

Sekolah tampak lengang, hanya terlihat beberapa siswa yang berjalan melewati gerbang sekolah. Sebagian kecil masih berada di parkiran yang hampir kosong, sebagian lagi sudah memenuhi badan jalan untuk mencari kendaraan pulang. Sebenarnya, sekarang bukanlah waktu yang wajar untuk pulang sekolah. Belasan menit lalu Pak Seno, si guru killer memberitahu kabar bahagia bahwa mereka akan dipulangkan. Tak mengerti apa alasannya, bapak berambut abu-abu itu hanya berkata 'akan diadakan rapat untuk menentukan kurikulum baru'. Lagi pula tak ada pengaruh sama sekali. Apalagi bagi seorang Jia. Hey! Dia sekarang sudah kelas tiga. Kurikulum baru atau bukan, tidak ada pengaruh baginya. Toh, tahun ini ia akan segera lulus. Hmm, setidaknya itu pikirannya.

Santai, Jia melirik ke arah pergelangan tangannya. Jam sebelas siang. Terlalu cepat bagi murid di hari senin untuk pulang sekarang. Jia mengangkat bahunya tak peduli dan berjalan melewati jalan yang biasa dilaluinya untuk mencapai gerbang. Sepertinya hari ini, dengan sangat terpaksa dan tidak elit, ia harus pulang naik bus umum. Sebenarnya bisa saja naik Jia taksi seperti biasanya. Namun, ada baiknya untuk menggunakan kartu bus yang berlumut di dalam dompetnya sekarang. Kadang dia sendiri bingung untuk apa Galvin susah-susah membuatkannya kartu ini padahal dia jarang menggunakannya.

Jangan tanya apa Jia tidak pernah naik bis? Tentu saja, anak manja ini pernah! Tapi mungkin sangat jarang terjadi. Hanya dalam keadaan yang sangat mendesak dan itu pun dengan mulut yang mengomel. Selama ini, jika tidak Galvin menjemputnya maka Mino akan mengantarnya pulang bahkan sampai menikah pun tidak banyak berubah. Bedanya, Azlan akan menjemputnya jika lelaki itu punya waktu.

Tapi sekarang? Mana Mino si supir pribadinya itu?

Hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Mino akan pulang bersama Lanna atau, dia punya jadwal latihan sampai sore. Bukannya Jia tak suka Lanna merebut supir pribadinya atau malas menemani Mino latihan. Tapi kalian tahu, sekarang Mino sudah punya Lanna yang menemaninya latihan dan duduk manis di boncengan motornya.

Hari ini moodnya tidak terlalu bagus untuk menyaksikan tingkah penggemar Mino yang membuat matanya gatal. Lebih baik Lanna berlatih menghadapi mereka sendirian, siapa tahu mereka nanti memang jadi sepasang kekasih. Intinya Jia ingin pulang duluan. Entahlah, dia berharap tidak ada kejadian mengejutkan lagi nanti saat pulang ke rumah.

Jia merogoh saku tasnya, mengeluarkan sekotak jus melon dari sana. Menusukkan sedotan lalu meminumnya.

"Ahh enyak..." desahnya menatap kotak itu sembari mengecap jus di bibirnya kemudian meminumnya lagi.

"Jia..."

Seseorang memanggilnya. Suara itu familier sekali di telinganya. Pernah ia mendengar suara ini beberapa kali. Suara yang membuatnya sedikit sebal dan terganggu.

Jia menoleh dan mendapati sosok yang memang sudah ditebaknya. Gara-gara orang ini Azlan marah besar padanya.

"Ya, kenapa?" Jawab Jia santai. berbeda dengan wajah yang dilihatnya ini, tampak muram. Agak aneh melihat Juna yang biasanya penuh senyum kini terkesan garang. Ini pertama kali Jia melihatnya setelah kejadian malam itu.

"Aku akan tanya satu hal," tanya Juna datar. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.

"Silahkan..." Jia mengangkat tangannya sebagai tanda perizinan. Sesekali ia masih menyeruput jus melon yang masih tersisa.

"Kamu benar istri sah Azlan?" Masih dengan nada datar. Dan ini bertambah aneh... Juna adalah cowok yang selalu berbasa-basi dan membelikannya makanan. Belum lagi senyumnya itu, tak pernah hilang. Tapi sekarang, bukankah seharusnya Jia yang bertingkah ketus begini pada Juna?

Jia menghela napas sebelum menjawabnya, "bukannya Mas Alan sudah ngomong jelas? Ada apa lagi? Mau kamu sebarin semuanya?" Jia melipat kedua tangannya. Melawan tatapan tajam Juna yang sama sekali tak membuatnya takut. Hei, dia pernah melihat yang lebih mengerikan dari sini. Dari suaminya itu.

My High School BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang