-10-END

27.8K 676 67
                                    


KEIRA POV

" Hueeekk " .
Sudah 2 bulan kebahagiaan terus melimpahiku. Tapi, sudah 1 minggu juga aku merasakan mual,pusing, dan sakit yang tidak jelas.
Selain aku tidak ingin memberi tahu Ashraf, aku juga selalu tidak sempat bertemu dia.
Yah, dia selalu pulang malam seminggu belakangan ini. Mungkin dia banyak kerjaan? Entahlah.
Tapi semoga dia baik baik saja.
Aku melangkahkan kakiku gontai ke arah taman belakang untuk menghampiri Pak Rudi, supir pribadiku.

" Pak Rudi? " panggilku.
" Eh? Iya, ada apa nona? Ingin shopping ke mall? " tanya Pak Rudi.
" Ugh, tidak. Bisa antarkan ke rumah sakit? Saya merasa tidak enak badan belakangan ini. " ujar Keira.
" Baik, nona. Perlu saya hubungi Tuan Ashraf? " tanya Pak rudi lagi sambil meraih kunci mobil.
" Ah, tidak usah. Saya akan menghubunginya nanti " tolak Keira halus.
" Baik, nona. Silahkan tunggu di depan saya akan mengeluarkan mobilnya dari garasi dulu. "

Selepas Pak Rudi pergi. Aku langsung berjalan gontai ke depan rumah dan mengetik pesan lewat line untuk Ashraf

Keira: Ash?

Ashraf: Hai Keii. Maaf aku baru selesai meeting. Maaf aku sangat sibuk karna proyek yang sedang aku kerjakan bersama Fabian. Ada apa sayang?

Keira: Ugh, gapapa Ash. Aku ngerti. Oh iya, aku mau pergi ke rumah sakit sama Pak Rudi. Gapapa kan?

Ashraf: Kamu sakit? Sakit apa? Kok kamu gabilang ke aku Kei? Ke rumah sakit mana? Aku kesana sekarang ya.

Keira: Bawel, ih. Aku cuma gak enak badan Ash. Mungkin karna kangen? Hehe. Rumah sakit Global. Okay aku udah mau pergi. Bye, love u

Ashraf: Cie cie kangen haha. Okay aku susul ya? Tunggu aku. Hati hati love u too.

•••••••••

Sudah 3 jam. Tapi Ashraf tidak menunjukkan batang hidungnya. Ya tuhan, aku khawatir.
Aku tidak bisa menelponnya karna handphone yang lowbat. Apa aku duluan aja ya? Yasudahlah. Semoga tidak ada apa apa.

Setelah sekitar 30 menit, aku dipanggil untuk masuk ruangan yang serba putih itu.

" Nyonya Keira? Benar? " tanya dokter perempuan muda itu.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
" Jadi? Apa keluhannya? " tanya dokter yang ku lihat dari kartu namanya bernama Eva.
" Uhm, begini dok, seminggu belakangan ini saya merasa mual dan pusing yang tidak karuan. Kalau masuk angin, masa iya selama ini? " jelasku panjang lebar.
" Oh, okay silahkan nyonya berbaring dulu dikasur sama di dampingi suster ya? " perintah dokter Eva.

Aku segera berbaring. Tidak lama dokter Eva datang dan langsung memeriksaku.

" Jadi, bagaimana dok? Saya kena penyakit apa ya? " tanyaku bertubi tubi.
" Ah, tidak. Anda tidak sakit. Selamat ya Nyonya Keira. Usia kehamilannya mencapai 3 minggu. Jangan lupa check up sebulan sekali dan ikut senam ibu hamil ya kalau bisa. Jaga makan dan minum susu ibu hamil juga. Sekali lagi selamat, Nyonya. " ujar dokter Eva.

Ya tuhan! Apa iya ini sungguhan? Benarkah? Ah, aku tidak bisa berkata apa apa lagi. Entah, aku tidak percaya. Ya tuhan.

" Nyonya? Nyonya Keira? Apa anda baik baik saja? " teguran dokter Eva membuyarkan lamunanku.
" Ah, iya tentu. Dok apa ini sungguhan? Maksud saya, masa iya sudah 3 minggu? Sementara saya baru merasakan mual dan pusingnya seminggu ini? " tanya ku yang masih tak percaya.
" Ahaha, iya Nyonya. Memang tidak semua kehamilan itu langsung merasakan efek atau tanda tandanya. Bahkan ada yang menginjak 3 bulan tapi tidak ada gejala atau efek apa apa. " jelas dokter Eva.

