Naruhina

29.7K 478 5
                                    

•••
Tanpa peduli pada pakaiannya yang agak berantakan, Hinata duduk di kursi meja makan. Tangannya ada di kepala, merutuki dirinya sendiri dalam diam. Secara tak sadar, dia telah mengatakan sesuatu yang membuat Naruto terluka, walaupun sebenarnya yang pria itu lakukan malah membuatnya bahagia. Tapi sekarang, bagaimana mungkin dia bisa memperbaiki keadaan ini? Bagaimana kalau dia marah? Bagaimana kalau Naruto jadi membencinya?
"Tidak..." bisik Hinata pelan, matanya basah. "Aku tak mau dia membenciku..."
Ketakutan yang jauh lebih besar dari semua yang pernah dia rasakan, kini perlahan menyesakkan dadanya. Dia menyayangi pria itu dengan sepenuh hatinya, tapi kenapa dia malah menolaknya?! Tidak... dia tak boleh membiarkan ini berlanjut. Dia harus minta maaf!
"Naruto-kun..." bisiknya pelan sambil berdiri dari kursi.
•••
"Sial...!" maki Naruto pelan, memukul dinding keramik kamar mandinya sampai retak. "Kenapa aku ini...?!"
Dia sekarang sangat kesal pada dirinya sendiri, apalagi kalau bukan karena apa yang baru saja dia perbuat. Dia menatap wajahnya sendiri di cermin, tapi raut yang kini basah kuyup karena siraman shower itu malah membuatnya muak, maka dia berucap lagi.
"Sialan kau, Naruto Uzumaki...!" dia mencaci cerminan dirinya itu. "Bagaimana mungkin kau melakukan itu padanya...?!"
Dia telah berjanji untuk melindunginya, dia telah bersumpah tak akan membiarkan diri gadis itu terluka untuk kedua kalinya. Dia peduli padanya, dia sangat sayang padanya... dia begitu mencintainya! Tapi apa yang dia lakukan? Dia malah mengambil keuntungan dari gadis lugu itu, memperlakukannya seakan dia adalah barang miliknya seorang yang bisa diapakan semau kehendak hati. Dia membiarkan nafsu menguasai dirinya, mengambil alih kekuasaan atas tindakannya, dan apa hasil dari semua itu? Dia memenuhi ketakutannya yang terbesar: melukai gadis itu dengan tangannya sendiri.
"Brengsek...!" kali ini tidak hanya tangan, dia membenturkan kepalanya sendiri ke dinding. Berkali-kali, sampai sebuah cairan merah mengalir dari dahinya. Tapi itu belum cukup untuk memuaskan kemarahan dalam hati Naruto, kemurkaan yang sepenuhnya ditujukan pada dirinya sendiri. "Kau biarkan itu terjadi! Kau menyakitinya, kau hampir saja menodainya, bangsat!"
Rasa dingin yang terasa penuh di seluruh tubuhnya mengingatkan bahwa kali ini, dia lupa memakai handuk kecil yang biasanya dia lilitkan di pinggang sebagai basahan. Tapi dia tak peduli, sedingin apapun shower itu, tak ada air di dunia ini yang bisa memadamkan api amarah yang kini berkobar dalam hatinya. Dia mengangkat kedua telapak tangannya lalu menatapnya setajam mungkin, ingin dia cincang tangan itu atas apa yang mereka perbuat, tapi itu tak mungkin terabaikan oleh mata Hinata dan pasti hanya akan membuat gadis itu sedih lagi. Sebagai ganti, Naruto memberi kedua tangan itu tatapan tertajam yang bisa dia beri, sangat berharap kalau tatapan itu bisa menciptakan luka.
Suara pintu yang bergeser sama sekali tak disadari oleh sang pemuda, yang begitu tenggelam dalam kemarahannya sendiri sampai giginya mengertak tanpa henti. Api yang hampir saja mengakibatkan kebakaran dalam hatinya itu, tiba-tiba padam ketika seseorang menyelipkan dua tangannya melingkari tubuh Naruto, memeluknya dengan erat.
"H-Hinata..." dia berbisik pelan, suaranya telah kehilangan bara yang tadi sempat menyala. Gadis ini, hanya keberadaan gadis inilah yang bisa membuatnya langsung tenang seperti ini.
"Naruto-kun..." suara itu begitu menenangkan bagai melodi yang dimainkan malaikat, dua tangan yang memeluk tubuh Naruto terasa jauh lebih lembut bahkan dari kain sutra termahal sekalipun. Gadis itu memutar tubuh Naruto pelan agar menghadap dirinya, sebelum mengucapkan satu kata yang menjadi awal semua ini. "Hentikan ini..."

Aku MILIKMU!Where stories live. Discover now