Aku hanya mengangguk dan mengucap terimakasih lalu membayar administrasi dan vitamin yang harus aku minum.

Ah, aku tidak sabar memberi tahu ini kepada Ashraf. Eh, omong omong dia dimana sekarang? Ya tuhan. Sebaiknya aku memesan taksi dan pulang.

•••••••••••

Sudah jam 9 malam.

Dan belum ada tanda tanda Ashraf akan pulang ataupun kabar dari dia.

Aku mulai ingin menangis. Entah, perasaanku menjadi sensitif seperti ini.
Daritadi, aku hanya ditemani  temanku, Rina dan Justin di ruang tv ini. Yah, Justin dan Rina aku jodohkan.
Jadi yaa, mungkin mereka sekarang mulai pendeketan? Ah, lupakan. Fokus Kei, fokus ke masalah Ashraf.

" Kei gimana? Udah ada kabar? " tanya Rina.
" Sini Kei duduk jangan bolak balik kasian yang diperut lo,Kei " sahut Justin.

Ya, mereka sudah tau kalau aku hamil. Dan saat aku memberi tahu, mereka langsung datang membawa sekotak susu ibu hamil dan buah buahan yang banyak.

" Kei, jangan diem aja lo tenangin diri. Kasian bayi lo kalo lo stress gini " saran Rina sambil menenangkanku
" Tapi gue khawatir, Rin. Lo ngertikan? Gue takut dia kenapa kenapa " aku mulai terisak.
" Sstt. Udah ah jangan nangis. Lo harus kuat buat bayi lo. Udah minum dulu susu nya. " ujar Rina.
" Ashraf gak akan kenapa kenapa kok, Kei. Tenang " timpal Justin.
" Iya thanks Rin, Just. Gue tau kok Ashraf pasti gak ap--- "
Belum selesai aku berbicara, handphoneku berbunyi dan menunjukan bahwa Ashraf menelpon. Ah, Ya tuhan akhirnya!

" Halo Ash? Ya ampun kamu kemana aja? Aku khawatir. Kamu udah jalan pulangkan? " tanya ku bertubi tubi

" Halo "

Eh?
Kenapa suaranya berbeda?
Ini bukan Ashraf.
Bukan.

" Halo? Mba? " ulang orang yang tak ku kenal itu. Aku yang takut dan gemetaran tak berani menjawab.

" Mba? Maaf? Ini keluarga atau teman Pak Ashraf? Halo? " tanya orang itu karna aku tak kunjung menjawab.

Aku mulai takut. ya tuhan

" Eh? H-hal- hallo? Ini siapa ya? Suami saya dimana? B-bapak ini siapa? " tanyaku gemetaran.
" Oh, maaf bu. Saya menemukan handphone ini di kantong Pak Ashraf yang sore tadi kecelakaan. Saya menemukan dompetnya juga makanya saya tahu namanya. Tolong ibu segera datang ke rumah sakit Elisabeth Awal Bross. " jelas pria itu panjang lebar.

" Yang sore tadi kecelakaan "
" kecelakaan "

BAM

Aku langsung menjatuhkan handphoneku dan menangis.

Tidak.
Tidak boleh. Jangan.

" Kei? Kei? Ada apa Kei? Ya Tuhan " Rina dan Justin kelihatan panik.

Rina langsung merebut handphoneku dan berbicara dengan orang yang tadi membawa kabar buruk kepadaku. Tak lama, Rina menengok iba ke arah ku dan mengucapkan

" Kecelakaan? " ucap Rina seakan tak percaya.

Aku yang merasa semakin pusing dan sakit langsung memeluk Rina.

Yang aku sadari, sekarang duniaku benar benar runtuh.

END

HAHAHA ups sowri aku bikin sad ending dan ngegantung. Tadinya pengen aku bikin meninggal si Ashrafnya but aku ga tega sama babynya kalo gapunya ayah. Ugh, tolong maafkan aku. Janji aku bakal ngasih Extra part buat nebus dosaku yang udah bikin sad ending ini huhu. Thanks sekali yang udah baca cerita abalku ini. Thanks juga buat support dan vomment kalian. Oh iya, aku minta saran kira kira Extra partnya sampe part 3 tapi pendek pendek atau 1 part tapi superrrr panjang? Plus sequel dari cerita ini? Silahkan comment dibawah dan jangan lupa vote! Hihi byebye❤️

MY COOL HUSBANDWhere stories live. Discover now